Part 5. Siapa kau?
"Aish," gerutuku. Menilik penampilan yang seperti badut di depan cermin. Mendengar tawa Namjoon di luar sana, sudah cukup membuktikan kalau dia memang sengaja mengerjaiku dengan memberi pakaiannya yang jelas berbeda ukuran denganku.
"Baiklah, jika itu yang kau mau, tuan mesum, mari kita lihat seberapa kuat kau bertahan dengan ini." Kulepaskan seluruh pakaianku.
Memperhatikan sesaat sambil berpikir tentang apa yang akan kulakukan dengan baju tidur kebesaran itu, hingga aku menemukan sebuah ide yang briliant, menurutku.
Namjoon, masih berkutat di dapurnya ketika aku membuka pintu kamar. Berjalan dengan anggun mempertontonkan kaki jenjangku yang putih mulus tanpa goresan luka sedikit pun, aku jadi merasa sudah seperti wanita penggoda.
Kemeja kebesaran itu menutupi hanya sebagian kecil pahaku, dengan kancing yang terpasang tidak pada lubang yang seharusnya membuat ujung kemeja itu panjang sebelah.
Aku kembali melangkah pelan tanpa suara, Namjoon sepertinya tak terusik. Dia masih berdiri membelakangiku menghadap kulkas yang terbuka. Entah apa yang dicarinya di sana.
"Ekhm!" Pria itu menoleh ketika mendengar suara. "Aku haus boleh minta air?" ucapku dengan ekspresi seliar mungkin.
Perlahan Namjoon menutup pintu kulkas, lalu berdiri kaku di depan lemari pendingin. Netra hitam pemuda itu menatap tak berkedip ke arahku yang berdiri tepat di hadapannya.
Tak hanya kaki yang tersingkap, bahkan sebagian belahan dadaku pun terekspose sempurna, karena kemeja kebesaran itu sengaja tak kupakai dengan benar.
Rambut panjang yang dikuncir kuda memperlihatkan leher jenjangku yang pasti menggelitik hasratnya untuk segera menyecapnya dengan brutal.
Sesuai dugaan, Namjoon terpaku menatap tak berkedip. Dia menelan ludah, dengan sedikit gugup. Aku tahu itu dan aku tersenyum penuh kemenangan.
'Lihat saja apa yang akan kulakukan setelah ini, Park Namjoon' gumamku dalam hati.
Namun, sesaat kemudian, dia tersenyum miring menyugar rambut ke belakang, yang sialnya membuat pria itu terlihat sangat seksi. Baiklah, sepertinya sekarang keadaan berbalik, akulah yang terintimidasi dan sesak napas.
"Silahkan, ambillah ...." Namjoon menggeser tubuh sambil melempar senyum manis, memberi sedikit ruang agar aku bisa mencapai kulkas di belakangnya.
Kulirik mimiknya yang kembali tenang. Ini sedikit tak biasa, sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi, mungkin sekarang aku harus berbalik arah dan lari ke kamar tidur lalu bersembunyi di balik selimut.
Tetapi, semua sudah terlanjur. Bodoh! Kenapa aku tak pikirkan resiko ini? Oh, Ya Tuhan, tolong lindungi aku dari si mesum tampan di depanku ini.
Aku menghembuskan napas, kemudian melangkah mendekati kulkas. Namjoon bergeming dari tempatnya membiarkan aku meminum air dingin langsung dari botol.
Sedikit bisa bernapas lega karena dugaanku salah, aku pun menutup pintu lemari pendingin itu dengan pelan. Namjoon ternyata hanya diam tak melakukan apa pun.
"Terima kasih," ucapku sambil menyeka tetesan air yang masih menempel di sudut bibir.
"Selamat malam, Namjoon, have nice dream," lanjutku sebelum melangkah meninggalkannya yang masih diam di tempat.
Namun, tepat setelah langkah kedua tubuhku tiba-tiba berbalik dan tertarik ke belakang, berakhir dalam kuncian Namjoon yang memeluk pinggangku erat. Terlambat kusadari ketika tubuh ini sudah bersandar di pintu kulkas yang tertutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Salvation (Namjoon)
General FictionAdult, Romance- thriller. Ketidak becusan kepolisian Kanada dalam mencari jejak gadis belia yang hilang dua setengah bulan lalu, memaksa Alana Kim---Detektif wanita indio--ini terbang ke kanada. Menyamara untuk memecahkan kasus yang serupa. Namun...