Junkyu meremat erat struk pembelian di tangannya. Namja itu sejak tadi berusaha menahan amarahnya karena dia sedang belajar bersama Karina-teman sekelasnya- untuk membahas soal tugas musik yang mengharuskan mereka melakukan aransemen lagu dan penampilan lengkap. Pandangannya sejak tadi terfokus pada sepasang pria dan wanita yang ada di sudut ruangan, terlihat begitu serius, tidak menyadari bahwa Karina sejak tadi memanggilnya.
"Junkyu~ya?" gadis itu akhirnya menepuk pelan bahu Junkyu, tapi tetap tak ada respon. "Ya~ Kim Junkyu!" kali ini suaranya sedikit menyentak, mengalihkan atensi beberapa pelanggan- termasuk sosok di sudut ruangan. Ayahnya- Kim Myungsoo.
Junkyu sepenuhnya tersadar dan segera mengalihkan tatapannya dari sang ayah. "E-eoh, wae?"
"Aku memanggilmu sejak tadi- ayo, aku pasti dimarahi kalau telat pulang."
"Arasseo- mian, kajja." Junkyu segera menarik tangan gadis di depannya, melupakan kalau hal itu termasuk sentuhan yang berdampak buruk bagi Karina- jantung gadis itu berdebar di atas ambang normal.
--
"Junkyu?"
Suara pelan Myungsoo mengalun di kamar bernuansa krem berukuran sekitar 8x9 itu seiring dengan sosoknya yang memasuki kamar si sulung yang terbuka setengah itu.
Tak ada jawaban dan itu membuat Myungsoo menghentikan langkahnya sejenak. "Junkyu~ya? Ayah masuk ya?" Masih belum ada jawaban, Myungsoo akhirnya memutuskan masuk lebih dalam. Senyumnya mengembang begitu mendapati sang putra sudah terlelap dengan beberapa buku di sekitarnya- telentang di atas kasur.
"Aigoo~ benar-benar mirip dengan Suzy." Kekeh pria itu sambil membereskan beberapa buku lalu setelahnya menarik selimut untuk sang putra. "Tidur yang nyenyak jagoan." Kalimat penutup Myungsoo sebelum menyalakan lampu tidur dan meninggalkan kamar Junkyu. Setelah pintu benar-benar tertutup, kedua mata Junkyu terbuka, "Ya. Aku tidak mau mirip dengan ayah."
**Pagi ini Suzy terlihat sibuk. Meski sudah siap dengan setelan formalnya, wanita itu masih terlihat menata bekal milik Junkyu dan Doyoung.
"Perlu bantuan?" Myungsoo yang baru saja turun segera berdiri di samping Suzy. Wanita itu hanya menggeleng.
"Duduklah, aku sudah selesai." Bersamaan dengan itu, Doyoubg turun bersama Junkyu.
"Eomma, bekalnya?" Remaja itu terlihat terburu-buru.
"Sudah. Habiskan sarapannya lalu berangkat dengan samchon."
"Ne!"
Myungsoo menghela nafas. Tak ada sapaan pagi, tak ada kecupan dari Suzy, kenapa rasanya sesakit itu. Terlebih, Junkyu yang sejak tadi hanya diam, menghindari tatapan dengan Myungsoo.
"Nuna!"
Suara Johny membuat empat orang itu menoleh.
"Wasseo? Sudah sarapan?"
Johny mengangguk. "Sudah. Hyeong tidak ke kantor?" Tanya pria tinggi itu.
Myungsoo menggeleng. "Aku sedang cuti."
Johny hanya mengangguk.
"Harusnya tidak perlu repot mengantar mereka. Aku bisa mengantar dua anak ini." Myungsoo mencoba membuka obrolan. Suzy hanya menyimak. Pun kedua anaknya.
"Ahhh~ itu- aku tidak bisa menolak permintaan dua keponakanku hyeong. Katanya mereka mau mencoba suasana baru saat berangkat sekolah."
Myungsoo mengernyit. "Suasana baru?" Pria itu menatap bergantian kedua putranya.
"Aku tidak suka bau mobil ayah- parfumnya tidak seperti milik eomma." Doyoung bergumam.
Johny dan Suzy saling berpandangan. "Kajja, bawa saja makanannya. Ayo, nanti terlambat."
Myungsoo tahu Johny sedang berusaha mencairkan suasana.
"Eomma, aku dan Doyoung berangkat."
Suzy hanya mengangguk. "Hati-hati."
Tak ada jawaban, yang terlihat hanya lambaian tangan dari si sulung. Dan setelahnya, dua orang dewasa itu hanya menjadi pengisi kekosongan udara pagi di rumah mereka sendiri, suara dentingan garpu milik Suzy bahkan terdengar begitu nyaring.
"Anak- anak terlihat membenciku." Suara Myungsoo terdengar sarat akan keputusasaan.
"Mereka kecewa." Ucap Suzy.
"Kau benar." Kekeh Myungsoo. Tak ada tanggapan dari Suzy. "Aku-" Myungsoo menjeda kalimatnya. "Aku....sudah memutuskan untuk mengakhirinya."
"Menghilangkan rasa kecewa itu tak semudah mengakhiri hubunganu dengan gadis itu oppa." Suzy segera beranjak dari duduknya, membereskan piringnya dan kedua putranya, membawanya ke pencucian piring.
Myungsoo menundukkan kepalanya. "Mian..."
"Maaf tidak akan merubah keadaan- justru mempertegas kalau kau memang benar-benar sudah bersalah di sini."
Lalu setelahnya hanya terdengar isakan lirih.
"Minta maaflah pada anak-anakmu. Jujurlah pada mereka oppa. Itu yang terbaik untuk saat ini."
Myungsoo mendongak. "Suzy.."
"Kesalahanmu adalah hal yang paling aku benci- aku benci dengan pria yang berselingkuh, jadi jangan paksa aku untuk bersikap seolah sudah memaafmanmu. Di sini, aku hanya berusaha tidak terpancing emosi, mengajarkan pada anak-anak bahwa dalam keluarga, semuanya bisa diselesaikan dengan kepala dingin. Aku tidak ingin anak-anak melihat pertengkaran kedua orang tuanya- walau sebenarnya- aku sangat ingin melampiaskan semuanya oppa."
Myungsoo tidak tahu harus bereaksi seperti apa, tapi jawaban sang istri sudah cukup membuatnya menyadari bahwa dialah yang membuat keluarganya seperti saat ini.
"Maaf...maaf..."
"Jangan meminta maaf, tapi berusahalah untuk memperbaikinya oppa."~~~TBC~~~

KAMU SEDANG MEMBACA
MyungZy Version
FanfictionCerita ini one shoot atau maksimal mungkin cuma twoshoot, tapi gak menutup kemungkinan lebih dari twoshoot di setiap sesi nya. Dikemas dalam pairing MyungZy yg sebenernya sejak dulu adalah pairing favoritku sejak nulis di Wordpress, cuma di wattpad...