Bab 33

609 75 29
                                    


Sepersekian detik sebelum ujung wakizashi menembus dadanya, Taehyung mengayunkan pedangnya dan membacok leher pria berkacamata itu. Darah merah pun muncrat dan menghujani wajah Taehyung.

Pria berkacamata itu memegangi lehernya yang menganga. Matanya melotot tak percaya. Taehyung lalu menikam jantung pria itu dengan pedang yang digenggamnya.

Pria berkacamata itu pun jatuh dan tergolek mati ke atas tanah. Ia mati dengan mata terbuka lebar.

Taehyung mengumpulkan tenaga untuk melepaskan diri dari rantai yang membelenggu kedua kakinya. Ia menghujamkan katananya ke atas tanah untuk menopangnya bangun. Ia menoleh sekeliling. Sepuluh anak buah Kwon Jaehee terbujur kaku di atas tanah yang basah oleh darah. Taehyung tak tahu apakah mereka semua sudah mati atau masih hidup.

Tanpa memedulikan rasa sakit dan luka-luka di sekujur tubuhnya, Taehyung terseok-seok menuju mobilnya. Ia harus kembali pada Yoona. Ia harus memenuhi janjinya kepada isterinya.

Taehyung berjalan di sepanjang koridor rumah sakit tanpa menghiraukan pandangan orang-orang yang melihatnya. Ia bahkan mendorong semua suster dan dokter yang ingin menolongnya.

"Ahjussi, Anda terluka parah. Anda harus segera mendapatkan perawatan."

Taehyung terus saja berjalan dengan pincang. Ia membersihkan noda darah dari wajahnya. Ia harus segera menemui Yoona. Ia harus segera berada di sampingnya. Isterinya itu pasti sedang menunggu dan memanggil-manggil namanya.

Ketika Taehyung menerobos masuk ke dalam kamar bersalin, Yoona tengah mengerang untuk mendorong bayinya keluar.

"Yoona," Taehyung cepat-cepat menghampiri isterinya dan memegangi tangannya yang terkepal keras. Lelaki itu hampir saja terjatuh di pinggir ranjang.

"Taehyung ah!" Yoona menangis begitu melihat Taehyung. Ia membelalak melihat penampilan lelaki itu. Tubuh suaminya berlumuran darah dari ujung rambut hingga ujung kaki. Yoona meremas tangan Taehyung dan menangis.

"Jangan menangis. Bukankah aku sudah bilang aku hanya pergi sebentar?" Taehyung menggigit bibir. Matanya berkaca-kaca. "Aku sudah datang, Yoona. Aku sudah kembali padamu. Aku ada di sini dan takkan pernah pergi lagi." Ia mencium tangan isterinya dengan penuh rasa syukur.

Tetapi Yoona malah semakin keras menangis. "Apa kau kesakitan? Siapa yang melukaimu seperti ini?"

Taehyung menggeleng. "Aku tidak apa-apa. Ini semua bukan darahku." Melihat wajah isterinya memberikan Taehyung sebuah kekuatan baru. Ia tak lagi merasakan sakit apa-apa. "Kau tak perlu menangis, Yoona, aku tidak merasa sakit sama sekali."

………………………………………………...............................



"Aku... Aku ingin melihat bayi Yoona...." Taeyeon mengulas senyum lemah. "Tapi aku tahu itu tak mungkin... HUKK!" Ia kembali memuntahkan darah, kali ini lebih banyak dari sebelumnya.

"Taeyeon ah!" Jungkook panik. "HUKK!" Ia juga muntah darah.

Taeyeon mengelap darah dari mulutnya. "Jungkook ah, aku takkan pernah bisa melihat bayi Yoona... Tapi... Aku ingin... Sekali lagi... Melihat bintang di langit...."

Jungkook mengangguk. "Kau pasti akan melihatnya." Ia menghentikan mobilnya dan merangkak keluar. Kedua tangannya sudah mati rasa, namun Jungkook memaksakan diri untuk membukakan pintu bagi Taeyeon. "Aku akan menggendongmu...." Ia mengangkat tubuh Taeyeon dan membawanya ke pinggir jalan.

Kumohon Tuhan, beri kami waktu sedikit lagi... Sedikit lagi saja.... Jungkook berdoa dalam hati. Ia baru menyadari bahwa mobilnya berhenti di depan taman bermain anak-anak. Ada sebuah bangku di sana. Ia ingin membawa Taeyeon untuk duduk. Namun kedua kakinya sudah kehilangan tenaga. Ia terjatuh sebelum sempat mencapai bangku taman.

TEARS: Drawing Our Moments | Vyoon FanficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang