× 06 ×

2K 310 8
                                    

"loh, nama abang udah terdaftar. gimana dong?" ujar caristy sambil mengekori rangga berjalan menyusuri koridor fakultas teknik.

yang dikejar pada akhirnya berhenti melangkah. ia berbalik, memandang caristy yang kelihatan begitu siap untuk berangkat bersama rombongan lainnya.

"lo maksa gue?" tanya rangga.

caristy diam. nada bicara rangga membuat nyalinya ciut. ini sebenarnya yang dikerjai rangga atau dirinya, sih? kenapa caristy harus memohon sampai orang ini ikut serta dalam acaranya?

"ya ... ya udah, deh," tutur caristy pelan. "sori ya, bang."

gadis itu tersenyum tipis. sedetik kemudian ponselnya berdering. nama dhamar tercetak di layarnya. tanpa peduli masih ada rangga, gadis itu segera duduk di kursi terdekat lalu mengangkat telepon.

"lo sama rangga udah jalan?" tanya dhamar.

"bang rangga nggak jadi ikut. pada di mana? gue ke sana sekarang deh. motor gue jadinya ditinggal aja," balas caristy.

"hah?!" dhamar tahu-tahu berteriak. "kita udah jalan. gue pikir rangga fix, dan karena dia mau beres-beres barangnya dulu, makanya kita duluan, biar nggak ngaret dari rundown dan nggak kejebak macet ke puncak."

caristy terbengong. "lah gue berangkat sama siapa dong?! nggak mungkin gue bawa motor sendirian ke sana—"

belum selesai caristy bicara, rangga yang masih berdiri di hadapannya itu lantas merebut ponselnya, kemudian mengakhiri teleponnya dengan darma. sambil menyodorkan ponsel caristy kembali, laki-laki itu berujar, "ya udah gue ikut. tapi temenin gue ke kosan dulu ambil baju."

mata caristy lantas berbinar. gadis itu berdiri dan hormat. "siap!"

rangga acuh tak acuh. ia lantas melanjutkan jalannya menyusuri koridor fakultas, diikuti oleh caristy di belakangnya.

invitationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang