Dankin berlari dengan peluh keringat yang kian deras menetes didahinya. Sambil mengenggam roti Parshit yang telah kotor karena beberapa kali terjatuh ke tanah, Dankin menengok ke samping tembok di bawah Jembatan Gravel berharap tidak ada lagi pegawai Toko Kue Parshit langganan curiannya yang mengejarnya. Setelah memastikan tidak ada lagi yang mengejarnya, Dankin memeriksa kembali Roti Parshit yang kini telah kotor.
"Masih bisa dimakan kok..." Dankin meyakinkan dirinya sembari membersihkan Roti Parshit yang terkena tanah dibeberapa bagian.
Ukuran Roti Parshit sebesar kepalan tangan, salah satu jenis roti terenak yang dijual Toko Roti Parshit, toko roti terbesar dan terenak di kota Spaure, kota yang terletak dikerajaan Tresadior.
Kemudian, Dankin duduk sambil merenggangkan kakinya yang lelah berlari di samping pintu rumahnya, rumah yang terlihat seperti gubuk itu terbuat dari kayu yang Dankin kumpulkan dari Hutan Sora, hutan yang terletak diujung Jembatan Gravel.
Jembatan ini terletak di dekat gerbang masuk ke Kota Spaure. Jembatan Gravel adalah penghubung antara Kota Spaure dengan Hutan Sora yang juga bersebelahan dengan Kota Regax, salah satu kota terbesar selain Spaure di Kerajaan Tresadior.
Dibawah Jembatan Gravel terdapat aliran sungai yang tidak terlalu deras, dipinggirnya terdapat hamparan tanah. Di tanah sekitar selebar kurang lebih 5 meter inilah Dankin membangun rumah kecilnya.
Dankin sendiri berumur 15 tahun, dulu Dankin tinggal bersama ayah dan ibunya hingga usia 8 tahun. Sebenarnya Dankin adalah anak keluarga bangsawan dari Bangsawan Steria, namun karena perebutan kekuasaan dan situasi politik yang memanas di Kerajaan Tresadior entah bagaimana, tiba tiba Bangsawan Steria dicap melakukan pengkhianatan tingkat tinggi terhadap Kerajaan Tresadior.
Kemudian Raja Orvan memerintahkan pasukan Kerajaan Tresadior untuk melakukan pembantaian terhadap Bangsawan Steria. Seluruh anggota Bangsawan Steria terbunuh dalam kejadian itu kecuali, Dankin dan Rave, ayahnya yang hingga kini tidak diketahui keberadaannya.
Dankin kecewa dengan ayahnya yang hanya menyelamatkan dirinya sendiri tanpa memedulikan dirinya dan almarhum ibunya. Dankin bertekad akan membunuh ayahnya jika diberi kesempatan bertemu.
Walau begitu, Dankin sendiri tidak yakin dia dapat membunuh ayahnya sedangkan, untuk membunuh kemiskinan yang sekarang melekat di dirinya saja, Dankin belum tentu sanggup. Jangankan memikirkan hari esok, berpikir tentang hari ini saja sudah cukup melelahkan untuk Dankin .
Namun, dilubuk hatinya paling dalam Dankin yakin dapat bertahan dan menghidupi dirinya sendiri seiring berjalannya waktu. Meski sulit Dankin mempunyai tujuan besar diusia yang terbilang sangat muda disaat anak seusianya sibuk bermain.
"Ah!! roti ini sangat enak seperti yang orang-orang bilang." Dankin memakan roti Parshit dengan lahap hingga tak bersisa.
Setelahnya, Dankin mencuci tangan dipinggiran Sungai Eusi, sungai yang alirannya tidak terlalu deras meskipun, sedang musim hujan. Aliran sungai ini berasal dari Kaki Gunung Tengkorak, gunung dengan sejuta cerita kematian yang beredar diseluruh wilayah kerajaan Tresadior.
Menurut cerita yang beredar, di Gunung Tengkorak banyak sekali kejadian yang memakan banyak korban karena berusaha mengambil sumber daya yang melimpah mulai dari tambang permata, emas, hingga stove sejenis batu berlian yang memiliki nilai jual tinggi. Diyakini masih banyak sumberdaya yang belum diketahui jenisnya tersimpan di Gunung Tengkorak.
Dari pasukan Kerajaan Tresadior , penduduk biasa, hingga pendekar sudah pernah mencoba untuk mendaki Gunung Tengkorak namun, tidak ada satupun dari mereka yang kembali dengan selamat. Jika beruntung beberapa jasad akan terbawa ke aliran sungai Eusi ini.
Diyakini, Gunung Tengkorak memiliki berbagai macam siluman yang menjaga tempat itu. Terbukti dengan beberapa jasad yang terbawa arus sungai Eusi ditemukan dengan kondisi tidak utuh seperti bekas dimakan binatang buas.
Beberapa lagi percaya bahwa ada semacam sekte rahasia yang mendiami Gunung Tengkorak. Sampai saat ini, tidak ada yang tahu dengan pasti kebenarannya. Itulah yang Dankin ketahui sejauh ini.
"Walaupun ceritanya menyeramkan tetapi, air Sungai Eusi terasa sangat menyegarkan di tenggorokanku.." Dankin meminum air sungai ini menggunakan bambu yang dipotong menyerupai gelas.
"Seperti air suci para Dewa!!" Dankin tersenyum lebar dan bersyukur dengan keberadaan Sungai Eusi.
Selain untuk kebutuhan minum, Dankin juga menggunakan sungai Eusi untuk menangkap ikan dengan mengunakan tombak . Alirannya yang tidak terlalu deras itulah membuat banyak ikan bertebaran di bawah Jembatan Gravel.
Di sekitar Jembatan Gravel ini ditumbuhi berbagai jenis pohon rindang dan bambu yang hampir menutupi sungai Eusi jika dilihat dari atas Jembatan Gravel sehingga aktivitas dibawahnya tidak begitu terlihat dari atas jembatan.
"Baiklah!! Aku berharap ikan Kora besar itu bisa memenuhi perutku hingga malam ini!!" Dankin tersenyum sendiri sambil menyelam kedalam sungai.
Walau hidupnya sekarang begitu berat tidak alasan baginya untuk tidak boleh tersenyum. Anggap saja penghiburan untuk dirinya didunia yang kejam ini.
Bertahan hidup sebagai orang yang bisa dikatakan adalah gelandangan sekarang, membuat Dankin harus bisa melakukan beberapa hal seperti berenang.
Kedalaman sungai ini sekitar tiga meter namun karena airnya sangat jernih Dankin dapat melihat ikan ikan yang berlari kesana kemari seperti tidak punya tujuan hidup.
Tidak ada yang mengajarinya berenang, namun dia sempat mencuri dengar dari penduduk Spaure bagaimana caranya untuk bisa berenang di sungai. Selain itu, dia juga sempat membaca buku-buku dari kediaman Bangsawan Steria saat masih berusia 5 tahun.
Kehidupan terlahir sebagai anak bangsawan membuat Dankin diharuskan untuk belajar membaca berbagai buku pengetahuan, menulis puisi, melukis, dan melakukan banyak hal lainnya. Meskipun, sekarang Dankin tidak lagi dapat melakukan itu, tetap saja pengetahuan dan keahlian yang telah dia pelajari tersimpan di otaknya.
Sebenarnya Dankin anak yang sangat pintar jika saja tidak terjadi tragedi yang merenggut semua anggota keluarganya. Dankin anak yang cepat sekali menyerap berbagai ilmu, dibanding anak-anak lainnya dikalangan bangsawan Steria atau bahkan diseluruh Kerajaan Tresadior.
Terbukti saat mengikuti kejuaraan ilmu pengetahuan saat dirinya berusia 7 tahun, Dankin memenangkan kejuaraan itu yang diikuti oleh 345 peserta yang terdiri anak anak seusianya dari berbagai kalangan bangsawan.
Bahkan lukisan yang Dankin buat sempat mengesankan Raja Orvan saat berkunjung ke kediamannya. Prestasinya tersebut membuat banyak anak anak baik dari bangsawan lain maupun bangsawan Steria sendiri menjadi iri dan menatapnya penuh kebencian.
Bukan hanya itu, parasnya yang tampan sudah terlihat sejak kecil membuat dia dikelilingi gadis gadis seusianya. Bahkan diprediksi dia bisa menjadi kandidat pria tertampan saat berusia 20 tahun nanti.
"Akhirnya Dewa mengabulkan permintaanku". Dankin kembali muncul kepermukaan dan duduk ditepi sungai sembari memegangi tombaknya.
"Ikan Kora yang gendut!! Maafkan aku, kau harus jadi santapanku malam ini!!hahahaha...". Ikan Kora berukuran sebesar lengannya ditaruh dikeranjang bambu yang sudah dia sediakan.
"Jika aku menjadi orang kaya ataupun bangsawan lagi, maka aku akan membuat kolam dengan di penuhi ikan sepertimu Kora" Dankin berbicara kepada ikan yang sudah mati itu dengan senang.
Ungkapan bahagia atas hasil jerih payahnya.
Setidaknya untuk malam ini.**Cerita Pertamaku.
Masih mawut semrawut
banyak tanda baca yg kurang pas
jika ada kekurangan dan kesalahan
silahkan kritik dan kasih saran
Terimakasih kawan..See You
Orhius**
KAMU SEDANG MEMBACA
Dankin & Evero
FantasyDANKIN Dankin seorang anak muda yang harus melepaskan statusnya sebagai Bangsawan Steria karena keluarganya dicap melakukan pengkhianatan pada Kerajaan Tresadior. EVERO Evero seorang anak SMA yang lelah dengan pengkhianatan yang dilakukan oleh oran...