12

720 76 4
                                    

" Jennie, apa kamu akan menang?" Tanya temannya membuat Jennie teralih melihatnya. Dia cemas. Takut pada Jennie yang mulai mendekat.

" Siap jika kepalamu berada disana?" Tanya Jennie membuat semua orang melirik hiasan kepala banteng yang terpanjang di sudut ruangan.

Mereka merunduk. Diam tanpa menjawab.

" Diam saja jika tidak tau apa-apa." Katanya. Setelah itu Jennie berlalu keluar dari markas.

Mungkin dia khawatir. Namun Jennie berusaha diam. Banyak yang mengatakan pada Jennie kalau Wendy berlatih keras sekali. Juga ada beberapa teman kampus yang mengatakan jika dia kenal dengan Wendy. Pria itu king Race di Korea dan Jennie harus berfikir ulang untuk menyepelekan skill Wendy.

Pria itu sampai akhirnya di depan rumah kediaman Alex. Ia berjalan mendekati pintu rumah namun terhenti saat anak buah Alex menahan tubuhnya bergerak.

" Tuan tidak ada di rumah." Kata mereka. Jennie terdiam. Ia menoleh ke belakang, melihat mobil BMW yang selalu di pakai oleh Alex setiap keluar kemana-mana. Pria itu menatap ke depan lagi. Melihat anak buah Alex berjaga tepat di depan pintu.

" Aku pikir dia ada." Ucap Jennie membuat lirikan semuanya disana saling terlempar. Jennie menoleh ke dalam rumah. Pintu rumah tidak benar-benar tertutup. Masih ada cela kecil disana dan Jennie masih bisa mengintip kegiatan di dalam rumah.

" Mhh...sepi sekali." Kata Jennie yang langsung berbalik, berjalan mendekati mobilnya sambil di lihat kepergiannya oleh anak buah Alex.

***

Sarapan pagi, itu yang di lakukan dalam aktifitas keluarga Son. Kali ini bertiga lagi. Duduk di kursi meja makan, menikmati masakan Wendy.

" Suka?" Tanya Wendy. Irene mengangguk sambil menguyah makanannya dengan lahap. Dia lapar bukan karena capek. Irene memang suka makan. Makan....makan....makan....tapi tidak gendut.

Wendy tertawa singkat. Ia melanjutkan sarapannya lagi sambil di lirik keduanya oleh tuan Son.

" Kalian tidak mau menikah?" Tanya tuan Son. Mereka terdiam. Mengangkat pelan kepalanya dan saling menatap.

" Menikah saja. Buatkan cucu untuk ku agar aku tidak stres." Kata tuan Son sambil mengusap bibirnya.

Wendy terdiam. Dia berfikir keras. Sedangkan Irene hanya menikmati makanannya. Melihat Wendy sesekali di sebelah.

----

" Besok aku balapan. Kamu lebih baik di bengkel Joy aja ya."

" Kenapa?" Irene marah. Inilah yang ia kesali. Pasti Wendy tidak akan menyuruhnya untuk ikut.

" Irene, kamu harus mengerti kondisi. Aku takut kamu kenapa-napa nanti." Kata Wendy menjelaskan. Joy melihatnya.

" Majayo. Lebih baik disini. Kamu akan aman. Ada aku yang akan menjaganya." Kata Joy menjelaskan.

" Aku tidak mau!" Tolak Irene.

" Hei Irene. Kamu jangan seperti itu. Kali ini saja dengarkan omonganku." Wendy sangat memintanya. Dia takut Irene akan kenapa-napa karena pasti ada Alex disana.

Tidak lama setelah Wendy sibuk membujuk Irene, mobil Lisa masuk ke bengkel Joy. Ia bersama Rose. Keduanya melihat Irene yang nampak marah pada Wendy.

" Waeyo?" Lisa bertanya pada Joy.

" Aku tidak mau!! Kalau kamu kenapa-napa bagaimana!? Aku akan khawatir!"

" Aku akan janji padamu untuk kembali. Aku berjanji." Ucap Wendy memegang genggam tangan Irene. Ketiga temannya hanya melihat. Memandang wajah Irene yang mulai sendu.

Running!! ✓ [C]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang