5 - Bae's

243 37 2
                                    

Suzy menatap jengah pada dua remaja berbeda usia yang kini tengah sibuk bermain slame di ruang tengah keluarga Bae. "Kalian sudah pulang? Cepat sekali.." Suzy menjatuhkan tubuhnya di sofa, membuat atensi dua remaja itu teralih sebentar.
"Eoh. Kami dipulangkan lebih awal." Jisung, si bungsu dari keluarga Bae menyahut.
"Wae?" Suzy kini menyilangkan kedua kakinya di atas sofa, sesekali melirik kedua adiknya.
"Suami Park saem meninggal, jadi semuanya ke rumah duka." Itu Chenle yang menyahut, si anak kedua keluarga Bae. Suzy mengangguk.
"Hya- kalian mau makan apa? Nuna akan mentraktir kalian, heum?" Suzy kini memajukan kepalanya di sela-sela tubuh Chenle dan Jisung. Keduanya mengeryit.
"Sundubujigae." Jisung menjawab.
"Aniyaaa! Ramen. Masak ramen saja nuna." Chenle menolak, menatap ke arah Suzy. Gadis itu mengerjab.
"Aishh waeee....shireoo! Dubu-dubu, eoh? Jeballl~" Jisung mengeluarkan aegyonya. Ohhh! Suzy sudah menyerah kalau seperti ini.
"YA! Kemarin sudah makananmu, sekarang giliranku! Na hyeongiya!" Chenle melotot- tak terima dengan pilihan  Jisung. Enak saja, dia kan lahir lebih dulu, harusnya dia bisa menang dengan Jisung.
"Andwae! Karena kau hyeong, kau harus menurutiku!" Jisung juga ikut melotot.
Suzy menghela nafas. "Haisshh, sudah. Nuna akan memesan sundubujigae dan membuat ramen, ottae?"
Jisung dan Chenle saling pandang, lalu mengangguk. "Kull."
"Geundae...kenapa nuna tiba-tiba baik sekali? Insanghae Jisung~ah." Bisik Chenle pada Jisung. Remaja 16 tahun itu menatap polos.
"Molla. Hya, kajja, lanjutkan saja." Jisung kembali asik dengan slime nya.

---

Chenle mengerucutkan bibirnya sebal. Ia sebenarnya sudah menduga kalau kebaikan kakaknya itu pasti berpamrih. "Jadi nuna membelikan kami makanan supaya bisa kencan di rumah?!" Sungut Chenle yang kini melihat Suzy tengah menatap pria di sampingnya dengan tatapan memuja.
Suzy melotot, menoleh ke arah sang adik yang sejak tadi duduk sambil menatap nyalak pada namja di samping Suzy.
"Ish...Myungsoo oppa mengajari nuna, anak ini. Hya, tidur saja, Jisung sudah tidur kan?"
Chenle semakin menekuk wajahnya. Sedangkan Myungsoo, namja itu menatap Chenle sambil terkekeh. "Mwoya, tidur siang?" Gumamnya.
"Dia dan Jisung senang tidur siang. Seperti bayi. Apalagi kalau eomma dan appa tak ada."
Chenle sudah geram. Dasar kakak menyebalkan.
"Mwoyya! Nunaa!"
SRAKK! Chenle menarik salah satu buku di meja dan membawanya ke lantai atas, menyisakan Suzy dan Myungsoo yang terkejut. 
"Astaga...anak itu." Gumam Suzy. Ia melirik sejenak ke arah Myungsoo, merasa tak nyaman dengan sikap sang adik. "Oppa..mianhae. Dia memang sering seperti itu."
Myungsoo tersenyum. "Gwaenchana. Dia sepertinya merasa diabaikan."
Suzy tersenyum kecil, lalu pamit untuk melihat adiknya.

CEKLEK
"Kau marah dengan nuna?"
Chenle mengerucutkan bibirnya sambil melipat kedua tangan di depan dada.
"Nuna mengabaikanku! Kenapa tak bilang dari awal kalau mau berkencan dengan hyeong itu.." lirih Chenle. Suzy menghela nafas.
"Kau tidak menyukainya?"
Chenle terdiam.
"Heii...dia baik, ayolah...kau tidak bisa seperti ini terus. Kajja." Suzy memeluk adiknya, menepuk pelan kepala berambut pirang itu. "Nuna minta maaf karena tak memberi tahu. Sebenarnya itu sengaja...karena kalian pasti akan menjahili Myungsoo oppa. Lagipula, kami belum resmi berpacaran, hanya dekat."
Chenle bergumam, membuat Suzy terkekeh. "Mau tidur dengan Jisung saja?" Suzy melepas pelukannya.
"Tidak. Aku akan ikut nuna."
Suzy terkekeh, lalu berjalan mengikuti adiknya keluar kamar. "Dia itu."
"Eoh, kukira kau benar-benar tidur." Myungsoo menatap Chenle yang kini duduk di sofa belakang Myungsoo. Ya. Suzy dan Myungsoo mengerjakan tugas di ruang tengah, di tempat Chenle dan Jisung bermain slime.
"Jangan sok dekat." Chenle menjawab sinis, membuat Myungsoo terkekeh.
"Ingat, jangan mengganggu, arasseo?" Suzy kembali memperingatkan.
Chenle hanya menatap kakaknya sekilas lalu asik dengan ponselnya.
--

"Sayang...astaga, kenapa kalian tidak pernah mengahabiskan kimbabnya.." Shinhye menatap sebal ke arah dua anak laki-lakinya. "Heh..benar-benar seperti ayahnya. Ya, Bae Suzy, jangan coba-coba menyisakan makanan." Shinhye memperingatkan putri sulungnya, membuag Suzy mencebik.
"Aihhh...eomma~."
Chenle dan Jisung hanya tertawa. "Wae?" Hyunbin menarik kursinya di ruang makan.
"Nuna tadi berkencan di rumah." Celetuk Chenle. Membuat Suzy melotot. Dasar mulut kecil itu. Sedangkan Chenle tersenyum puas.
"Aigoo...nuga? Geu namja nuga?" Hyunbin mendecih. Shinhye hanya menggeleng sambil meletakkan sup ayam kesayangan anak-anaknya.
Jisung mengedikkan bahu. "Molla, tapi...cukup tampan, tapi tidak setinggi Johny hyeong."
Ya. Johny adalah pacar pertama Suzy yang berhasil merebut hati kedua anak itu. Tapi keduanya memutuskan untuk berpisah saat namja itu dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Tragis memang, ditinggalkan saat sedang sayang-sayangnya.
"Tskk...sebut saja terus nama Johny. Ishh...dasar anak kecil."
"Jincayo? Kau benar berkencan? Kenapa tak dikenalkan ke eomma?" Shinhye menatap ke arah Suzy.
"Kami belum berpacaran, hanya dekat."
"Geundae...aku akan mendukung nuna kalau hyeong itu mau membelikanku sesuatu.." senyum Chenle merekah. Jisung hanya mengeryit.
"Jangan aneh-anehh..."
"Ahh...matta!" Jisung memekik.
"Logo terbaru frozen! Hya! Neo jinca daedanhae...ottae?"
Chenle mengangguk. "Geuromm.."
"Aishhh....YA! KAMI BELUM BERPACARAN!!!" Pekik Suzy.
***

Myungsoo sejak tadi hanya bisa melirik sesekali pada gadis berambut hitam sebahu di sampingnya. Ya. Suzy sejak tadi terlihat begitu serius dengan sorot mata setajam laser. "Emm...Suzy~ya...kau..baik-baik saja?"
Suzy melirik sekilas pada sunbaenya itu. "Aniya."
Myungsoo meringis pelan. "Ge-geurae? Chakkaman, tetap di sini dan tolong jaga tas ku."
Suzy mendengus. Ia sedang kesal sekarang. Tentu saja, karena Chenle dan Jisung, kedua orang tuanya terus mendesaknya untuk membawa Myungsoo ke rumah. "Aishh...bocah cilik itu benar-benar menyebalkan."
Lima menit kemudian, Myungsoo sudah kembali dengan dua cobe ice cream rasa vanilla di kedua tangannya. "Untukmu. Setidaknya, moodmu akan membaik." Myungsoo menyerahkan satu cone es krim pada Suzy. Gadis itu terdiam.
"Anmogo?"
"E-eoh, gumawo sunbae." Ohh...jantung Suzy serasa ingin keluar dari tempatnya. Bagaimana tidak, Myungsoo sejak tadi terus saja tersenyum-memakan es krim-dengan wajah yang menatap ke arahnya. "Kau lucu saat gugup seperti ini." Kekeh namja itu.
Benar-benar tidak tahu diri. Sudah tahu gadis di depannya sedang gugup, masih saja ditatap. "Tak usah gugup, anggap saja ini latihan sebelum kita benar-benar menjadi sepasang kekasih."
Suzy melotot. "N-ne?"
"Ayo berpacaran. Bae Suzy." Myungsoo tersenyum manis.
---

Jisung dan Chenle sejak tadi hanya menatap heran ke arah sang kakak yang tak berhenti tersenyum. Gadis itu bahkan tak menyadari kalau kedua orang tuanya baru saja pulang. "Suzy?" Shinhye memanggil putri sulungnya. Tapi tak ada jawaban, yang dia dapatkan malah senyuman Suzy yang semakin lebar.
"Sepertinya dia gila." Chenle menggeleng pelan, lalu kembali larut ke permainan legonya. Bukan. Itu bukan lego terbaru Frozen. Itu lego lama yang dibelikan ayahnya enam bulan lalu.
Jisung mengedikkan bahu, lalu kembalu menyibukkan diri dengan permainan PUBG di ponsel pintarnya.
"Ada apa dengannya?" Bisik Hyunbin pada istrinya.
"Aku tidak tahu. Lebih baik oppa ganti baju, aku akan menyiapkan makan malam." Ucap Shinhye. Hyunbin mengangguk lalu menaiki tangga ke lantai dua.
Suasana makan malam terasa begitu tenang, sesekali terdengar dentingan sendok dan garpu juga perselisihan antara Jisung juga Chenle.
"Appa." Suzy meletakkan sendok dan garpunya.
"Hem? Waeyo?"
"Nan...halmari isseo." Yeoja itu tersenyum kecil.
"Mwonde?"
"Aku...berpacaran dengan Myungsoo oppa."
Hening.
"YESSS! KITA MENDAPATKAN LEGOO!" Teriak Chenle, membuat Hyunbin menggeleng kecil.
Jisung juga tak kalah heboh. Remaja itu langsung mengeluarkan ponselnya di saku dan menyodorkannya pada Suzy.
"Nuna. Ini. Lego yang harus dibeli Myungsoo hyeong."
Suzy meringis. "Araseeo...dia bilang, akan mengajak kalian besok Sabtu."
"Wohooooo!" Sorak Jisung dan Chenle bergantian.
"Aishh...seharusnya aku yang senang, tapi ini malah aku yang malu." Gumam Suzy.

~~~END~~~

....
"Ayo berpacaran. Bae Suzy."
Suzy membulatkan kedua matanya. "Mwo-mworagu?"
Myungsoo terkekeh. "Aku menyukaimu Suzy...sejak melihatmu berkenalan di klub belajar enam bulan lalu. Jadi..ayo berpacaran." Ulang Myungsoo.
Sungguh, Suzy benar-benar tak tahu harus menjawab apa.
"Suzy? Kau mendengarku?"
"E-eoh...ne-ne. Geundae...sunbae..ini akan jadi rumit kalau adik-adikku mengetahuinya." Suzy menundukkan wajahnya, menatap sepasang sepatu berwarna putih yang dia kenakan.
"Wae? Mereka tak suka melihatmu berpacaran?"
Suzy menggeleng.
"Mian...tapi- mereka menuntutmu untuk membelikan lego serial Frozen terbaru." Lirih Suzy.
Myungsoo terbahak. "Aigoo...menggemaskan sekali. Jadi, aku hanya perlu membelikan mereka lego agar kau mau menjadi pacarku?" Namja itu masih terbahak.
Suzy mendengus. "Aniya! Aku mau menjadi pacarmu karena aku juga menyukaimu- tsk." Yeoja itu melipat kedua tangannya di dada, kesal.
"Mworagu?"
"Aku juga menyukai sunbae." Ulangnya.
"Jadi..kita berpacaran?" Myungsoo mendekatkan wajahnya ke arah Suzy. Gadis itu mengangguk.
"Eoh."
"YESS!" Sorak Myungsoo, membuat atensi beberapa mahasiswa di sana teralihkan.
"Ya! Kim Myungsoo! Jangan berisik! Kami sedang kerja kelompok!" Itu Seokjin. Si Ketua Perhimpunan Jurusan Arsitek yang tengah mengerjakan maket di taman universitas.
Myungsoo tersenyum tiga jari. "Mian!" Serunya.
....

MyungZy VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang