Bab 9

560 106 21
                                    

Taehyung duduk di bangku taman. Seharusnya ia merasa bahagia karena Yoona duduk tepat di sebelahnya. Angin malam yang sepoi-sepoi menyentuh kulit pipinya. Segalanya terlihat begitu indah. Namun mengapa ia tak bisa tersenyum? Bahkan memaksakan sebuah senyum palsu pun ia tak sanggup.

Yoona memerhatikan mendung yang menaungi wajah Taehyung. Tak biasanya pemuda itu murung seperti ini.

"Ada yang tengah kau pikirkan?"

Taehyung menoleh. Wajah ayu Yoona terlihat begitu sempurna tak bercela. Seperti inilah wajah seorang bidadari. Taehyung tersenyum kecut. "Yoona, apakah kau harus terus bekerja di XX Club? Apakah kau tak mau berhenti saja?"

Yoona mengalihkan wajahnya. Ia menatap langit di kejauhan. "Memangnya kenapa?"

"Tempat itu bukan tempat yang baik untukmu."

Yoona menghela nafas, ia menoleh Taehyung. "Apa kau sendiri bisa berhenti bekerja untuk bosmu dan cari pekerjaan lain yang lebih baik?"

Taehyung tertohok mendengar Yoona membalikkan pertanyaannya barusan. Ia merasa sangat sedih.

"Tak bisa, bukan?" Yoona tersenyum muram. Ia memahami Taehyung sama seperti lelaki itu memahaminya. Ia sadar mereka berdua hanyalah sepasang boneka di tengah-tengah dunia yang maha luas ini. Mereka bagaikan dua buah perahu kertas yang terapung-apung dan terhanyut ke mana arus air membawa mereka.

Keduanya membisu dalam satu keheningan panjang. Yoona tahu ada sesuatu yang mengganggu pikiran Taehyung dan ia sedang menanti lelaki itu untuk mengutarakan semuanya.

Taehyung menarik nafas. Siap atau tidak, ia harus memberitahu Yoona. Betapa ia berharap saat ini mereka tengah berada di situasi yang berbeda. Setelah melirik dua-tiga kali, akhirnya Taehyung membuka mulut.

"Jungkook ada di XX Club sekarang." Ia menatap Yoona. "Jungkook bersama yang lainnya pergi ke sana untuk menagih hutang pada bosmu. Dan uh, mereka mungkin akan mencoba untuk menakut-nakuti semua orang di sana...."

Yoona termenung selama tiga detik sebelum akhirnya bisa mencerna semua kata-kata yang keluar dari mulut Taehyung.

"Apa...?" Yoona kelihatan tak paham. "Apakah teman-temanmu akan menghancurkan XX Club seperti waktu itu? Itukah sebabnya kau memintaku untuk tidak pergi bekerja di kelab malam ini?" Suara Yoona semakin meninggi seiring dengan setiap kata yang ia ucapkan. Gadis berparas cantik itu menatap Taehyung tajam.

Setelah beberapa saat, barulah Taehyung menjawab, "ya...." Ia bahkan yakin kalau apa yang dilakukan oleh Jungkook dan anggota Bangtan Boys kali ini akan lebih buruk daripada waktu itu.

Yoona benar-benar merasa marah. "Tapi Taeyeon ada di sana! Dia sedang bekerja sekarang!" Yoona mencelat dari tempat duduknya.

Taehyung sontak memegangi tangan Yoona. "Maafkan aku... Aku tak bisa berbuat apa-apa."

"Apa kau sadar betapa egoisnya dirimu?" Mata Yoona menatap Taehyung dengan tatapan kecewa. "Kau tidak ingin aku sampai terluka..., tapi apa menurutmu aku akan bahagia jika teman-temanmu menyakiti Taeyeon?"

"Jungkook tidak akan menyakiti siapapun. Dia tidak akan melukai Taeyeon...."

"Lalu mengapa kau memintaku untuk tidak bekerja malam ini? Tentu kau takut aku akan celaka, bukan?" Yoona memandang kasar pada Taehyung. Ia menghempaskan genggaman tangan lelaki itu. "Aku harus pergi menyelamatkan Taeyeon!"

"Yoona, tunggu!"


………………………………………………................................


Yoona takkan pernah melupakan apa yang ia saksikan malam itu. Nafasnya putus saat ia menemukan Taeyeon duduk di tepi jalan bagaikan sebuah boneka marionet rusak yang dibuang ke tempat sampah. Kepalanya menyandar lemah pada dinding di belakangnya. Lampu kelab malam yang terbuat dari neon warna-warni membuat wajah gadis itu tampak kabur. Yoona hampir saja pingsan melihatnya.

"TAEYEON!" Ia bergegas dan berlutut di hadapan Taeyeon. "Kau... Apakah mereka... Apakah mereka menyakitimu?" Yoona mengangkat kepala Taeyeon dan spontan menggigit bibirnya keras-keras saat ia melihat wajah cantik saudarinya babak belur dan pakaiannya terkoyak di sana-sini dengan dipenuhi bilur-bilur luka. Bibir Taeyeon yang bengkak dihiasi oleh gumpalan darah yang sudah hitam mengering. "Siapa yang melakukan ini padamu? SIAPA, TAE?!" Yoona menangis pilu. Airmata bercucuran membasahi seluruh wajahnya.

"Mereka menghancurkan semuanya...." Taeyeon terlihat seperti orang yang tengah mengigau. Tapi kemudian matanya bergerak menatap Yoona. Kedua mata Taeyeon sudah kehilangan sinarnya. Kedua bola mata itu kini buram oleh luka.

"Maafkan aku, Taeyeon ah, sungguh maafkan aku. Tak seharusnya aku meninggalkanmu bekerja seorang diri." Yoona memeluk Taeyeon dengan sejuta penyesalan. Airmatanya mengalir lebih deras dari rintik hujan di penghujung musim semi.

"Taeyeon ssi...." Taehyung datang terengah-engah. Ia tiba lima menit setelah Yoona. Lelaki itu terperanjat melihat keadaan Taeyeon "Ap---apakah... Apakah teman-temanku yang melakukan ini padamu?" Sekujur tubuhnya menggigil oleh rasa dingin yang menyakitkan. Taehyung mencoba untuk menelan ludah, namun tenggorokannya terasa kering bagaikan daun yang rontok.

"Apa pedulimu?" Taeyeon menoleh Taehyung. Pandangan kosong dan buram yang diperlihatkan oleh kedua mata Taeyeon membuat Taehyung seolah-olah baru saja dihujam oleh sebuah belati. Bahkan dalam keremangan malam di sekeliling mereka, ia bisa melihat jelas bagaimana bentuk keadaan Taeyeon. Darah mengotori sudut mukanya dan seragam kelab yang dikenakan oleh gadis itu tercabik-cabik di banyak bagian. Taehyung sadar salah satu temannya telah menganiaya dan mencelakai Taeyeon. Ia hanya bisa berdoa dan berharap semoga orang itu bukanlah Jungkook.

"Maafkan aku... Aku... Menyesal...." Taehyung menunduk. Ia terlalu malu untuk melihat kedua wanita itu. Bibirnya menggeletar, suaranya tercekat, dan kesepuluh jari-jari tangannya terkepal keras.

"Apalah gunanya minta maaf? Semua sudah terjadi." Taeyeon memandang Taehyung. Suaranya begitu tawar seakan-akan ia sedang bergumam sendiri. "Teman-temanmu hanya melakukan apa yang diperintahkan pada mereka, bukan?"

"A... A...." Taehyung menelan ludah berkali-kali. Seakan-akan mulutnya baru saja menelan seekor kodok bulat-bulat.

"Taehyung ssi, aku tak tahu apa kau ini orang jahat atau orang baik, tapi kita berdua tahu kalau kau hanya akan membawa petaka bagi Yoona." Taeyeon berusaha untuk berdiri. Meskipun tertatih-tatih, ia tak mengacuhkan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Yoona kontan menyelipkan lengannya ke punggung Taeyeon untuk menopang tubuh mungilnya yang ringkih.

"Taeyeon ah... Jangan katakan itu." Yoona tak mengerti mengapa kata-kata Taeyeon barusan begitu pedih menyayat telinganya. Seakan-akan dirinya akan segera terenggut dari hadapan Taehyung.

"Yoona..., ayo kita pulang." Taeyeon berjalan terhuyung-huyung meninggalkan bagian muka XX Club yang kosong.

"Tunggu sebentar...," Yoona berhenti dengan ragu, "ada sesuatu yang ingin kukatakan pada Taehyung...."

Yoona menoleh ke tempat Taehyung tengah berdiri, tapi pandangannya menghindari wajah lelaki tampan itu.

"Aku tak mau menemuimu lagi, Taehyung ssi. Tolong jangan pernah datang padaku lagi." Hatinya terasa sangat dingin bagaikan dikubur di tengah-tengah badai salju yang mengamuk.

"Yoona...." Taehyung berseru gelisah.

"Kusangka kita bisa berteman... Tapi aku salah. Ternyata kita berdua berdiri di dua garis berlawanan yang takkan pernah saling bersinggungan."

"Kau tak bersungguh-sungguh dengan ucapanmu, bukan?" Taehyung menggelengkan kepala dengan putus asa.

"Aku akan berdoa agar kau memiliki kehidupan yang lebih baik, Taehyung ssi...."

Yoona memegang erat lengan Taeyeon. Malam itu begitu gelap dan dingin, begitu pula dengan hatinya. "Taeyeon ah, ayo kita pulang."[]


====================================


Hai, Kodok Ijo di sini ( ╹▽╹ )/

Numpang curhat dikit ya. Sejujurnya, saya sama sekali tidak yakin ada yang mau baca ff ini (apalagi sampai tamat nanti 🤭🤭🤭). Tapi tak apalah. Saya terlanjur suka sama cerita ff yang satu ini, jadi saya akan terus melanjutkannya sampai tamat. Kalaupun ada yang kebetulan tertarik dan mengikuti fanfic 'TEARS: Drawing Our Moments' sampai bab 9 ini, kuatkan hati kalian untuk membaca bab-bab selanjutnya, ya...

Oke, sampai ketemu lagi besok atau lusa.

Wasalam,


Kodok Ijo

TEARS: Drawing Our Moments | Vyoon FanficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang