Bab 05

38.3K 600 13
                                    

Happy reading
---------------------

Seorang pria mengayunkan kakinya menuju sebuah rumah di sebuah komplek perumahan elit di bilangan Jakarta. Rumah ini memiliki design percampuran Eropa dan modern, aristek dan beberapa bahannya di datangkan langsung dari Belanda. Tampilan depan rumah yang
menunjukan penghuninya pencinta seni dengan adanya beberapa patung terpajang disana di sertai halaman yang luas dan pagar yang berdiri dengan kokoh dan besar.

Berjalan dengan pasti dengan langkah lelah setelah percintaanya tadi, kakinya berjalan lebih dalam menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Sedikit melirik pada jam tangan yang
menempel pada tangan ternyata sudah pukul 04.00 pagi itu artinya para maid dan pekerja lainnya
sudah siap untuk memulai hari mereka.

“Aden baru pulang?” Suara itu mengehentikan langkah si pria

“Iya, mbok, kerjaannya lagi numpuk jadi baru bisa pulang sekarang”

“Mau saya siapakan air untuk mandi atau makan dulu den?”

“Tidak usah mbok, saya capek mau langsung istirahat saja”

“Kalau begitu mbok ke dapur dulu den”

Si pria mengangguk lalu melanjutkan langkahnya kembali tetapi baru beberapa langkah ia mendengar suara jeritan dari arah ruang tv. Ayolah ini masih sangat pagi dan si mbok sudah teriak sekencang itu lalu si pria mengacak rambutnya frustasi. Takut terjadi sesuatu langkahnya
kini langsung berbelok dan berlari menuju sumper suara. Saat ia sampai ia melihat keadaan si mbok dalam keadaan yang baik tidak terjadi sesuatu apapun.

“Kenapa mbok teriak-teriak?”

“Ihh, den Ryo ngagetin aja”

Lah perasaan dia yang ngagetin. “Kenapa, mbok?” tanya Ryo lagi

“Ini den, non Unna masa tidur di sofa” ujar si mbok sambil menunjuk sofa dimana Unna sedang tertidur dengan pulas.”Mbok, bangunin dulu yaa”

“Ehh, gak usah mbok biar saya yang pindahan ke kamarnya. Mbok bawain aja tas saya ke kamar”

Ryo melihat sosok yang tengah tertidur pulas di sofa itu, lalu tersenyum melihat posisi tidurnya.
Kepala dan tangan sebelah kanannya hampir terantuk ke bawah lantai dengan tubuh dan kaki yang masih sempurna menempel pada sofa sungguh posisi yang tidak baik untuk di contoh.

Ryo melipat kemejanya sampai ke siku menampilkan otot tangan yang terlihat begitu kekar lalu menyelipkan tangannya pada tubuh Unna di bagian leher dan kakinya memangku tubuh lemah Unna yang seringan kapas. Ryo mengayunkan kakinya menuju lantai dua dimana letak kamar mereka berada. Saat menaiki tangga Ryo melihat wajah Unna yang sedang tertidur pulas dalam pangkuannya, wajah tanpa make upnya menampilkan kecantiknya yang tak bisa Ryo pungkiri bahwa Unna benar-benar cantik tak ada riasan make up di wajahnya.

Reflex Ryo memgusap wajah Unna ketika ada helai rambut menutupi wajahnya yang membuat Unna terusik dalam tidur dan bergerak menyusup ke arah dada bidang Ryo dan membuat Ryo tersenyum melebarkan bibirnya. Ryo terus melangahkan kakinya tanpa terasa sudah sampai di kamar, ia meletakkan Unna di ranjang lalu ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Beberapa saat kemudian Ryo kembali dean keadaan badan yang lebih segar kemudian berjalan menuju alamri untuk mengambil celana kolor, setelah itu ia membaringkan tubuhnya di samping Unna dan menyusulnya menuju dunia mimpi.

*
Sinar matahari sudah mulai masuk kedalam celah sebuah kamar, seorang gadis itu masih bergelut dengan selimutnya, guling yang terus menempel padanya dan selimut yang terasa lebih hangat memberikan rasa nyaman dan tidak mau beranjak dari ranjang itu.

Si gadis merasa ada yang memeluknya dengan erat dari depan, rasa hangat dan pelukan tersebut semakin terasa dalam dirinya ketika ia mencoba mengerakkan tubuhnya untuk melepas pelukan itu. Bukannya pelukan itu terlepas,tetapi ia merasakan pelukannya lebih mengerat daripada yang ia rasakan tadi apalagi di bagian perut yang dijadikan tumpuan pelukan dan sebuah kepala yang menempel di belahan payudaranya. sangat hangat, nyaman dan sedikit geli , tapi siapa yang memeluk si gadis.

My Munnah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang