Jungkook memayang tubuh Taehyung ke dalam mobil. Ia tak percaya hyung-nya akan mati semudah itu. Kim Taehyung adalah lelaki paling tangguh yang pernah ia kenal. Hyung-nya takkan sudi menyerahkan nyawa tanpa terlebih dahulu berperang melawan malaikat maut.
Tetapi mungkin selama ini Taehyung sudah berperang terlalu lama dengan Elmaut dan ia sudah kehilangan seluruh tenaganya.
Namun Jungkook belum mau menyerah. Kalau perlu, ia akan menyerbu alam baka dan membinasakan raja akhirat hanya demi mengembalikan nyawa hyungnya.
Malam itu Jungkook melarikan Taehyung ke klinik dr. Cheon Hojin, dokter yang biasa mengobati para antek mafia tanpa pernah bertanya tentang hal-hal yang tak perlu. Gangster, mafia, dan para pelaku dunia hitam memang tak bisa bebas keluar masuk rumah sakit seperti orang biasa. Banyak prosedur resmi yang mewajibkan pihak rumah sakit untuk segera menghubungi polisi jika mereka mendapatkan pasien dengan luka-luka mencurigakan. Dan prosedur inilah yang dihindari oleh para pelaku kejahatan.
Dr. Cheon sudah biasa melakukan operasi yang menentukan hidup-matinya seseorang di dalam kliniknya yang sederhana----hanya dibantu oleh seorang perawat kepercayaannya. Kali inipun ia menerima tubuh Taehyung tanpa banyak rewel.
Setelah berkutat di ruang operasi selama berjam-jam, akhirnya dokter setengah baya itupun keluar untuk bicara dengan Jungkook.
..............................................................................
Jungkook mendekati ranjang klinik di mana hyung-nya terbaring tak sadarkan diri. Airmata menetes membasahi pelupuk mata Jungkook. Dr. Cheon memperingatkan kalau sekali lagi Taehyung melakukan pekerjaannya, pemuda itu pasti akan segera dijemput oleh ajal dan mereka takkan bisa berbuat apa-apa.
Jungkook tersegruk-segruk. Ia teringat saat mereka kecil, Taehyunglah yang selalu memberinya makan, mengajarinya berkelahi, dan menungguinya setiap kali ia demam. Tak mungkin ia akan membiarkan hyung yang begitu disayanginya itu meninggal begitu saja.
Tapi keadaan Taehyung begitu lemah. Baru keesokan harinya lelaki itu siuman.
"Hyung!" Jungkook berseru bahagia saat Taehyung membuka matanya. "Kau sudah bangun. Aku akan menelpon Taeyeon agar----"
Taehyung menepis tangan Jungkook dengan lemah. Telepon genggam yang dipegang Jungkook pun jatuh.
"Hyung?"
"Jangan hubungi siapapun."
Jungkook meraih ponselnya dengan sedih. "Kenapa, hyung?" Ia mengira Taehyung pasti sangat mendambakan kehadiran Yoona di sisinya.
"Aku tak mau melihat Yoona..." Taehyung memejamkan mata. Bunyi nafasnya terdengar nyaring di balik masker oksigen yang ia kenakan.
..............................................................................
Yoona duduk di atas kursi di samping ranjang Seohyun. Ia memegangi tangan gadis itu dengan erat. Wajah Yoona terlihat begitu murung. Kedua kantung matanya gelap----tanda bahwa ia kurang tidur.
"Taehyung ah...." Yoona bergumam lirih. Meskipun Seohyun yang dipandanginya sedari tadi, tetapi wajah Taehyunglah yang dilihatnya.
"Kau memikirkan Taehyung lagi?" Taeyeon melirik Yoona. "Kalau kau begitu mencintainya, untuk apa kau meninggalkannya dan kembali pada Jaehee?"
Yoona menoleh pada Taeyeon yang sedang menatapnya dingin. Yoona mengerti, Taeyeon pasti merasa sangat kecewa padanya. Taeyeon sudah mengorbankan diri agar Yoona bisa meloloskan diri bersama Taehyung, tetapi setelah pengorbanan yang tak kecil itu, Yoona masih juga kembali ke neraka jahanam yang sama yang selama bertahun-tahun telah menyiksanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEARS: Drawing Our Moments | Vyoon Fanfic
FanfictionCinta tidak pernah salah. Taehyung mengira cintanya akan membuat Yoona bahagia, tapi ia keliru. Cintanya malah menjungkir-balikkan dunia mereka. Apa jadinya kalau seorang suruhan mafia jatuh cinta pada seorang gadis yang tidak memiliki apa-apa? Itul...