Penghargaan

418 49 0
                                    

Iring-iringan mobil milik kontingen Cakrawala mulai memasuki lapangan parkir gelanggang Harapan Bangsa. Dari mobil-mobil tersebut, turun beberapa staf Cakrawala beserta dengan atlet-atlet kontingen mereka.

Tidak lama setelah itu, sebuah mobil juga sudah memasuki area parkir. Seorang perempuan berkhimar hitam dan dibaluti gamis abu-abu turun dari mobil tersebut. Jangan lupakan seorang lelaki muda yang juga mengikutinya.

Mobil yang ditumpanginya tadi segera mencari parkiran yang tepat tepat. Setelahnya satu lelaki lagi keluar dan mendekat kearah perempuan tadi. Membuat beberapa pasang mata mengarah kepada mereka.

Perempuan itu sempat risih dengan tatapan orang-orang sekitar yang entah apa artinya, sedikit kesal saja karena ia merasa tak ada yang salah dengan dirinya pun kedua lelaki yang mengikutinya ini.

"Mari, Bu, kita masuk ke dalam. Acara akan segera dimulai," ujar seorang staf official kepada perempuan tadi yang diketahui adalah istri dari ketua umum mereka.

Ia mengangguk dan tersenyum tipis kemudian mengikuti langkah yang lainnya memasuki gedung stadion yang megah itu.

Hari ini adalah hari dimana para pemenang akan di berikan penghargaan. Setelah bertanding selama beberapa hari, mereka akan diapresiasi di hari yang berbahagia ini.

Pihak official Cakrawala dan beberapa atlet langsung menduduki kursi tribun yang sudah ditentukan setibanya di dalam ruangan besar milik gelanggang tersebut. Sedangkan Alsya, lebih memilih duduk di tribun penonton bersama dengan Andi dan Bagas. Lagipun, memang tidak ada sebuah pengkhususan bagi mereka.

Tidak lama setelah mereka duduk ditempatnya masing-masing, sang pembawa acara mulai membuka suara. Memberikan salam penghormatan kepada seluruh hadirin yang sudah hadir didalam ruangan itu.

Acara puncak dari event ini pun resmi dimulai.

Hari ini adalah hari yang sangat bersejarah bagi para atlet yang sudah berjuang, mengerahkan seluruh energinya di area tanding, memasuki final, hingga berhasil meraih juara.

Anindya merasa jantungnya berdetak tak karuan. Dia sendiri adalah salah satu atlet yang berhasil mendapatkan medali perunggu. Meski pada awalnya Christine pernah dinobatkan sebagai atlet terbaik di Cakrawala, namun kali ini ia harus menerima kekalahannya di babak penyisihan delapan besar.

Dikala ketegangan tengah menyelimuti Anidnya, ada seorang gadis yang menepuk pundaknya tiba-tiba. Gadis itu spontan berbalik dan melihat seseorang yang tadinya menepuknya keras, tak disangka, orang itu seketika malah membuatnya tersenyum lebar. Dia adalah Vika, sahabatnya di SMA Cakrawala.

Anindya lantas tak mengerti bagaimana caranya gadis itu tiba-tiba ada di stadion ini, secara tempat tinggal mereka berselang satu pulau dengan wilayah stadion ini.

"Kok bisa kamu disini?" Tanya Nindya heran.

Yang ditanyai pun semula hanya menyengir lebar kemudian bergelayut di tangan Anindya.

"Bisa dong, Beb. Ayahku ada pekerjaan disini, jadi aku dan ibuku juga ikut. Nahh kebetulan jadwalnya berpas-pasan dengan pertandingan kalian," ujarnya menjelaskan.

"Ohiyaa. Selamat, ya! Aku dengar kamu menang. Ih hebat banget," sambung gadis itu kemudian semakin mengeratkan pelukannya di lengan Nindya.

"Terima kasih," jawab Nindya halus.

"Eh iya, Nin, setauku Dirga juga menang, kan? Kok dia ga kelihatan?" Tanya Vika memastikan, gadis itu mulai meliarkan pandangannya, mencari sosok lelaki yang sebenarnya memang tidak hadir kala itu.

"Di-dia ..."

"Udah gapapa. Ucapin aja selamat ke dia dari aku, ya. Kalian emang sama-sama hebat. The best emang, udah berhasil bawa emas sama perunggu buat Cakrawala. Aku mau keatas dulu, ga enak gabung sama official orang, padahal bukan atlet," ujar Vika dengan kekehan pelan diujung kalimatnya.

𝐊𝐞𝐭𝐢𝐤𝐚 𝐓𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 𝐌𝐞𝐧𝐲𝐚𝐩𝐚 [𝐒𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐓𝐞𝐫𝐛𝐢𝐭]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang