Holi-yeay

495 61 2
                                    

Suara kicauan burung, ditambah dengan hawa sejuk juga keadaan lingkungan yang terlihat sepi, membuat Andara semakin menikmati perjalanannya.

Hari ini adalah hari kerja, sudah lumrah jika tempat ini seperti tak dihuni oleh manusia. Gadis mungil dengan setelan gamis coklat susu itu terus berjalan pelan sambil menggeret kopernya, menelusuri jalanan asrama.

Tak banyak orang yang bisa ia temui, palingan cuma oom-oom yang sedang kebagian tugas jaga di pos-pos asrama. Beberapa kali ia mendapat tawaran untuk diantar saja, namun dengan sopan Andara menolak karena lebih memilih berjalan kaki seperti ini. Ia ingin menikmati suasana asrama yang sudah lama ia tinggalkan.

Coba tebak dimana Andara sekarang?

Benar, dia sedang di perjalanan menuju rumahnya. Rumah yang sudah lama ia tinggalkan karena bersekolah di kota lain.

Sekarang Andara sedang libur, karena semua agendanya di sekolah sudah selesai. Saat ini ia hanya sedang menunggu SKL-nya keluar. Dan hal itu pasti memakan waktu yang cukup lama.

Setelah berjalan sekian ratus meter, Andara akhirnya tiba di sebuah rumah dengan cat hijau seperti kebanyakan rumah di asrama ini. Ia langsung masuk ke sana, lebih dulu merapat ke garasi.

"Assalamu'alaikum," salamnya agak keras. Pintu garasi itu terbuka, sudah barang jadi pasti akan ada orang di sana.

"Wa'alaikumussalam, sia__"

"Mbak Ara!"

Andara terkekeh melihat keterkejutan lelaki muda yang ada di depannya. Gadis itu langsung membentuk huruf V dengan jarinya kemudian ditempelkan pada pipinya. Lucu sekali.

"Hai, Om Bagas," sapanya pada lelaki itu sambil tersenyum manis.

"Mbak? Lah, pulang sama siapa?" Tanya Bagas yang masih terkaget-kaget dengan kehadiran Andara yang terlalu tiba-tiba.

"Sendiri, Om."

"Naik apa?"

"Bus."

"Astaghfirullah." Bagas seketika mengacak rambutnya frutasi. Belakangan mereka sedang digemparkan dengan serangan Uzi yang sudah diluar batas normal, penjagaan dilakukan sebisa mungkin demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, namun lihatlah apa yang terjadi sekarang, anak bungsu atasannya itu malah dengan santainya pulang sendiri ke kota ini.

Dia tidak sadar akan bahaya kah? Bagaimana jika dalam perjalanan tadi ada orang yang mengintainya.

"Kenapa, Om?"

"Gapapa, Mbak. Yaudah, Mbak masuk dulu deh, sini kopernya saya bawain," ujar Bagas.

Andara langsung mengiyakan perkataan Bagas, ia masuk ke dalam dengan lelaki itu yang mengikutinya di belakang sambil membawa koper kecilnya.

"Terima kasih, Om," kata Andara santun sambil sedikit membungkukkan badannya. Mereka sedang ada di ruang tamu sekarang.

Andara memperhatikan sekelilingnya, benar-benar sepi.

"Om Bagas sendirian di rumah?" Tanyanya.

"Iya, Mbak."

𝐊𝐞𝐭𝐢𝐤𝐚 𝐓𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 𝐌𝐞𝐧𝐲𝐚𝐩𝐚 [𝐒𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐓𝐞𝐫𝐛𝐢𝐭]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang