6 - Rumor

245 34 2
                                    

Berita mengenai kesuksesan comeback maknae boygrup SM, NCT Dream terus tersiar di media, yang sayangnya juga beriringan dengan isu kencan yang dilakukan salah satu personil mereka, Na Jaemin. Padahal, namja itu yang terus menjadi sorotan karena visualnya yang dinilai begitu sempurna.
Sebenarnya, berita kencan itu seolah tertutup dengan berita yang menampilkan kekaguman netizen pada visual Jaemin. Beberapa postingan bahkan menyebutkan bahwa wajah tampan itu begitu sempurna, baik dari kalangan KPopers maupun bukan. Tapi tetap saja, berita kencan itu sudah lebih dulu membuat namja berusia 20 tahun itu hilang fokus.
"Jaemin~ah?" Itu suara Renjun, member paling tua diantara mereka berenam, walaupun juga lahir di tahun yang sama dengan Jaemin.
"Aku tidak lapar..." jawabnya. Namja itu sejak tadi terus saja melihat perkembangan rumornya dengan lawan mainnya di salah satu web drama yang ia bintangi. Ya. Drama yang menjadi debut pertamanya sebagai aktor utama di dunia peran.
"Nana...kau belum makan sejak tadi siang.." Renjun berusaha membuat sahabatnya itu keluar dari kamar.
"Bagaimana? Belum mau keluar juga?" Haechan yang baru saja selesai mandi berjalan menghampiri Renjun. Namja itu menggeleng.
"Mandilah, biar aku yang membujuknya." Haechan, menyerahkan handuk yang sempat ia gunakan untuk mengeringkan rambut pada Renjun, membuat namja itu mengeryit. "Hehe, sekalian bawakan ke kamar." Kekeh namja berkulit kecoklatan itu. Renjun mendengus lalu melemparkan handuk itu kembali ke tubuh Haechan.
"Shi-reo!" Lalu berjalan memasuki kamar mereka, ya, keduanya menjadi rekan berbagi kamar.
"Ishh...pelit sekali." Gumam Haechan. Namja itu menghela nafas panjang. "Aisgoo...sebenarnya apa yang dipikirkan para haters itu, mengesalkan sekali. Jaemin~ahhh..., bab meogjaa!!" Seru Haechan dengan nada riangnya.
Jaemin di dalam sana hanya terkekeh. Ia tahu kalau Haechan berusaha menghiburnya. "Aku belum lapar uri Haechanie...meonjo kka.." jawabnya.
Haechan kembali menghela nafas. "Aigoo...dia keras kepala sekali.."
***

Suzy sejak tadi tak bisa duduk tenang. Kemarin, ia disibukkan dengan proses syuting salah satu drama terbarunya bersama aktor tampan Nam Joohyuk, jadi ia belum sempat memberikan dukungan pada adik tersayangnya yang tengah melakukan comeback dengan grupnya. Ya. Tak ada yang tahu, kecuali bagian dari SM entertaiment, member Infinite dan JYP entertaiment perihal hubungan bersaudara antara Bae Suzy dengan Na Jaemin. Keduanya adalah saudara seibu, karena itu mereka memiliki marga yang berbeda. Semenjak ayahnya meninggal, ibunya menikah dengan Na Yoonjeon saat ia berusia tujuh tahun (umur Korea) dan kemudian lahirlah Jaemin.
Gadis itu sekarang dalam perjalanan ke dorm NCT Dream bersama kekasihnya, Kim Myungsoo. "Kau sudah menghubungi Nana?" Satu tangan Myungsoo menggenggam jemari Suzy. Gadis itu mengangguk.
"Ia tak mengangkatnya. Aku khawatir, eomma sedang menemani appa ke Cina untuk mengecek rumah sakit di sana.
Myungsoo mengangguk. "Mereka tahu?"
Suzy menggeleng. "Aku belum memberi tahu, tapi kupikir...ayah pasti sudah mendengar beritanya."
Keduanya menoleh ke tas Gucci keluaran terbaru yang berada di pangkuan Suzy begitu mendengar dering ponsel. "Appa..."
--

Jisung dan Chenle sejak tadi hanya memainkan sumpit, tak menyentuh makanan mereka sama sekali. "Aishh...jinca..benar-benar menyebalkan! Apa mereka (haters) itu sengaja menyebarkan rumor ini..tsk." namja berusia 19 tahun itu menatap bergantian hyungnya. Jeno dan Haechan hanya saling melirik.
"Solma...ini salah satu cara dari grup lain untuk menjatuhkan kita?" Ucap Chenle, namja yang setahun lebih tua dari Jisung.
Renjun melotot, lalu memukul kepala Chenle dengan sendok di hadapannya. Tenang saja, sendok itu bersih.
"Appo hyeong..." rengeknya.
"Zhong Chenle, tak baik berpikiran seperti itu..." Jeno menghela nafas pelan. "Maknae, habiskan makanan kalian." Jeno kini beranjak dari duduknya, lalu melangkah ke pantri untuk meletakkan piring kotor. Ya. Hari ini giliran Haechan untuk mencuci piring, jadi dia sedikit santai.
Tak berapa lama terdengar bunyi bel, membuat kelima namja itu saling tatap. "Nugu?" Jisung menatap Haechan. Namja itu menggeleng.
"Biar aku yang membukanya." Renjun segera beranjak dari kursi, senyumnya mengembang begitu ia melihat interkom yang menunjukkan wajah Suzy juga Myungsoo.
"Nunaa!" Serunya sambil membuka pintu. Jisung dan Chenle yang mendengar itu segera berlari, tahu jika nuna kesayangan mereka datang.
"Nunaa! Hyeong!!" Seru Jisung. Suzy memeluk mereka bergantian, menyalurkan kekuatan untuk para adik-adiknya.
"Gwaenchana?" Suzy akhirnya memeluk Haechan yang sejak tadi hanya berdiri di ruang tengah. Suzy paling mengerti, walaupun dia terlihat paling ceria, tapi namja itu adalah yang paling tertutup diantara yang lain. "Bogosippeo..." isaknya di pelukan Suzy. Ya. Haechan dan Jeno sudah mengenal keluarga Na sejak mereka kecil, jadi semuanya memaklumi kalau Haechan ataupun Jeno adalah orang yang paling dekat dengan gadis itu.
Suzy mengusap kepala Haechan sayang, "Gwaenchana....semuanya akan baik-baik saja."
Haechan melepaskan pelukannya. "Nana belum mau keluar kamar sejak siang tadi..dia juga belum makan.."
Suzy menghela nafas. Jeno yang sejak tadi berdiri di samping Myungsoo, juga melakukan hal yang sama. Myungsoo tersenyum kecil lalu merangkul bahu namja yang tingginya hampir menyamainya itu. "Gwaenchana..gwaenchana..." ucapnya, berusaha menguatkan Jeno.
--

Suzy berjalan ke kamar Jaemin. Mengetuk pelan pintu kayu berwarna putih itu. "Nana..."
Jaemin yang sejak tadi termenung, akhirnya mendongak, menatap ke arah pintu. "Heii..tak mau membukakan pintu?" Ucap Suzy.
Jaemin terdiam. Kedua matanya kini mulai berair, lalu perlahan ia beranjak berdiri, berjalan ke pintu.
GREP.
Namja itu segera memeluk Suzy. "Nuna....hiks..."
Suzy tersenyum kecil, mengecup sayang pucuk kepala Jaemin. "Kenapa tak mengangkat telpon, hem?"
Jaemin hanya menggeleng di pelukan Suzy, tak mengatakan apapun.
"Nuna...ini, Jaemin harus makan." Renjun datang dengan membawakan nampan berisi makan malam yang dibuatnya tadi.
"Gumawo Renjunie..."
Namja itu mengangguk, lalu menatap sekilas ke arah Jaemin yang terlihat berantakan.
"Kajja, kita makan bersama, heum?"
---

Myungsoo dan Suzy memutuskan untuk menginap di dorm Dreamies. Ia sudah memberitahu manajernya juga mendapatkan ijin dari manajer Dreamies. "Belum tidur?" Myungsoo memberikan sekotak banana milk pada Renjun yang tengah duduk di ruang makan.
"Hyeong....aku sudah besar." Sungutnya begitu memdapat banana milk dari Myungsoo. Namja itu terkekeh.
"Jincayo?"
"Tsk..." Renjun mengambil kotak banana milknya lalu meneguknya sedikit.
"Apakah berat?" Myungsoo menatap lembut pada Renjun. Namja itu menundukkan wajahnya. Matanya tiba-tiba terasa panas.
Myungsoo lalu berpindah ke kursi di samping Renjun, memeluk namja itu. "Tak apa...ada kalanya kita harus menangis. Gwaenchana..." Myungsoo menepuk punggung Renjun, isakan masih terdengar.
"Aku tidak tahu harus bagaimana hyeong...Jaemin dan Jeno sudah berusaha keras agar kami bisa menampilkan lagu yang kami buat sendiri. Mereka sudah berekspektasi besar untuk comeback kali ini..tapi..karena rumor itu...hiks.."
"Ara...hyeong memahaminya. Kalian terlalu muda untuk mendapatkan tekanan seperti ini..."
Renjun masih terisak.
"Geundae...tak baik kalau kau hanya menyimpan perasaan sedihmu sendiri..kau harus membaginya."
"Aku tak ingin menambah beban yang lain...hiks.."
Myungsoo tersenyum. "Tidak..., Renjunie..masalah itu muncul untuk menguji kalian, proses bagaimana kalian saling berbagi dan menguatkan itulah yang kelak membuat kalian semakin bijak dan kuat. Tak ada yang perlu ditutupi..kau tahu, pasti semua member juga memiliki beban pikiran yang sama denganmu, tapi mereka juga  melakukan hal yang sama, kalian saling diam...tak ada yang menguatkan. Kalian justru terlihat berperang sendirian...heum?"
Renjun melepaskan pelukannya. "Jadi?" Wajah namja itu terlihat merah, membuat Myungsoo gemas. Ahh...karena ia anak tunggal, saat bertemu dengan Dreamies semakin membuatnya menginginkan sosok adik.
"Kau harus membantu mereka meluapkan kekesalannya, itu akan semakin menguatkan kalian.." 
***

Suzy pagi ini terbangun pagi, jam masih menunjukkan pukul 6 pagi. Dia melihat ke kasur Jeno. Ya. Semalam Jaemin menolak sekasur dengannya dan memilih bersama Jeno. "Aigoo...menggemaskan sekali." Yeoja itu segera bangun, mengusap kening Jeno dan Jaemin bergantian, kemudian keluar kamar untuk menyiapkan sarapan.
Senyumnya mengembang saat ia melihat ke ruang tengah dan menemukan Chenle serta Myungsoo yang masih tertidur di depan televisi yang dibiarkan menyala. Chenle bahkan mengusal di lengan kekar Myungsoo, seperti bayi beruang, membuat selimut mereka sedikit menyibak.
"Manhi himdeuro, geutji?" Suzy memberikan afeksi pada si kecil, mengusap pipi putih itu sayang. Kemudian satu kecupan singkat mendarat di pipi Myungsoo, membuat namja itu membuka matanya. "Kau sudah bangun?" Suara parau Myungsoo  membuat Chenle menggeliat.
"Shhuttt, pelankan suaramu oppa, Chenle bisa bangun."
"Arasseo."
"Tidurlah lagi, aku akan bangunkan saat sudah matang."
"Gumawoo....~"

"Mau susu?" Suzy segera membalikkan badang begitu tahu kalau Haechan sudah bangun dan duduk di meja makan.
"Tidak. Aku hanya mau melihat nuna saja..."
"Kau merindukan nuna ya?" Kekeh Suzy.
Haechan mengangguk pasti. "Sangat. Nuna...tetap seperti ini ya..Myungsoo hyeong juga. Bantu kami saat kami merasa lelah, topang kami saat kami hampir jatuh.." lirihnya.
Suzy mematikan kompornya, lalu memeluk Haechan. Tak menyadari kalau ada Jisung yang mau bergabung dan masih berdiri di sisi kamar, mendengarkan keduanya.
"Lelah itu wajar, kalian juga manusia. Ada kalanya...kita merasa lelah Chanie, tapi kalian bersama, kalian punya hyeongdeul dan nunadeul..kau punya kami. Nuna akan selalu memastikan kalau kalian tak akan kesepian dan memiliki tempat berbagi keluh kesah..."
"Nuna..."
Jisung terisak. Ini pertama kalinya ia melihat sisi rapuh Haechan. Renjun yang melihat itu juga tersenyum kecil. "Dia tumbuh dengan baik bukan?" Bisik Jaemin. Ya. Namja itu sejak tadi juga berdiri di belakang Renjun.
"Jaeminie..."
"Gumawoo...sudah membantuku menghadapi masa-masa sulit, sudah memberiku ruang dan mau mengerti bagaimana perasaanku...maaf...kemarin aku membuat kalian khawatir.." tunduknya.
Renjun segera memeluk Jaemin. "Gwaenchana...aku lega mendengarnya. Tak apa Jaem, semuanya bagian dari proses, jadi mari kita jalani semuanya dengan lebih siap."
Jaemin mengangguk. "Ayo, kita ke kamar Jisung, pasti dia sudah menangis." Kekeh Jaemin.
"Aigoo...aku baru saja memujinya dewasa." Renjun memutar kedua bola matanya.
"Uri Jisungieeee!" Seru Jaemin.

~~~End~~~

MyungZy VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang