16

381 56 3
                                    

Ctang!!! Perkakas di lempar kasar oleh wendy ke lantai. Ia berdiri dari tidurnya karena memperbaiki mobilnya yang sudah lama tidak di perhatikan.

Sekitar 1 jam berlalu akhirnya Wendy terdengar kesal. Ia berjalan masuk ke kamar mandi sambil di tatap oleh semua orang yang tau suasana hati Wendy sedang buruk sekarang karena temannya sudah mati akibat balapan.

Irene berdiri dari sofa setelah lama duduk bersama Yeri, melihat gadis ini masih memeriksa keberadaan Daddy-nya.

Ceklek!!!

" Wendy." Panggil Irene sambil menutup pintu kamar mandi lagi.

Wendy mengusap wajahnya dengan handuk setelah ia kucek dengan air.

" Mh? Lapar?"

" No. Are you okay?"

" Tidak terlalu baik." Jawab Wendy
melihat Irene yang lemas dan dia sentuh pipi kanan Wendy.

" Semuanya akan baik-baik saja. Mungkin ini jalannya untuk langsung di panggil tuhan. Kamu harus bisa merelakan nya."

" Aku tidak tau tapi aku tidak rela begitu saja. Sehun temanku, dia selalu ada untuk ku bersama Kai dan Tae. Aku masih tidak percaya dia meninggalkan kami." Jelas Wendy yang hampir putus asa sekali karena dia merasa bersalah atas kematian Sehun.

" Semuanya belum tentu jadi yang terbaik. Tapi Sehun tau kalau kamu merindukan nya." Kata Irene sambil di tatap oleh Wendy yang mengangguk sambil mencoba tersenyum lepas.

Irene memeluknya. Wendy mengelus pelan kepala Irene sambil membuang panjang nafasnya agar hatinya tidak gundah dan sedih lagi.

Jennie memperhatikan sedari tadi pintu kamar mandi. Ia menoleh lirik ke arah Rose di sebelahnya yang sibuk bermain game.

" Hei, apa kamu yakin kalau Wenrene tidak melakukan hal aneh?" Bisik Jennie. Tangan Rose tidak neko-neko memukul langsung kepala Jennie.

" Are you crazy!!?" Kejut Jennie.

" Sudah aku peringatkan jangan bicara padaku lagi!!!" Bentak Rose yang tidak kalah berteriak di telinga Jennie. Wanita itu berdiri langsung dari sofa. Ia berjalan menjauh dari Jennie yang berhenti meringis kemudian tersenyum manis pada Rose yang menjauh. Lisa gabung, menyambar duduk di samping Jennie.

" So cute." Ucap Jennie.

" Aku!?" Tunjuk kejut Lisa. Jennie merubah image jengkelnya.

" You?" Tanya jengah Jennie.

" Tidak mungkin~~~" Lanjutnya yang ikut berlalu pergi dari sana.

" Mh? Dia padahal yang mengatakannya sendiri kalau aku lucu." Jawab Lisa sambil berkaca di jendela depan untuk melihat jika dia merasa tampan dan lucu.

-----

" Ok! Istirahatlah! Besok kita beroperasi lagi. Alex tidak akan bisa kabur besok." Kata Wendy dengan mata yang ia sipitnya sesekali dan juga wajah keseriusannya. Semua temannya lega. Ini yang mereka cari dari Wendy. Tidak seperti tadi, lesu sekali dan kadang-kadang dia marah sendiri dengan kerjaannya.

" Wendy..."

Wendy meletakkan kaosnya di atas kasur setelah ia buka. Pria itu menoleh ke belakang melihat pintu kamarnya yang terbuka karena si imut seperti ingin sesuatu.

" Kasurnya kecil, tidak apa?"

Irene tidak menjawab. Tapi ia mendekati tubuhnya lagi ke arah dekapan Wendy.

" Aku sudah menyuruhmu untuk tidur di kamar sebelah. Luas dan enak. Disini sempit sayang." Rangkul Wendy.

Mata yang tadinya tertutup, sekarang terbuka. Irene mengangkat dongak kepalanya, menatap Wendy yang sedari tadi memperhatikannya.

" Aku mendengar sesuatu di kamar sebelah."

" Mh?"










***

Bruk!!

" What happened!?" Kejut Rose saat Jennie ambruk ke arahnya. Jadi Rose ikut oleng dan terjatuh di atas karpet depan tv, membuat dirinya terus berdengus kesal.

" Ini kamarku kan?"

" What!? Kamarmu di bawah dengan Lisa!!"

" Lalu kenapa aku bisa sampai disini?"

" I don't know!! I don't care." Dorong Rose hingga Jennie berguling ke sebelah.

" Sialan Jennie!" Umpat Rose sambil berdiri, membenarkan kancing bajunya dan ia tatap Jennie yang tersenyum padanya.

" Pergilah keluar!!! Aku mau tidur!!"

" Tidur disini denganku."

" Aargh~!!"

Merasa perdebatan tidak sudah-sudah, akhirnya Rose mengabaikan Jennie. Dia langsung naik ke atas kasur, menarik selimut dan ia tutup semua tubuhnya.

" Jangan berani tidur disini!" Kata Rose di dalam selimut. Jennie berbalik, ia melihat Rose yang tertidur di kasur. Pria itu bergerak, melompat naik ke atas sofa panjang setelah sibuk berguling sana sini di karpet bawah.

" Chaeyoung....." Panggilnya. Rose membuka mata. Dia melirik Jennie di belakang sana kemudian menarik selimutnya lagi dalam menutupi telinga.

" Nama aslimu itu kan? Aku pernah mendengar kalau Wendy memanggil mu dengan nama ini. Aku baru tau kamu asli Korea." Jennie berbicara sendiri. Rose meski belum tidur dia tidak akan melayani Jennie. Lebih baik diam, nyimak dan menenangkan diri untuk tidur lelap.

-----

" Kamu dengarkan?"

" Kenapa Jennie di kamar kalian!?" Wendy naik darah.

" Tidak apa. Biarkan ini urusan Rose dan Jennie. Kemarilah sayang, aku butuh pelukan." Irene menarik tubuh Wendy lagi agar tertidur di sampingnya.

" Baby buka bajunya." Pinta Irene.

" Jangan. Nanti di lihat yang lain, tidak enak Irene."

" Kan pintu kamar terkunci." Irene sibuk sekali menaikkan kaos Wendy. Memperlihatkan setengah perut pria ini.

" Buka baby."

" Baiklah." Wendy terduduk di atas kasurnya. Ia membuka kaos dan ia lempar ke bawah kaki.

Irene tersenyum senang. Ia seret tubuhnya mendekati Wendy dan ia peluk sambil membenarkan kepala nyaman di dada empunya.

Cup!! Kecupan selalu di berikan Wendy setiap mereka ingin tidur. Ia akan menunggu Irene terlelap duluan barulah ia bisa menyusul mimpi.

Sambil mendekap empunya, pikiran dan ingatan Wendy merindukan sang Mommy. Dia berada di Korea tapi tidak mengunjungi ibunya.

" Besok aku akan ke rumah Mommy."

Tapi sebelum itu, Wendy teringat hal lain.

" Tapi besok,... Alex?"




TBC.....

Running!! ✓ [C]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang