Ibukota

369 50 0
                                    

Setelah melewati latihan keras selama kurang lebih tiga minggu, kontingen Cakrawala akhirnya akan terbang menuju Jakarta malam ini.

Dirga baru saja berkumpul dengan tim Cakrawala setelah melaksanakan shalat Isya terlebih dahulu di mushola yang terdapat di bandara ini.

Banyak orang yang bertanya-tanya kenapa ia bisa pergi bersama dengan sang ketum, namun Dirga hanya memberikan alibi bahwa mereka bertemu saat didepan tadi.

Farhan, salah seorang staf kontingen Cakrawala mulai mendekati mereka untuk melakukan absen. Memastikan semua atlet sudah berkumpul sebelum mereka berangkat, sebentar lagi.

Abram mendekat kearah Dirga, menyikut pelan lengan lelaki itu kemudian membisikkan sesuatu di sana.

"Lo sampenya lama banget asli. Mereka semua pada nanyain lo mulu, malah ada yang bilang lo ga niat tanding apa? Gue mau ngakak sumpah. Sekalinya sampe bareng ketum ga tuh," bisik Abram tepat ditelinga adiknya. Dia masih terkekeh melihat keterkejutan beberapa atlet setelah melihat kedatangan Dirga bersama Fairuz.

"Jangan ember lo, Bang, jadi orang," peringat Dirga penuh penekanan. Jangan sampai identitasnya terbongkar sekarang.

Di tengah percakapan mereka berdua, tanpa disangka tiba-tiba Faiza sudah datang menghampiri Dirga. Berdiri manis di samping lelaki itu.

"Bang Dirga," panggilnya dan dengan santai menoel lengan Dirga yang saat itu sama sekali tak tertutup apapun. Dirga yang terkejut langsung menarik tangannya dan menyilangkannya di depan dada.

"Eh, maaf, Bang," ujar Faiza setelah paham bahasa tubuh yang ditunjukkan oleh lelaki itu. 

Dirga hanya mengangguk menampakkan senyum tipisnya untuk menanggapi permintaan maaf dari Faiza. Lelaki itu masih tetap menunggu Faiza mengatakan maksud kedatangannya.

"Mau nanya nih, Bang? Sekilas dilihat-lihat, kok abang mirip Pak Zidan?" Tanya Faiza pelan, takut kedengaran oleh ketua.

"Iya kah?" Tanya Dirga, ia kebingungan mau merespon bagaimana lagi.

"Iyaa, Bang. Dari mata, hidung, mulut, bahkan raut wajahnya itu mirip banget sama pak Zidan," jelas Faiza keukeuh dengan opininya.

"Yakali ga mirip, wong emang anaknya," batin Abram yang sudah tidak sanggup menahan tawanya.

"Oh iya iya."

Dirga sudah bertambah bingung sekarang. Mau mengelak bagaimana lagi dia. Secara kata bundanya, wajahnya dengan wajah Fairuz memang sangat mirip. Seperti telah di copy.

"Atau jangan-jangan ... Lo emang anaknya Pak Zidan, ya? Wow." Kali ini Christine sudah ikut-ikutan menyambar, membuat Dirga kicep seketika.

Mereka semua memang memanggil Fairuz dengan nama Zidan, mengingat nama lengkap lelaki itu adalah Fairuz Zidan Ar-Rasyid.

"Udah wey, ini Dirga udah kayak tersangka aja di introgasi sama kalian. Yuk berangkat! Ga mau tanding kalian?"

Perkataan Abram sungguh menjadi penyelamat bagi Dirga malam ini. Pengunguman keberangkatan memang sudah terdengar, hingga semua atlet kini sudah bersiap masuk kepesawat. Melupakan hal yang tadinya sangat membuat Dirga kehabisan kata-kata.

𝐊𝐞𝐭𝐢𝐤𝐚 𝐓𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 𝐌𝐞𝐧𝐲𝐚𝐩𝐚 [𝐒𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐓𝐞𝐫𝐛𝐢𝐭]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang