× 05 ×

2.3K 330 8
                                    

"tas lo gede banget, din. mau ke mana?" pertanyaan itu rangga tujukan kepada dinda yang baru saja masuk ruang bem bersama tasnya yang tidak seperti biasa.

"nanti sore kan berangkat ke puncak, mau makrab," balas dinda seraya menaruh tasnya di sudut ruangan. "lo bener nggak ikutan nih, ngga?" tanyanya.

rangga menggeleng. "kalau ikut emangnya dapat apa?"

"ya refreshing, lah, rangga. emangnya lo nggak suntuk di kosan terus?" jawab dinda.

rangga kemudian hanya mengangguk-angguk. ia tidak merespons pertanyaan dari dinda. laki-laki itu kembali menyibukkan dirinya dengan ponsel. sampai perhatiannya teralihkan sebab ketukan pintu ruangan.

"permisi, kak dinda," ujar gadis yang baru saja mengetuk pintu ruangan. "mau nanya, dari bemp elektro jadinya siapa aja ya kak yang fix ikut nanti?"

gadis itu disambut oleh dinda. rangga tahu itu gadis yang dibicarakan dinda dan ditemuinya beberapa hari silam. caristy.

"gue, safa, dillah, alma, farid, doni, sama rangga," balas dinda sambil mengeraskan suaranya pada nama terakhir.

kontan rangga melepaskan headphone di kepalanya. "heh, sembarangan!" pekiknya. "gue nggak ikut."

"lagian gue belum bayar, belum siapin baju, dan belum daftar, ya, dinda," ujar rangga. "lo juga pada motoran dan bawa mobil, kan? gue ini nggak ada motor, gue kan anak kosan."

baik dinda maupun caristy diam sesaat, menatap rangga.

"oh," respons caristy singkat. "gue bawa motor dan motor gue bakal ditinggal di kampus kok, bang. tapi kalau ada yang bawa ke sana juga nggak apa-apa."

"cakep banget car!" ujar dinda. "fix!"

invitationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang