2 - They Are Mine

422 54 5
                                    

Hangyul menatap jengah pada Jo Chan. Temannya itu sejak tadi tak berhenti menatap ke arah ayah dan ibunya seperti melihat situs kuno berlapis emas. "Hey, matamu itu. Biasa saja menatapnya."
Jo Chan mengerjab. Ya. Tadi, Hangyul akhirnya membawa Jo Chan serta Rocky untuk makan malam di rumahnya. Rocky tentu saja mau, lagipula ayah dan ibunya masih dinas ke luar kota, jadi mungkin dia sekalian menginap saja di rumah Hangyul. Toh, dia sudah sering, setidaknya tak terjadi culture shock seperti Jo Chan.
"Hyeong, temanmu tak pernah melihat artis ya?" Dohyon mencibir, heran dengan wajah bodoh Jo Chan. Sedangkan dua temannya, Jeongwo dan Haruto memilih menikmati makan malamnya, abai dengan Jo Chan.
"Entahlah." Hangyul kini sudah menyerah, memilih membiarkan temannya itu menikmati visual orang tuanya.
"Jo Chan~ssi, kau tidak makan?" Suzy berusaha membawa Jo Chan ke alam sadarnya. Tapi respon yang diberikan justru lain.
"Wuahh...hya..aku baru saja berbicara dengan National First Love Korea."
Hangyul menghela nafas. Jo Chan sudah tidak tertolong.
~~~

Hari ini adalah akhir pekan, tapi rumah keluarga Kim begitu sunyi. Tadi, setelah sarapan, Myungsoo berpamitan untuk segera ke agensi- debut idol baru nya harus sempurna. Sedangkan Suzy memiliki jadwal menjadi salah satu model di Elle Korea untuk bulan depan. Dohyon? Remaja itu setelah sarapan memilih bermain di ayunan, memainkan alat musik tradisional di halaman belakang. Sedangkan Hangyul sibuk mengerjakan aransemen lagu di studio kamarnya.
CEKLEK..
"Hyeong?" Kepala Dohyon menyembul dari balik pintu kamar Hangyul.
"Wae? Gopayo?" Hangyul menoleh sejenak, paham kalau adiknya ke kamarnya pasti meminta dibuatkan makanan. Tapi remaja itu menggeleng dan memasuki kamar kakaknya, membaringkan diri di kasur Queenbed sang kakak. "Aniya."
Hangyul mengeryit. Tumben sekali. "Geurom wae?"
"Hyeong~eun..Produce ara?"
Hangyul menaikkan satu alisnya.
"Produce- Wanna One?"
Dohyon mengangguk. "Naneun-kagosipeo."
"Yeee? Neo jinca?"
Dohyon mengangguk. "Na jincaro."
"Eomma ara?"
Dohyon menggeleng. "Geurom appa?" Remaja itu kembali menggeleng. "Aigoo..kenapa kau baru mengatakannya. Kau sudah mengikuti audisi?"
Dohyon mengangguk. "E-eoh."
"Jangan bilang kalau kau lolos dan-" Hangyul mendesah frustasi, senyum menggemaskan Dohyon sudah cukup jadi jawaban. "Haihhh...anak ini. Kenapa kau selalu membawa hyeong di posisi sulitt...aiguuu..uri Dohyonn...aishh."
"Hyeong...jeball...eumb?" Dohyon mengeluarkan puppy eyes nya.
"Arasseo-arasseo."
"Gumawo hyeong..."
Hangyul mendengus. "Kapan kau ikut ke sana?"
"Minggu depan."
"Mworagu? Minggu depan-- lusa?"
Dohyon mengangguk. "Aishh..."
~~

Myungsoo tengah menikmati suasana sore akhir pekan sambil duduk di ayunan tepi kolam renang rumahnya. "Appa!!"
BYUURR
Sudah diduga, weekend sorenya tak akan semulus yang dibayangkan. "Aishh...kau sudah besar Kim Hangyul." Sungut Myungsoo.
Hangyul segera muncul ke permukaan, menopangkan kedua lengannya di sisi kolam, memperlihatkan otot tangan dan tubuhnya. "Wah, darimana kau mendapatkan otot itu eoh?" Goda Myungsoo.
Hangyul mencibir. "Tentu saja dari berenang."
"Kau tidak pernah menari lagi?"
"Memang menari menambah abs?" Hangyul menatap polos ke arah ayahnya. Astaga...anaknya ini. Ralat. Hangyul belum benar-benar dewasa ternyata.
"Eishh..tentu saja. Kau tidak lihat, tubuh appa masih bagus walaupun sudah berumur lebih dari empat puluh tahun? Itu karena sering berlatih."
Hangyul mengangguk. Mencoba paham dan percaya-biarkan appanya senang.
"Appa."
"Hem?" Myungsoo menoleh ke arah Hangyul sambil melepas kaos yang dikenakannya.
"Dohyon mengikuti acara survival dan dia lolos." Hangyul berkata pelan, takut kalau sang ayah tak berkenan.
"Produce?" Kini Myungsoo sudah melakukan pemanasan, bersiap berenang.
"Emm...produce."
Sang ayah mengangguk. "Ya. Appa ara."
BYURRR! Myungsoo kini sudah menyelam, meninggalkan si sulung yang hanya mencebik pelan. "Sudah kukira, tak mungkin appa tak tahu."
Hangyul menurunkan kacamata renangnya lalu mengikuti sang ayah.

Sementara Hangyul dan Myungsoo berenang, Suzy sengaja mengajak Dohyon pergi ke supermarket terdekat untuk membeli bahan BBQ. "Eomma, kenapa tiba-tiba membuat BBQ?" Si bungsu mendorong troli, sedangkan sang ibu sibuk memilih daging.
"Hem? Wae? Shireo?"
"Aniya...geunyang insanghae."
Suzy hanya terkekeh. Anak itu tak tahu kalau pesta ini perpisahan untuk si bungsu yang akan mengikuti program survival. Suzy tahu, tentu saja. Boa adalah salah satu juri di sana, mungkin anak itu lupa kalau Myungsoo pernah mengajaknya ke konser Boa. Satu lagi, wajah Dohyon itu sangat Suzy sekali, tapi kedua matanya, itu milik sang ayah.
"Kau mau membeli sesuatu?" Suzy kini menghentikan langkahnya di depan sebuah pusat perbelanjaan.
"Kita tidak langsung pulang?" Heran Dohyon.
Suzy menggeleng. "Kau mau langsung pulang?"
Dohyon mengangguk.
"Yakin?"
Dohyon menggigit bibir bawahnya. Sejujurnya ini waktu yang tepat untuk mengatakan ke ibunya. "Eomma..."
"Ya?"
"Naneun...halmari isseo."
"Mussun?" Suzy menepikan mobilnya ke arah basement.
"Sasil...aku lolos di produce survival dan lusa aku masuk karantina."
Suzy tersenyum. "Aro...eomma aro. Itu yang sejak tadi eomma tunggu."
"Mianhae."
"Gwaenchana. Tapi kenapa tidak jujur ke appa dan eomma?"
"Aku tidak mau dinilai panjat sosial. Tidak menyenangkan sama sekali." Keluh Dohyon. Suzy paham, karirnya dan Myungsoo bisa dibilang sangat baik hingga saat ini, tapi publik juga tak pernah tahu bagaimana identitas putra mereka.
"Tak apa, tapi nanti, kau harus menjelaskannya ke appa, algetji?"
Dohyon mengangguk.
"Ayo, kita membeli sepatu untukmu. Eomma tidak mau kakimu sakit karena sepatunya tak nyaman dengan aktivitasmu di sana. Kau harus punya beberapa sepatu, banyak kegiatan yang harus dilakukan, ok?"
Dohyon tersenyum lalu memeluk sang ibu dari samping, membuat beberapa orang di sana terkejut. Siapa juga yang tak terkejut, Bae Suzy muncul bersama sang anak di salah satu pusat perbelanjaan ternama.

MyungZy VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang