Bab 01

139K 1.2K 11
                                    

Happy Reading 😁

Matahari mulai meninggi di langit ufuk timur, cahayanya mulai masuk ke dalam sebuah kamar. Si penghuni kamar tak heran jika cahaya surya bisa masuk ke dalam kamarnya yang tiap malam selalu di tutup gorden, tapi saat pagi hari sinar matahari dan angin bertukar keluar masuk dengan bebas ke kamarnya.

Semua itu tidak lain ulah adik kecilnya, entah hobi atau kebiasaan, dia selalau melakukan hal itu. Adik kecilnya akan bangun pagi langsung membuka gorden dan jendela-jendela agar cahaya matahari dan udara pagi yang sejuk masuk ke dalam kamarnya setelah itu masuk ke kamar kakaknya melakukan hal yang sama dengan apa yang dia lakukan di pada kamarnya.

Si penghuni kamar mulai terusik dengan cahaya yang menyilaukan mata, tak mau tidur nyenyaknya diganggu lalu menarik ke atas selimut yang tadi hanya sebatas perut kini menutupi seluruh badannya.

Si adik mendekat menuju si penghuni kamar, bukannya bangun si penguni jamar malah semakin bergelung manja dengan selimutnya dan membuat si adik mendengus kesal.

Si adik menghirup udara yang ada disekitarnya, sebanyak kuantitas yang bisa di hirup oleh kedua lubang kecil hidungnya lalu mengeluarkan kembali udara tersebut dengan kasar, haaah terdengar 3 kali dia mengembuskan nafasnya. Butuh kesabaran dan usaha yang kuat untuk bisa membangunkan kakaknya. Huft

"Kak...kak...kakak...kaaak"

"Kak..kak... Kakak, ayo bangun kak, udah siang nih" ujar si adik sambil mengunjang badan sang kakak.

"Masih pagi ahh"

"Pagi, kau bilang? Ini sudah siang tau" ujar sang adik sambil mencebikan bibir mungilnya.

"Iya, pagi. Ini buktinya masih gelap" jawab sang kakak dengan mata tertutup.

"Masih pagi apaan sih kak, ini udah siang tahu... coba buka selimutnya dulu terus buka matamu pelan-pelan liat ke jendela matahari udah ada seperempat di langit loh. Ayolah, kak bangun" tetap mengoyang-goyang tubuh sang kakak.

Tidak ada jawaban dari sang kakak.

"Kaaak...kakak ih kak bangun dong, aku ada kelas pagi nih" rengeknya.

Satu kelemahan sang kakak yaitu jika sang adik kesayangannya sudah merajuk begini, dia tidak bisa menolak permintaan adiknya. Bagai sihir yang menyerap jiwa dan raga, permintaan dan rengekkan itu bagaikan perintah yang wajib dia dilakukan dan pantang untuk di tolaknya.

Sang kakak menurunkan selimutnya lalu perlahan membuka matanya, memgedipkan mata seolah menyesuaikan berkas cahaya yang masuk ke kelopak matanya.

"Iya..iya kakak udah bangun nih" ujar sang kakak

"Hmmm. Bangun tuh dari ranjang terus mandi kak, bukan buka mata sama selimut doang tapi badan masih rebahan di ranjang. Dasar team rebahan"

"Oke..oke kakak bangun tapi cium dulu"

"Nggak, mau. Mulut kakak bau"

"Oke, kalau gitu peluk dulu nanti kakak bangun" ujar sang kakak sambil merentangkan kedua tangannya.

"Nggak, mau. Kakak bau, belum mandi" jawab sang adik.

Bukan alasan bau dan belum mandi yang sebenarnya dia rasakan. Akhir-akhir ini jantungnya selalu berdebar tak jelas jika berdekatan dengan sang kakak. Dan lagi, kebiasaan tidur sang kakak yang selalu tidur shirtless selalu membuyarkan fokus dan imajinasi liarnya. Tubuh atletis yang hanya memaikai celana boxer itu adalah pemandangan yang biasa tersaji setiap dia membangunkan sang kakak. Salah satu cobaan hidup menurutnya.

"Kak, ayolah ini udah siang, aku bisa terlamabat nanti"

Tanpa terduga, sang kakak menarik tangannya hingga dia terjatuh kepelukan kakaknya.

My Munnah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang