Maafkan Dustaku Tuan

3 1 0
                                    

Entah dari mana mendung ini datang. Kelabunya bahkan membuatku tak mampu menatap bayangku sendiri. Semalam, masih kutemu cahaya paling terang dimatamu. Meskipun aku belum tahu pada siapa cahaya itu bermuara. Setidaknya, aku bahagia dalam senyum dan candamu.

Entah mengapa siangku kali ini begitu rapuh, senyummu yang tiba-tiba pudar dan benar membuatku takut. Sejenak dunia kacau seketika, bahkan sekedar memandang bayangmu pun aku tak bisa. Tangan siapa yang sangat tega melukis mendung ini tuan?

Segala gamang yang datang, ketakutan, dan rasa ingin pergi bergumul dalam fikiranku. Aku bahkan lupa tentang bagaimana aku harus kembali. Tuan, maafkan atas mendung yang datang tiba-tiba ini. Maafkan atas senyummu yang tiba-tiba pudar. Ini bukan karena aku tak menghargaimu, namun kecewaku mungkin sudah terlalu pada mendung itu.

Tuan, kali ini kupaksa bibirku untuk berdusta. Bukan karena aku ingin menjauh, namun aku belum mampu melihatmu jauh. Kuharap ini dustaku yang terakhir kalinya, dan selanjutnya aku benar-benar bisa menikmati sisa waktu bersamamu. Meskipun didalamnya, aku belum tahu sebagai apa aku dalam hatimu.

Remuk segala rasa kekecewaan yang semakin kacau dalam langit senja. Aku yang harus terpaksa berdusta  untuk menyelamatkan hubungan ini. Untuk menyelamatkan doaku, dan tetap melangitkan namamu dalam langit malamku.

Tuan, kumohon dengarlah. Aku adalah hati yang menantimu. Aku salah, memang aku salah karena tak berkata apapun. Namun ketahuilah, engkau adalah salah dan benar paling candu dalam hidupku. Izinkan aku mendekap bayangmu, meskipun hanya dalam cumbu waktu.

Dalam hati yang remuk
Angsa Kertasmu
14 Januari 2020

AFRODITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang