Chapter 2

1.9K 191 34
                                    

»» Roter Faden ««
.
.
.
.
.
.

Limousine mewah itu melintasi jalanan hutan yang rimbun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Limousine mewah itu melintasi jalanan hutan yang rimbun. Meskipun berkabut, namun jalanan itu masih terlihat dengan jelas.
.
.
Kedua roda itu berputar menuju arah mansion keluarga yang rutin dikunjungi dikala liburan saat ia masih muda dulu. Sekarang, setelah tahta keluarga telah berada di tangannya. Ia akan menjadikan mansion megah milik keluarga itu menjadi huniannya.
.
.
‘’kau membawaku ke rumah keluarga Oh yang jauh dari perkotaan. Lihatlah, aku sampai sulit bernafas saat melihat sekeliling jalan. Menyebalkan…’’
.
.
Senyum pria itu patut diakui, tak ada yang tidak menjerit jika mendapatkan senyum menawan pria itu.
Pewaris tunggal keluarga Oh.
Oh Sehun.
Semuanya ada di tangannya.
Wanita manapun akan bersaing mempercantik penampilannya hanya untuk memikat hati sang pewaris tahta.
.
.
Namun, akhirnya Oh Sehun hanya mengikat satu wanita yang beruntung untuk menjadi tunangannya.
.
.
Huang Aisya, putri dari Huang Taehyun sang pemilik perusahaan property terbesar kedua di Korea setelah keluarga Oh.
.
.
‘’Oh Sayang… kau hanya perlu bertahan beberapa menit lagi. Kita akan sampai di mansion agar kita bisa menetap disana sementara’’
Lengan kokoh itu menggeret pinggang sempit itu mendekat kearahnya.
.
.
Bisikan seduktif di telinga sang wanita membuat senyum kemenangan di wajah keduanya.
Saling menantang hasrat yang mungkin akan meledak jika mereka tidak menahannya.

‘’hanya kita berdua sayang… kau dan aku. Dan kita akan melanjutkan aktifitas kita yang tertunda’’ kecup sang pria di leher sang wanita, mengundang kikikan merdu nan menggoda disaat bersamaan.

‘’kau nakal Oh Sehun’’ ucap wanita cantik itu dengan tangan yang merambat ke dada bidang tunangannya.
.
.
Dan ciuman penuh hasrat serta sentuhan mengundang mendampingi mereka menuju mansion keluarga Oh.
Mereka tak tau.
Bahwa mereka telah disambut oleh sesuatu yang telah mengintai mereka dari jauh.
.
.
Dalam kabut hutan malam.
Sinar rembulan yang menyesakkan.
Suara melengking yang tidak mampu didengar oleh manusia itu membawa sosok putih diantara pohon pohon besar itu pergi.
.
.
.
.
.

Dalam hutan lebat itu.
Kastil besar nan kokoh itu berdiri begitu agung serta menyeramkan.
Bayangan hitam dan putih berlalu lalang di antara pelataran dan menembus pintu serta dinding kastil dengan cepatnya.
.
.
Seberkas cahaya putih melesat cepat menuju kedalam kastil dan berputar-putar di atas sebelum turun dengan lambat di depan singgasana seorang wanita yang dikelilingi 4 pria yang berpandangan kosong yang sedang mencoba meraih sang wanita anggun.
Begitu memuja hingga kadar buta.
.
.
Sosok putih itu berubah menjadi wanita cantik dengan gaun serba putih dan selendang bulu senada yang tersampir apik di pundak kirinya yang begitu menggoda.

.
.
Namun, tatapan datar di antara matanya yang tajam dengan kornea mata yang hampir mirip dengan kornea mata ular itu tunduk setelah melihat nona agungnya.

‘’nona… mereka telah datang… ‘’
.
.
Bertompang dagu, ruby cerulean itu memandang datar tangan kanannya yang begitu ia percayai itu.
.
.
Sudut matanya tertarik begitu mendengar berita yang sudah ia tunggu selama ratusan tahun itu.
.
.
Bibir merahnya sedikit terangkat membuat keempat pria itu menjadi begitu agresif meraih sang wanita agung begitu keras.
Mereka berpeluh karena keinginan yang tak terpenuhi. Budak kegilaan wanita agung. Yang sialnya mereka semua adalah pria-pria tampan yang harus berakhir tragis.
Mata mereka menghitam.
Saat wanita agung itu berdiri.
Dagu wanita agung itu terangkat sepercenti dan mata tajamnya semakin tajam menunjukkan betapa ia telah menunggu puncak waktu tujuan hidupnya.

‘’saatnya bermain Baekhyun…’’

Sungguh begitu merdu suaranya hingga keempat pria itu semakin memberontak meraih sang wanita agung itu.

‘’ apakah aku ketinggalan informasi …?’’

sosok hitam yang berputar-putar di langit-langit ruangan melesat dengan cepat sebelum berhenti disamping pesuruh nona agung mereka yang bernama Baekhyun.
.
.
Satu lagi wanita dengan rambut hitam dan mata hitamnya yang tajam datang dengan santai, mengundang tatapan datar dari Baekhyun yang menurutnya sangat mengganggu.

‘’Kyungsoo…’’ ucap sang nona agung mereka, membuat Kyungsoo yang baru saja datang menatap antusias.

‘’ya nona agungku…’’

‘’kau butuh makanan untuk hewan peliharaanmu…’’ ucap sang nona agung misterius.
.
.
Menampilkan senyum misterius juga di wajah Kyungsoo.
Kedua taring itu mempermanis dan sekaligus menakutkan di wajah sang bawahan.

‘’tentu nona agungku…’’ ucapnya antusias.

‘’bawa mereka…’’ ucap sang nona agung menunjuk kepada keempat pria tampan yang terantai diantara leher dan kaki mereka.

‘’puja nona agungku… hamba mengucap terima kasih atas pemberianmu’’

Kedua kornea mata hitam itu seketika berubah menjadi hijau pekat keseluruhan begitu menakutkan.
.
.
Beberapa sosok hitam berdatangan dan portal besar terbuka, menampilkan seekor singa bersisik yang mengeluarkan liur serta auman yang menggila.
.
.
Sosok hitam itu berterbangan dan membawa keempat pria tampan yang meronta itu masuk kedalam portal.
.
.
Seruan suara dari keempat pria itu bagaikan melodi dari ketiga wanita kegelapan yang memandang kejadian itu dengan datar.

.
.
Senyum misterius tersampir diantara wajah elok mereka yang memikat setelah mendengar beberapa tulang yang retak dan pekikan dari korban korban yang telah meregang nyawa dan menghilang setelah portal besar itu tertutup.
.
.
.
.
.
Suasana kastil yang ramai seketika menjadi sunyi dan senyap.

‘’Kyungsoo… Baekhyun… pantau mereka, dan kita akan bermain setelah ini’’
.
.
.
.
.
Dalam kamar megah dan luas bergaya eropa itu seakan kontras dengan keadaan yang ada.
.
.
Selimut dan baju yang berserakan seperti pemanis ruangan yang sudah awam terjadi seperti yang dirasa oleh dua anak adam dan hawa yang masih terjaga seperti sepasang ular di musim kawin, saling melilit dan menggoda satu sama lain dengan iringan kikikan, erangan, desahan, dan geraman hamir sepanjang malam berlalu.
.
.
Aroma seks yang pekat tak menyurut hasrat mereka untuk saling membelit mencari kenikmatan dunia yang digenggam oleh mereka berdua.
.
.
Mansion megah nan luar yang berada di pinggir hutan itu terguyur oleh hujan dan sambaran petir nan menggelegar.
Namun sang pemilik rasanya sudah buta.
Bagaimana ia bisa menyadari keadaan yang ada jika ketegangan di ujung kejantanannya masih membutakan pikiran dan akal sehatnya ?
begitu pula dengan sang wanita, tak ubahnya seperti ular betina yang selalu menempel di tubuh pasangan.
Meliuk-liukkan tubuh dan mendesah akan kenikmatan yang baginya tiada tara.
.
.
.
.
.
Sepasang mata di kegelapan malam memandang kegiatan mereka dengan penuh seringaian.

‘’sampai bertemu besok… Oh. Se. Hun.’’
Ucap sosok itu dengan lirih, seakan mengantarkan kepada angin malam untuk sampai terdengar di telinga sang pria yang sedang memeluk posesif sang tunangan.
.
.
Kedua mata tajam yang sempat terpejam itu terbuka sesaat setelah menerima suara yang entah darimana asalnya.
.
.
Seperti terhipnotis, kedua kelopak mata itu kembali terpejam, dan keadaan kembali seperti semula.
.
.
Seakan kejadian ganjil itu terhapus oleh waktu dan terlupakan begitu saja.

.
.
.
.
.
.

»» Roter Faden ««
.
.

Roter Faden [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang