Anindya Tifani, salah satu siswi SMA Cakrawala dengan paras yang cukup cantik. Bukan hanya memiliki modal tampang, gadis berhijab ini juga merupakan salah satu atlet berprestasi yang Cakrawala miliki.
Walaupun masih duduk di kelas satu SMA, ia sudah membawa beberapa penghargaan untuk Cakrawala. Baik itu dalam ajang perlombaan tingkat daerah, maupun lomba-lomba persahabatan yang diadakan antar sekolah.
Dia dianggap sebagai satu-satunya wanita yang bisa dekat dengan Dirga. Tak sedikit juga orang yang mengira mereka berdua berpacaran, namun, asumsi itu berulang kali dipatahkan oleh Dirga sendiri. Ia selalu menegaskan bahwa tidak ada pacaran dalam kamus hidupnya.
Lantas apa yang terjadi? Apakah hanya menyembunyikan rasa cinta dibalik kedok persahabatan? Entahlah, Anindya tak paham itu.
Dia memang menaruh perasaan lebih pada Dirga, siapa sih yang tidak mencintai sosok istimewa itu. Lelaki yang memiliki ketampanan, prestasi, dan ketulusan yang luar biasa. Terlepas dari segala ekskul, Dirga selalu membawa penghargaan untuk sekolah lewat jalur akademik. Dia kerap kali dipilih untuk mengikuti ajang lomba Olimpiade Sains, Cerdas Cermat bidang agama maupun umum, serta banyak lomba-lomba akademik lainnya.
Manusia memang tidak ada yang sempurna, namun bagi Anindya, Tuhan telah menciptakan sesosok lelaki yang mendekati kata sempurna, yakni Dirga.
Jika ditanya bagaimana awalnya mereka bisa dekat, Anindya pun tak tahu jelas. Entah peristiwa apa yang membawa mereka hingga berhubungan seperti sekarang. Setidaknya selangkah lebih dekat daripada semua wanita yang berharap bisa menjadi temannya.
Rasa dari Anindya terlalu jelas adanya, namun tidak dengan Dirga. Sampai detik ini, Anindya tidak pernah tahu apakah Dirga mencintainya atau tidak. Menurut instingnya sebagai wanita, ia merasa Dirga hanya menganggapnya sebagai sebatas teman, dan tidak lebih daripada itu.
Hal menyakitkan yang Anindya rasakan justru timbul dari penilaian sendiri. Tak apa, itu lebih baik daripada beranggapan bahwa Dirga mencintainya namun berakhir dengan kenyataan telak bahwa itu tidak benar.
"Anindya." Sebuah suara mampir di pendengarannya. Suara yang sebenarnya selalu dirindukannya.
"Udah selesai?" Tanya Anindya ketika sudah melihat jelas sosok yang kini berada di sampingnya. Ia tersenyum, manis sekali.
"Hem," gumamnya sambil mengangguk.
"Lama ya?" Sosok itu mulai bertanya, seolah Anindya terlalu keberatan dalam menunggunya.
"Enggak kok, Dir, baru berapa menitan di sini."
Jika kalian mengira lelaki itu adalah Dirga, ya, memang benar. Hari itu Anindya sengaja menunggu Dirga untuk pergi ke gelanggang bersama.
Gelanggang milik SMA Cakrawala, yang disediakan untuk tempat para atlet mereka berlatih. Terdiri dari dua lantai dengan beberapa ruangan yang telah dibagi. Gedung itu terletak persis di samping gedung sekolahnya. Hanya perlu berjalan kaki, dan mereka pun akan sampai di tempat itu.
"Kamu udah ngomong ke Om Andi kalau pulangnya telat?" Tanya Anindya di tengah perjalanan mereka.
"Udah," jawab Dirga singkat.
Sebelum jam terakhir selesai, Dirga memang sudah menghubungi Andi untuk menjemputnya sedikit lebih telat. Ia tidak berbohong terkait alasannya, dia benar-benar mengatakan akan pergi ke gelanggang bersama temannya, dan Andi pun mengiyakan itu. Namun, dengan catatan, sebelum waktu Asar tiba, Andi akan datang menjemput dan Dirga harus segera pulang.
"Kamu ga tertarik ikut ekskul apa gitu, di sini?" Untuk menghilangkan bosan, Anindya terus berusaha membuka pembicaraan.
"Enggak, hehe," jawab Dirga.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐊𝐞𝐭𝐢𝐤𝐚 𝐓𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 𝐌𝐞𝐧𝐲𝐚𝐩𝐚 [𝐒𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐓𝐞𝐫𝐛𝐢𝐭]
FanfictionSudah terbit bersama Firaz Media Publisher💓 Versi Wattpad masih terdapat beberapa typo dan kesalahan lainnya, karena belum direvisi. Untuk versi yang lebih baik, dapat ditemukan pada cetakan novelnya. Info pemesanan dapat menghubungi penerbit terka...