8 - Lil Bros - Part 1

249 34 1
                                    

Kim Renjun tak pernah menyangka jika memiliki dua adik kembar akan sangat melelahkan raga juga psikologisnya. Awalnya, ia begitu antusias saat ibunya memberitahu kalau ia akan mempunyai adik di usianya yang menginjak sepuluh tahun. Renjun kecil tentu begitu Bahagia, akhirnya ia tak akan kesepian di rumah keluarga Kim. Bagaimana tidak, dari seluruh cucu keluarga Kim, hanya dia yang berjenis kelamin laki-laki. Catat. Hanya dia. Seorang. Walaupun karena itu dia menjadi kesayangan kakek dan nenek Kim juga Bae.
Usianya sekarang sudah menginjak 16 tahun dan kedua adik kembarnya, Juhoon juga Jisung menginjak usia 6 tahun.
Myungsoo bekerja sebagai salah satu pengacara yang bisa dikatakan sangat sukses. Sedangkan Suzy, wanita itu menjadi pemilik dari B'Bakerys yang telah memiliki cabang di Seoul. Hari ini Renjun pulang lebih sore dari biasanya, ada pekerjaan kelompok yang harus ia lakukan dengan temannya, si kembar Oh- Jeno dan Jaemin.
"Aku pulang." Remaja itu terlihat begitu lesu saat memasuki rumah keluarga Kim. Myungsoo sudah tiba sejak siang tadi, semenjak kelahiran si kembar, kedua orang tua itu membagi waktu kerja mereka secara bijak untuk mengurus si kecil. Keduanya telah sepakat untuk tak menggunakan pengasuh sejak Renjun lahir. Tak mau melewatkan masa pertumbuhan anak-anaknya katanya.
"Kenapa anak ayah terlihat lemas sekali? Aigoo~ apa melelahkan?" Myungsoo bersiap memeluk Renjun, tapi remaja itu buru-buru menatap tajam sang ayah.
"Jangan peluk dulu, belum berganti baju."
Myungsoo mengusak rambutnya, lupa dengan aturan yang dibuat sang istri semenjak meluasnya Covid-19. "Arasseo-arasseo. Sekalian mandi saja, ayah akan siapkan makan malam."
"Jiji?" Renjun menghentikan langkahnya di anak tangga kedua, membuat Myungsoo mengintip dari dapur.
"Di kamarmu, mereka menunggu hyeongnya."
Renjun bergegas. Dua anak hiperaktif di kamarnya berarti ia harus bersiap dengan segala kemungkinan, antara tema kapal pecah atau angin topan. Setidaknya, jika angin topan, ia hanya harus membereskan tempat tidur. Tapi jika kapal pecah, bersiap saja, semua buku dan action figurnya akan jungkir balik di lantai kamar. Terakhir kali, Renjun harus kehilangan tangan action figure Wonder Womannya karena dipakai Juhoon untuk mengangkat pot di halaman belakang rumah, seminggu yang lalu.
...
"Dia bukan pahlawan super!!! Tangannya bisa patah! Tsk..jelek sekali!"
Lalu Renjun hanya bisa menahan amarahnya, disaksikan Myungsoo dan Suzy yang hanya bisa meringis. Jisung? Anak itu mana peduli dengan kelakuan Juhoon, dia sibuk dengan action figur Hulk Renjun, menenggelamkan tokoh berwarna hijau itu di kola mikan sang ayah.
"YA! JANGAN DICELUPKAN DI SANA!" Renjun berteriak saat melihat separuh tubuh Hulknya sudah masuk ke kola mikan.
"Ishhhh! Biar tidak jelek Hyeong!!! Lihat...dia berlumuttt! Jorok sekali!"
Habis sudah kesabaran Renjun. Remaja itu buru-buru mengambil kedua action figurnya dari tangan si kembar.
"ANDWAEE!" Juhoon juga Jisung berteriak hampir bersamaan. Suzy dan Myungsoo segera menenangkan kedua bungsunya, lalu terdengar suara Renjun menaiki tangga.
"JIJI TAK BOLEH MASUK KAMARKU!!"
...
CEKLEK.
Senyum Renjun mengembang, bukan kapal pecah atau angin rebut, tapi justru pemandangan yang menenangkan. Kedua adik kembarnya sedang tertidur, saling berhadapan dengan kedua kaki saling bertumpu satu sama lain. Pelan, Renjun menutup pintu dan menutup tirai putih kamarnya, setidaknya kedua adiknya tak akan terganggu dengan sinar jingga senja.
Remaja itu segera melepas tas nya dan meletakkannya di kursi belajar, setelahnya melangkah ke lemari pakaian untuk mengambil kaos dan melangkah ke kamar mandi.
Juhoon mengerang begitu mendengar suara shower. "Emm? Hyeong...?" suara paraunya sepertinya mengusik Jisung. Juhoon lahir dua menit lebih dulu dari Jisung. Layaknya seorang kakak, saat melihat Jisung menggeliat, ia buru-buru menepuk pelan punggung Jisung. Tak berapa lama, Renjun sudah keluar dengan wajah lebih segar.
"Eh? Uri Juhoon sudah bangun?"
Juhoon mengangguk samar. "Sssttt..Jisung masih tidur." Ucapnya berbisik, membuat Renjun terkekeh. Menggemaskan sekali adiknya itu.
"Arasseo." Ucapnya setengah berbisik. "Hyeong mau turun, Juhoonie?"
Juhoon mengangguk lalu berguling pelan ke sisi kanan tempat tidur, hamper terjatuh kalau saja Renjun tak berjaga di sampingnya.
"Piggy back." Senyum manis merekah dari bibir Juhoon. Renjun? Mana bisa si sulung menolak.
"Kajja~"
Myungsoo hanya bisa menggeleng pelan saat melihat Juhoon turun dengan piggyback. "Cepat turun Kim Juhoon. Kau sudah enam tahun, ayo." Pria itu menarik kursi makannya.
Juhoon mempoutkan bibirnya-kesal. "Ayah tidak asik sekali.." cibirnya. Renjun hanya tertawa pelan.
"Jisung?"
"Masih tidur."
"Baiklah, biar nanti dia makan dengan eomma."
Juhoon bersiap menaiki kursi, tapi seketika mulutnya menganga. "Sayur lagi?"
Renjun menatap tak berminat pada berbagai olahan sayur di depannya, jangan lupakan perpaduan jus wortel dan madu di depannya. "Ahhh~ wae, kenapa sup brokoli lagi." Keluhnya. "Jjajjang?" remaja itu menatap sang ayah.
"Tidak. Makan yang ada."
Juhoon mencebik. "Ishh...ayah benar-benar tidak asik. Aku bukan kambing, kenapa setiap hari harus makan sayuran." Anak itu benar-benar kesal sekarang. Seminggu ini, Myungsoo terus memberikan olahan sayur pada anak-anaknya, padahal dulu pria itu lebih senang mengolah sumber protein.
"Kim Renjun. Kim Juhoon."
"Arasseo." Renjun dan Juhoon menjawab kompak, lalu mengambil nasi dan omelet sayur serta sup brokoli untuk makan malam mereka.
"Selamat menikmati." Myungsoo mengusak rambut dua namja yang duduk di sampingnya.
***

Suzy menyiapkan sarapan pagi dengan membuat sandwhich tuna dan keju untuk si bungsu. Jisung belum bisa memakan tuna, masih dalam proses penyembuhan alergi.
"Tuna?" Myungsoo memeluk istrinya yang tengah sibuk memotong roti.
"Ya. Renjun ingin makan ikan, jadi sekalian aku buatkan bekal. Oppa ddo?"
Myungsoo menggeleng. "Aku libur hari ini."
"Wae?" Suzy menatap heran.
"Hanya ingin. Lagipula masih ada Minho Hyeong."
Suzy mengangguk. "Kalau begitu oppa yang mengantar si kembar ya?"
"Kemana?"
"Imunisasi."
Myunhsoo melepaskan pelukannya. "Ne?! Yaa~! Aishh...mereka pasti akan menolak. Tskk...kenapa baru bilang." Keluh Myungsoo.
"Jadi oppa menolak?"
"Eh? Tidak-tidak...hanya saja-"
"Wae?"
"Emm...bagaimana kalau aku mengajak Renjun?"
"Dia harus sekolah oppa..."
"Kalau begitu aku akan minta dokter Lim untuk menjadwalkan imunisasinya sore."
Suzy mendesis. "Yeoksi...oppa jincaa."
"Ne ne?"
"Tanyakan pada Renjun." Suzy mendorong suaminya keluar dapur menuju kamar mandi. "Mandi atau-"
"Atau kau mau memandikanku?" Goda Myungsoo.
Suzy melotot. Sedangkan Renjun yang baru saja turun hanya melongo. "Ishh...jadi appa dan eomma mau mandi bersama?! Menggelikan sekali." Cibir remaja itu.
Myungsoo mendesis. "Hya! Kau hanya belum tahu bagaimana nikmatny-AW!" Myungsoo menjerit begitu Suzy mencubit pinggangnya.
"Oppa!"
Juhoon dan Jisung yang sudah siap dengan seragam sekolah mereka terlihat keheranan melihat sang ayah kesakitan.
"Appa kenapa?" Jisung menatap sang kakak. Renjun.
"Tidak penting. Eh? Kenapa kalian memakai seragam? Bukannya kalian masih belajar dari rumah?"
"Em? Ini? Hanya ingin. Kemarin Haruto bilang seragamnya mengecil karena tak pernah dipakai." Ucap Jisung. Juhoon membenarkan.
Renjun hanya menghela nafas. "Itu bukan mengecil, artinya Haruto tumbuh, semakin besar." Renjun mengambil omurice buatan Suzy, meletakkannya di depan Juhoon dan Jisung yang masih kesusahan untuk menaiki kursi.
"Wah! Berarti aku juga tumbuh! Tadi bajunya sudah sesak!" Ucap Juhoon girang.
Jisung yang akhirnya berhasil duduk di kursi bersuara, "Kenapa bajuku masih sama?" Herannya.
"Itu artinya kau tidak tumbuh. Hahaha!" Juhoon tertawa puas, membuat Jisung menatapnya kesal.
"YA!"
BUG!
Satu pukulan yang terdengar begitu keras menghentikan tawa Juhoon. Jisung baru saja memukul punggung kakaknya itu.
"YA!" Teriak Juhoon.
"Aishhh...diam! Berkelahinya nanti, makan!" Ucap Renjun. Lalu dua kembar itu diam, menikmati omurice diselingi adegan saling tatap.
--

Renjun menatap tajam sang ayah begitu pria itu benar-benar membawa Jisung dan Juhoon menjemputnya, membuat kembar Jeno dan Jaemim memekik histeris.
"JISUNG!!" Suara teriakan Jaemin membuat atensi sebagian murid Incheon Haewon.
"JUHOOO!" Lagi, kini Jeno berlari menghampiri Juhoon. Renjun mendesis kesal, "Tsk...hobi sekali berteriak. YA!"
"Aigoo..uri Jisung semakin besar." Jaemin mencubit gemas pipi Jisung. Sedangkan Jeno hanya menatap gemas pada Juhoon.
"Anyeong hyeong." Sapa Juhoon. Jeno semakin gemas.
"Samchon, apa aku boleh membawa Juhoon ke rumah?" Jeno menatap memohon pada Myungsoo, membuat pria itu kebingungan.
"Ishh. Enak saja. Tidak boleh. Kau kan sudah ada Jaemin. Kajja, Jiji." Lalu Renjun dengan seenaknya menggandeng dua adiknya ke dalam mobil.
"Boleh...tapi kau harus mengajak Renjun juga." Kekeh Myungsoo.
Jeno mencebik. "Ahhh..tidak seru sekali."
Jaemin mengangguk. "Samchon, eodiga?"
"Mengantar Jiji imunisasi."
Jeno dan Jaemin saling menatap, "Ikut!"
--

Renjun hanya bisa menatap jengah pada dua teman kembarnya. Mereka terlalu banyak bicara tentang imunisasi, membuat Jisung ketakutan. Juhoon? Anak itu mirip Renjun, tak takut apapun.
"Hyeong, apakah sakit?" Rengek Jisung pada Renjun.
"Tidak. Jaemin hyeong iti lemah. Biarkan saja."
Jaemin yang mendengar itu tentu saja tak terima. "Hei! Manabisa begitu! Itu memang sakit, tapi sebentar, Jisungi bisa memegang tanganku nanti." Senyumnya pada si bungsu Kim.
Jisung hanya menatap Renjun. "Benarkah?"
Renjun hanya tersenyum kecil sembari mengusap rambut kecoklatan Jisung. Ya. Jisung dan Renjun ada di kursi tengah, sedanhkan Jeno, Jaemin juga Juhoon ada di kirsi belakang.
"Hanya sedikit sakit. Gwaenchana, bukankah Jisungi kuat?"
"Ya. Aku kuat."
Juhoon mencibir. "Kuat darimananya, kemarin saja menangis waktu terpeleset di taman belakang."
Jisung melotot. "Itu kan memang sakit, tidak sedikit sakit."
"Tetap saja! Intinya kau mengaduh dan menangis kan?" Keukeuh Juhoon. Memang tipikal Renjun sekali.
Myungsoo yang melihat kedua bungsunya hanya tersenyum. "Juhoonie, tak boleh seperti itu."
Juhoon mempoutkan bibirnya.
"Ne...appa."

TBC.

2 shoots ya😁😊

MyungZy VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang