"Ra, gue dengar, Daru manggung ya?"
Aku sedang berada di rumah Ghia. Ia memintaku untuk menemaninya hari ini sampai ayah dan ibu kembali dari bandung. Tidak ada kegiatan yang berkesan untuk kami lakukan saat ini. kami lebih memilih menonton film action dilaptop Ghia. Aku menatap Ghia sembari mengangguk-anggukkan kepalaku.
"Tau darimana, Ghi?"
"Gue liat di instagram cafe Abang gue."
"Abang lo?" Tanyaku heran, karena ini hal yang baru kuketahui.
"Sepupu."
Sepupu Ghia? Dan mengapa aku baru tahu informasi ini? Jika benar cafe tersebut milik sepupunya, berarti ada kemungkinan Ghia tahu mengenai Alia. Aku bangun dari posisi tengkurap, duduk menghadap Ghia.
"Ghi, lo tau siapa vokalisnya, nggak?"
"Alia?"
"Lo kenal?" Ghia yang dalam posisi tengkurap sedikit mengangkat kepalanya untuk melihatku. Ia mengernyit, seolah heran dengan pertanyaanku.
"Dia sepupu gue, Ra."
"Hah?"
"Kenapa sih, lo?"
Aku hanya terkejut saja mengetahui fakta ini. Beberapa kali, Ghia memang pernah menceritakan tentang sepupunya yang juga memiliki bakat menyanyi seperti dirinya. Saat itu aku bertanya pada Ghia, bagaimana ia bisa memiliki suara yang merdu? Katanya, itu adalah warisan dari gen ayahnya. Bukan hanya ayahnya, namun pamannya juga memiliki suara merdu yang diwariskan kepada anak perempuannya pula, yakni sepupu Ghia, Alia.
Aku kembali tengkurap disamping Ghia, melanjutkan menonton bersamanya walaupun pikiranku tidak pada film itu.
"Ghi?"
"Ya?"
"Kenapa dengan mata Alia?"
Lagi-lagi Ghia melihatku heran.
"Lo kenal Alia?"
"Pernah ketemu." Ghia hanya mangut-mangut saja, lalu berujar,
"Setahun yang lalu, Alia kecelakaan. Matanya buta, kata dokter dia buta permanen. Tapi sampai sekarang Abangnya lagi mencari donor mata buat dia."
"Dia punya pacar?"
"Nggak tahu gue, Alia jarang bahas kisah cinta sama gue."
Alia gadis yang malang. Satu pertanyaan dalam benakku, apa kebutaan Alia ini ada hubungannya dengan kabar putusnya ia dan Daru dulu? Entah mengapa, firasatku mengatakan ini semua berkaitan dengan kondisi Alia.
"Sabtu nanti mau nonton?" Tawar Ghia.
Aku lantas mengangguk, mengiyakan. Lagi pula aku sudah berjanji pada Daru untuk selalu menemaninya tampil di cafe.
___
Malam ini, Daru datang ke rumahku, duduk dihalaman belakang rumah sambil memetik gitar yang berada dipangkuannya. Sedari tadi nyanyiannya tak jelas, ia menggabungkan beberapa lagu dan sesekali mengubah liriknya dengan sesukanya. Gitarnya yang berwarna hitam itu sengaja ia tinggalkan dirumahku, katanya agar saat ia ingin bermain gitar bersama Ayahku, ia tak perlu repot membawanya. Padahal walaupun ia tidak ingin membawanya, di rumahku sudah ada dua gitar milik Ayahku. Namun katanya, ia lebih menyukai memakai miliknya sendiri.
Sesekali aku memakan martabak yang ia bawakan, sambil bermain ponselku. Sebenarnya Daru sudah menegurku untuk tidak bermain ponsel, tapi harus bagaimana lagi, aku harus mengetahui informasi yang dikirim oleh teman-temanku digrup kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ragu
Teen FictionDia pernah patah. Perpisahan dengan sang mantan meninggalkan luka pada dirinya. Luka pertama yang pernah ia rasakan ketika mengenal kata jatuh hati. *** Aku adalah penawar, katanya. Enam tahun berteman, aku adalah orang yang selalu hadir saat tawa m...