Sebelas

910 52 3
                                    

Ini karya pertama aku semoga kalian suka, ya.... Makasih sudah setia.😘😘😘

Part 11. Hanya Aku Pelindungmu.

Namjoon masih saja cekikikan melihatku mendengkus kesal setelah dia berhasil mengerjaiku habis-habisan. Semalam dia melepas seluruh pakaianku. Lebih tepatnya dia meminta tetangga wanitanya untuk melepaskannya.

Lalu sengaja membiarkanku tidur tanpa busana dan hanya digulung dengan selimut tebal. Tetapi, yang kupikirkan sekarang bukan itu. Melainkan hal yang mungkin sedikit 'sialan' tapi sayangnya terus berputar di kepala.

Bagaimana bisa dia tak tertarik untuk menyentuhku? Ketika bahkan tubuhku .... "Aargh!" Aku menghentak kesal.

Namjoon menoleh ke arahku setelah menjeda seruputan kopi di mulutnya. "Kau kenapa?"

"Tidak," jawabku, kemudian bangkit meninggalkannya untuk mencari sesuatu di dapur. Tetapi, mencari apa? Aku sendiri pun tidak tahu.

Yah, intinya aku hanya ingin menghindar. Membayangkan kejadian semalam membuat jantungku berontak berulang kali.

Apalagi ketika teringat dada bidangnya yang toples dengan tetesan air yang berjatuhan dari rambut basahnya. Itu sungguh bisa membuatku gila.

"Apa dia memiliki kelainan sex? Bagaimana dia bisa tahan untuk tak melakukan sesuatu padahal semalaman dia tidur di sebelahku." gumamku sambil terus berpikir tentang hal 'panas' itu. Apa dia berbohong?

Namun, kemudian tanpa sadar kusentuh dada sendiri. "Apa ini terlalu rata?"

"Aish! Sialan! Apa yang kulakukan." Kupukul kepala sendiri, lalu membuka pintu kulkas berharap bisa menemukan bongkahan es batu agar bisa kugunakan untuk mendinginkan kepala yang mendidih sejak tadi.

Pada akhirnya, bukan es batu yang kuambil. Akan tetap, cup es cream yang berwarna pink dan coklat. Kebetulan dua varian rasa itu adalah favoriteku, strowbery dan coklat.

Kuputuskan untuk tidak kembali ke balkon di mana tadi kami mengobrol ditemani secangkir kopi dan secangkir coklat panas. Aku memilih duduk di dapur ketika bel pintu terdengar nyaring.

Kulemparkan pandangan ke arah balkon, karena dari tempatku duduk, balkon di mana Namjoon menyeruput kopi terlihat jelas. Pemuda itu masih tenang dengan kopi dan buku tebal seputar tanaman bonsai di pangkuannya.

Tak ingin mengambil resiko, sebelum membuka pintu lebih dulu kuambil revolver dari dalam kamar. Baru melihat orang yang berdiri di depan pintu melalui interkom video yang memang dipasang untuk keamanan rumah.

Segera kubuka pintu setelah melihat yang berdiri di depan sana adalah Jun Pio. Begitu pintu terbuka pria itu langsung menubruk dan memelukku erat.

"Syukurlah kau selamat, aku sangat mengkhawatirkanmu," bisiknya. Sementara aku yang tak tahu harus bersikap seperti apa hanya bisa terdiam menanggapi keanehan sikapnya.

Merasa cukup dengan pelukan itu, Jun Pio pun mengurai pelukannya lalu membingkai wajahku. Menangkupkan kedua tangan di pipi sembari menatap tanpa kedip.

"Kau baik-baik saja, 'kan? Maafkan aku karena lalai menjagamu. Kupikir kau masih melanjutkan pencarian jejak Nesy setelah mendapat info penting di Terra Nova.

Sampai kumenyadari ada sesuatu yang salah ketika ponselmu mati. Aku bahkan sempat menyusulmu ke Terra Nova, Alana. Aku takut terjadi sesuatu padamu, tapi syukurlah Namjoon bisa menemukanmu."

The Salvation (Namjoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang