7

462 82 11
                                    

Maaf typonya 🙏
Harap maklum guys 😁

Wendy melihat dari kejauhan. Ia menatap Jennie yang ikut berhenti melangkah bersama temannya setelah usai bercanda bersama.

Tawa itu itu perlahan pudar. Pandangan mata Jennie berubah tak suka saat melihat Wendy.

Tapi baru saja, seseorang berjalan di koridor depannya. Ia malah berhenti di tengah-tengah. Menoleh pelan ke arah Wendy yang membenarkan tasnya saat Rose menatap dirinya.

Ada rasa penyesalan karena Wendy kesepian tanpa Rose. Wanita itu sudah tidak terlihat peduli lagi padanya.

Genggaman tangan seseorang membuat Wendy menatap sampingnya. Melihat Irene yang berada disisi nya. Irene menatap ke depan. Ia melihat Rose yang membuang wajahnya lalu berjalan menjauh dari sana. Kembali mata juga ikut teralihkan pada Jennie yang menekuk dalam dahinya. Pria itu menggertak giginya. Melihat Irene yang berani sekarang dekat dengan Wendy.

" Ayo." Irene tarik tangan Wendy. Pria itu terkejut. Dia menatap Irene di depannya yang menyeret tubuhnya untuk berjalan melewati Jennie.

Teman-teman Jennie melirik bingung. Mereka otomatis bergerak memberi jalan untuk Irene yang membawa Wendy di belakangnya.

Tap!! Irene menoleh cepat ke belakang. Melihat bahu Wendy yang di tahan Jennie. Kedua mata keduanya saling terlempar. Awalnya biasa saja, tapi Jennie mengerutkan dalam dahinya setelah itu.

" Hati-hati......dia... aset ku." Kata Jennie dengan suara yang kecil dan hanya Wendy yang terdengar dengan omongannya.

Irene kesal. Ia berbalik, menarik tubuh Wendy agar menjauh dari pria itu. Jennie melihatnya. Ia bersiul singkat sambil melangkah menjauh dengan kedua tangan yang mengangkat seperti tersangka.

" Dia marah. Ayo pergi." Ajak Jennie yang berjalan duluan di depan teman-temannya.

Wendy menatap kepergian Jennie. Dia pun menoleh pelan ke arah Irene yang nampak menahan emosi.

" Tidak apa?" Tanya Wendy.

" Mhh." Dehemnya yang meraih kopi hangat buatan Wendy. Mereka duduk bersama di sofa ruang tengah hotel Wendy.

" Wendy."

" Mh?"

" Aku khawatir." Ucap Irene sambil menatap kopinya.

" Kenapa? Aku tidak apa. Kamu tidak perlu terlalu banyak memikirkan balapan itu."

" Tapi taruhan nya mati!" Ujar Irene yang menghadap langsung ke arah Wendy. Memberi wajah gundah dan berharap jika Wendy tidak mau balapan dengan Jennie.

" Kamu tau, baru saja kamu melakukan hal yang sama, yang pernah seseorang lakukan padaku." Irene terdiam. Ia melihat Wendy yang meletakkan gelas kopinya di meja. Kemudian ia lepas kalungnya. Menunjukkan sesuatu pada Irene yang membuatnya sangat nekad agar dapat menang saat balapan dengan Jennie nanti.

" Ini kalung.....dari kekasih ku dulu.... namanya....." Wendy terdiam. Ia menatap lamun cincin yang sebagai liontin kalungnya. Irene memperhatikan. Ia melihat kalau Wendy nampak bersedih sekarang.

" ......Kim Seolhyun...." Lanjut Wendy walau terdengar lirih.

" Lalu...dia kemana?" Tanya Irene.

" Dia sudah tidak ada lagi." Jawab Wendy hingga jantung Irene terhentak kejut. Merasa salah jika dia bertanya hal itu pada Wendy.

" Dia meninggal karena aku telat di dekatnya."

" Apa yang terjadi?" Wendy menatap ke arah Irene. Ia pun terdiam dan menggali ingatannya tentang hal ini yang tidak pernah ia lupakan.

Running!! ✓ [C]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang