Merasa memiliki sama saja dengan bersiap merasa kehilangan.
***
Aku tahu Dirga itu punya sisi kekanakan meski umurnya sudah lebih dari kepala dua. Baik itu pemikiran, maupun sikapnya. Tetapi, aku tidak tahu bahwa Dirga juga menyukai hal-hal yang memang biasanya disukai anak kecil.
Sambil memakan es krim stick masing-masing, aku dan Dirga bermain ayunan di sebuah taman, berlomba- lomba mengayun lebih cepat dan tinggi.
Es krimku sempat belepotan hingga mengotori ujung hidung karena rambutku bergerak-gerak dan menghalangi pandangan. Namun, ternyata Dirga juga sedang dalam keadaan serupa. Bedanya, dia terganggu bukan karena rambutnya tentu saja.
Ayunan Dirga bergerak tidak cukup stabil, alhasil es krim cokelatnya mengotori pipinya. Lagi pula, aku curiga Dirga memang sengaja seperti itu untuk menarik perhatianku.
Sengaja aku memperlambat ayunan yang kunaiki. Aku juga meminta Dirga untuk berhenti saja dengan gerak tanganku. Kuambil tisu dari dalam tas untuk membersihkan noda es krim di sekitar mulutku, kemudian beralih ke Dirga yang malah cengar-cengir tak keruan.
Sudah kubilang, kan? Dia hanya ingin menarik perhatianku.
"Lara romantis, ya... bersihin noda di bibir aku. Jadi gemes, hehe."
Aku mengerutkan kening, sejurus kemudian senyumku mengembang. Dasar!
"Kalau peluk boleh, ya?"
Aku sontak melotot dan menggeleng cepat-cepat. Enak saja!
Dirga mengerucutkan bibir seperti anak kecil yang tidak dibelikan permen. "Lara jahat," keluhnya.
Oh? Jadi selama ini dia memandangku sebagai orang jahat? Oke, aku akan menguatkan kesannya tentangku itu.
Aku mencubit pinggangnya dengan sekuat tenaga, membuatnya mengaduh dan memanggil-manggil namaku. "Aw! Lara, sakit! Lara! Aduh aduh, Lara!"
Aku tertawa tanpa suara. Kalau bisa, aku ingin meniru tawa seperti nenek-nenek penyihir yang pasti akan terdengar dramatis.
"Kalo gemes jangan cubit pinggang. Cubit pipi aja, terus usap-usap gitu."
Aku mendengus, mengambil notes di tas yang mulai lecek kertasnya karena sudah lama kupakai.
Cubit pake tang boleh?
"Tang? Lara, apa yang kamu lakukan ke saya itu... jahat!" Suara Dirga yang ringan namun masih khas cowok, lalu memaksakan sebuah dialog dari film kenamaan membuatku... geli. Apalagi membayangkan Dirga sebagai pengganti Cinta.
Tiba-tiba aku merinding. Geli!
KAMU SEDANG MEMBACA
Lara (SELESAI)
Short Story(SUDAH SELESAI DAN MASIH TERSEDIA SECARA LENGKAP) LARA DAN SEMESTANYA YANG KEHILANGAN RASA Kisah-kasih itu bukan soal indera yang sempurna, tetapi tentang rasa dan jiwa yang saling mencinta. Dirga siap untuk berbicara untuk Lara, mendengar untuknya...