SETAPAK: PERJALANAN KAKI menceritakan tentang diriku yang mendambakan lagi berjalan kaki di berbagai macam tempat. Sambil merenungi dunia. Memasuki dunia asing dan baru. Sawah. Pantai. Hutan. Kota. Pinggiran sungai. Gang. Trotoar. Dan lain sebagainy...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bisa menemukan beberapa jenis capung dan kupu-kupu itu menyenangkan. Sudah sangat lama tak melihat berbagai jenisnya, yang hampir menghilang total di kota. Kecuali hanya di beberapa bagian tempat saja.
Hari ini aku sejenak berjalan kaki di sawah. Menyusuri pematang. Menemukan belalang, laba-laba, beberapa jenis burung, kupu-kupu, capung, dan bahkan suara katak yang begitu aku rindukan.
Suasana pedesaan sangatlah menenangkanku. Melihat padi menghampar. Rumput gajah yang besar dan tinggi. Pohon singkong. Pepaya. Tanaman cabai. Sungai yang mengalir deras. Tiga sarang burung di ranting sebuah pohon. Semut api yang menguasai satu buah pohon. Dan kehidupan kecil yang berkeriap di bawah kakiku.
Saat kemarin ke arah pantai, begitu banyaknya kupu-kupu belerang melintas. Sangat banyak. Membuatku sendiri heran dan terkagum. Sudah sangat lama aku tak melihat kupu-kupu sebanyak itu. Tapi hari ini, aku tak menemukan kerumunan kupu-kupu lagi. Apakah kemarin adalah migrasi?
Setidaknya ada kupu-kupu cokelat dan lainnya yang tengah berkejar-kejaran. Dan, capung berwarna merah, yang sudah samgat lama tak aku lihat dengan kepala mataku sendiri. Yaitu capung tengger perut kait atau lebih dikenal dengan sambar merah.
Juga, ada cukup banyak capung badak atau bisa disebut capung loreng atau capung kebo yang biasanya susah sekali diketemukan di perkotaan. Bahkan di sawah dan desa-desa duhulu hampir hilang sama sekali.
Yang masih bisa ditemukan di perkotaan adalah capung ciwet atau pantala. Di UGM, aku juga bisa menemukan kerumunan capung itu, yang sangat menenangkan jika dilihat karena begitu jarangnya keberadaan capung hari ini.
Beberapa waktu yang lalu, aku tak sengaja melihat gagak. Juga seekor burung hantu yang terbang memutar di atas gedung swalayan. Walau terlihat susah dicari, masih ada satu dua keberadaan makhluk hidup langka yang hampir punah di perkotaan.
Dan suara-suara para kataklah yang paling menenangkan dan aku rindukan.
Menemukan belalang cina dan belalang hijau saja, kadang sudah cukup menghibur. Saat tengah bermain Play Station, seekor belalang kayu yang dahulu sangat umum dan begitu banyaknya di samping belalang batu, belalang sembah, belalang daun, dan belalang kembara. Terbang di atasku, di antara para pemain, dalam wilayah perkotaan yang padat.
Bahkan pernah, beberapa hari yang lalu, seekor belalang cina masuk ke kamarku. Bisa melihat lagi para serangga dan binatang semacam itu, membuat kebosananku agak mereda.
Para burung memang tak sebanyak dulu. Juga capung dan kupu-kupu. Walau begitu, keberadaan mereka yang tiba-tiba cukup banyak, menandakan sesuatu yang baru. Bahkan, aku melihat seekor keong yang tengah sibuk memakan atau sekedar merayap di batang padi.
Tiga ekor laba-laba yang membuat sarang yang berdekatan di atas parit kecil.Beberapa langkah kemudian, aku bisa mendengarkan suara katak dan serangga yang mulai berisik.
Saat malam menjelang, suara para serangga dan yang lainnya, semakin keras dan bagaikan berada di sebuah hutan. Melihat pepohonan dari banyak jenis bisa membuatku tersenyum. Terlebih rimbun pohon kelapa yang nyaris tak bisa ditemukan di pusat perkotaan.
Dalam dunia sawah yang hanya sepetak saja. Dalam perjalaann kaki yang tak seberapa. Dunia yang hampir hilang, sedikit demi sedikit terlihat. Lalu, apa yang akan aku lihat saat berjalan kaki lebih jauh lagi?
Saat matahari mulai tenggelam, awan menjadi lebih merah, dan beberapa burung terlihat terbang pulang ke sarangnya. Bersama dengan keriuhan yang mengitari sekeliling. Aku merasakan masa lalu itu. Saat masa kecil yang dipenuhi dengan banyaknya kehidupan di sekitarku.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.