Bab 03

55.8K 741 25
                                    

Semoga masih ada yang membaca cerita ini

Happy Reading
---------------------

Semua orang tahu keluarga Hutama adalah keluarga terpandang, kaya raya, kaum elit yang diagung-agungkan oleh masyarakat luas, semua orang ingin menjadi bagina dari keluarga tersebut untuk
mencapai kasta yang lebih baik.

Berbeda dengan Maemunnah Dirgantari Hutama atau orang-orang lebih mengenalnya dengan nama Maemunnah Dirgantari saja, Unna lebih suka namanya tanpa hutama di belakangnya. Bukannya tak bersyukur di besarkan di keluarga Hutama tetapi seperti ada beban
tersendiri memegang nama Hutama dibelakang namanya.

Dulu saat Unna masuk SMP banyak teman yang ingin dekatnya karena ia menyandang nama Hutama di belakangnya, Unna yang polos dimanfaatkan oleh orang-orang sebagai pesuruh dan Atm berjalan untuk teman-temannya. Lama Unna diam menerima semua kelakuan itu hingga ada seseorang yang melaporkan hal itu pada kakaknya. Mendengar Unna sering mendapat hal yang tidak menyenangkan
kakaknya mengamuk dan meminta Unna dipindahkan sekolahnya, dari situlah Unna enggan memakai nama Hutama di belakangnya sampai sekarang.

Hal layak umum hanya mengetahui bahwa kelurga Hutama mempunyai dua orang anak, satu laki-laki dan satunya lagi perempuan. Ganinryo Perwira Hutama sebagai sulung dari keluarga hutama dan si bungsu yang tak pernah tereksposke media. Setelah kejadian itu Unna seperti menarik diri dari media, menutupi kebenaran bahwa ia adalah salah satu bagian dari kelurga Hutama.

Unna seorang gadis yang memiliki keturunan Indo-Belanda sangat mencolok bila sedang bergabung dengan teman-temannya yang asli Indonesia. Rambutnya hitam legam sangat kontras dengan warna kulit memiliki putih khas orang Eropa, wajahnya yang cantik memiliki daya tarik untuk setiap pria yang melihatnya tetapi orang-orang tak berani mendekatinya. Tubuhnya yang proporsional sangat sebanding
dengan model-model internasional banyak membuat orang lain iri hati padanya.

Sekarang usianya sudah menginjak 21 tahun ini, kuliah di salah satu Universitas ternama di Jakarta. Semester 7 sedang sibuk-sibuknya untuk mengerjakan tugas akhir, begitupula dengan Unna yang sedang sibuk mencari bahan untuk penelitian tugas akhirnya. Rencananya hari ini ia akan bimbingan dengan dosen pembiming skripsi. Unna melangkahkan kakinya menuju ruang dosen tetapi saat diperjalanan asa yang menghalanginya.

“Eh Maemunnah sendirian aja nih? Mana kacung lo itu?”

Unna yang ditanyai seperti itu hanya diam saja, tak mau meladeni ucapannya.

“Bisu lo ya? Gue tanya diem aja?”

“Minggir gue mau lewat”

“Budek lo ya, gue tanya apa lo jawab apa?” ujar Elisa menghadang jalan yang akan Unna lewati.

“Gue gak tahu Anna dimana, gue belum liat dia dari pagi. Udahkan? Sekarang gue mau lewat”

“Lo boleh lewat kalau lo udah kerjain revisian proposal gue”

“Gue bukan kacung lo, kerjain aja sendiri lagi pula apa urusannya sama gue?”

“Oh wow, lo mulai berani sama gue?” ujar Elisa yang memegang kerah baju Unna yang kebetulan hari ini ia memakai kemeja.

“Dari dulu gue berani sama lo” ujar Unna menepis tangan Elisa yang masih di kerah bajunya tetapi Elisa
kembali menarik baju Unna lebih kencang dari sebelumnya.

“LEPAS” suara itu tiba-tiba terdengar lantang di kuping mereka.

“Lepasin tangan lo atau gue bakal lakuin sesuatu yang pasti lo bakal nyesel buat milih itu”

Elisa yang mendengar ancaman itu langsung melepas cengkramannya dari kerah Unna dan langsung merangkul bahu Unna supa bisa berjalan bersamaan dengannya.

My Munnah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang