Bab 12

519 89 7
                                    

Tak peduli apapun yang ia lakukan, Taehyung tak sanggup mengusir bayangan diri Yoona----seolah-olah gadis itu telah terpahat di kedua matanya. Setiap detik terasa begitu menyiksa karena ia tak bisa bertemu dengan Yoona di kehidupan nyata. Hanya dalam mimpilah ia bisa melihat gadis itu tersenyum padanya. Taehyung seringkali terbangun di tengah malam dan menggigil karena ia begitu merindukan Yoona.

Taehyung tak memiliki nyali untuk mengirim pesan pendek pada Yoona ataupun meneleponnya. Ia telah berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia takkan menemui Yoona sebelum ia memiliki pekerjaan yang lebih terhormat, kehidupan yang lebih baik, dan reputasi yang bisa dibanggakan. Dengan keadaannya sekarang ini, apa yang bisa ia tawarkan untuk gadis seistimewa Yoona?

Namun rasa sakit di dalam dada Taehyung semakin memburuk setiap harinya. Lubang di dalam hatinya semakin menganga lebar. Taehyung sadar tak mungkin ia bertahan lebih lama lagi. Ia pasti akan menjadi gila jika tak bertemu Yoona barang sehari lagi.

Taehyung merenggut mantelnya. Ia harus menemui gadis itu, meskipun jika seandainya ia hanya bisa memandangnya dari kejauhan, itu jauh lebih baik daripada terus-terusan berdiam diri di dalam kamarnya tanpa melakukan suatu apapun.

Taehyung diam berdiri di depan rumah Yoona, menanti-nanti kemunculan sosok gadis itu. Namun rumah tersebut terlihat gelap dan kosong. Ia menunggu selama berjam-jam, namun tak ada satupun pertanda keberadaan Yoona di dalam sana.

Akhirnya Taehyung memutuskan untuk datang ke XX Club karena hanya itulah satu-satunya tempat yang ia tahu akan dikunjungi oleh Yoona. Taehyung berdoa dan berharap agar ia bisa menemukan kekasih hatinya di sana.

Dan Tuhan-pun menjawab doanya. Yoona memang berada di sana.... Namun bersama laki-laki lain.

Senyuman di bibir Taehyung lenyap begitu ia melihat Yoona turun dari sebuah sedan mewah sambil digamit oleh seorang pria berusia tiga puluh tahunan lebih. Untuk sesaat, Taehyung merasa seperti baru saja ditabrak oleh sebuah kereta api. Hatinya sakit bukan main.

Yoona hanya berada tiga atau empat meter dari tempatnya berdiri, namun gadis itu terasa begitu jauh.

Betapa bodohnya ia, Taehyung mengutuki dirinya sendiri. Berulang kali Yoona memperingatkannya bahwa dia sudah memiliki seorang pacar, namun Taehyung tak pernah jua mau percaya. Kini, dengan mata kepalanya sendiri ia melihat bahwa kekasih yang dirindukannya itu tengah berpegangan tangan bersama lelaki lain. Rasa perih di dalam hatinya ini tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Taehyung baru saja mau menyingkir dari sana saat kedua mata Yoona tak sengaja bertemu dengan tatapan matanya. Yoona terkejut setengah mati, tubuhnya serasa disiram air es. Ia tak percaya Taehyung ada di sana. Betapa berbedanya sosok lelaki itu kini. Taehyung memang masih setampan dahulu ketika Yoona pertama kali melihatnya, namun sorot matanya telah berubah. Kedua mata itu tidak lagi diisi oleh tawa dan kegembiraan. Kini kedua bola mata Taehyung hanya berisikan duka dan penderitaan.

Begitu sakitkah engkau melihatku seperti ini, Taehyung ssi? Yoona berbisik dalam hati.

Jaehee menoleh pada Taehyung setelah mendapati Yoona berdiri tak bergerak bagaikan sebuah patung es.

Jaehee menegur, "bukankah kau lelaki yang bertingkah seperti anjing peliharaan itu? Yang selalu mengikuti Yoona ke manapun dia pergi?"

Yoona spontan menoleh Jaehee dengan kaget.

Tak ada pilihan lain bagi Taehyung selain memaksakan sebuah senyum palsu. "Ya, itulah aku."

"Apa yang dilakukan oleh seekor anjing sepertimu di sini?" Jaehee menoleh sekeliling seolah-olah mengisyaratkan bahwa Taehyung tidak pantas berada di sana.

Walaupun ia dihina-dinakan oleh Jaehee, Taehyung masih tetap tersenyum. "Aku hanya ingin melihat Yoona----" ia berkata kecut. "-----dan aku ingin melihat wajah pacar Yoona. Aku ingin tahu lelaki seperti apa yang dia cintai." Oh Tuhan, ternyata lelaki yang menjadi pacar Yoona adalah Kwon Jaehee, pemilik XX Club, lelaki yang sangat berkuasa. Mana bisa pemuda miskin seperti dirinya ini bersaing dengan lelaki kaya raya seperti Kwon Jaehee? Taehyung menggigit bibir.

Jaehee tertawa pongah. "Akulah pacar Yoona. Kau mau apa denganku?"

"Kau sangat beruntung. Kuharap kau akan selalu mengingat hal itu." Taehyung berusaha keras untuk tidak memandang Yoona atau hatinya yang sudah terlanjur retak itu akan semakin hancur lebur. Namun betapa sulitnya untuk tidak menoleh pada gadis itu. "Kumohon jagalah Yoona baik-baik."

Taehyung berbalik untuk melangkah pergi. Ia sadar tak seharusnya ia datang dan berada di sana. Kepalanya terasa berat dan hatinya sudah tak keruan lagi bentuknya. Bukankah Yoona sudah memperingatkannya berkali-kali bahwa ia hanya akan menderita pada akhirnya jika terus-terusan mengharapkan cintanya? Namun dahulu Taehyung mengira hatinya cukup kuat untuk dipatahkan begitu saja. Betapa salahnya ia. Akhirnya Taehyung paham bahwa sepotong hati yang tertanam di dalam tubuhnya ini ternyata sama rapuhnya seperti bunga dandelion. Sekali tiup saja, hatinya sudah hancur berhamburan tak tentu arah.

"Aigoo, kau pasti berpikir kalau kau sangat gagah mengatakan itu semua padaku." Jaehee menyeringai dingin. "Tapi kau tak lebih dari seekor anjing yang menyedihkan."
 
"Jaehee!" Yoona berseru gusar pada Kwon Jaehee.

Tapi Jaehee berlagak tuli. Diteruskannya caciannya pada Taehyung. "Yoona berulang kali bercerita padaku tentang kau. Dia bilang dia tak suka padamu, dia membencimu. Sangat membencimu. Benar kan, sayang?" Ia menoleh Yoona dan kembali memandang Taehyung. "Semua yang kau lakukan sia-sia belaka. Yoona takkan pernah jatuh hati pada pecundang sepertimu selama dia memiliki seseorang seperti diriku."
  
Taehyung menggertakkan gigi geliginya. Ia memutar tubuh dan menatap Jaehee tajam bagaikan seekor serigala yang terluka. "Aku tak pernah berpikir kalau mencintai seseorang adalah sebuah kesia-siaan. Bertemu dan mengenal Yoona adalah hal terbaik yang pernah terjadi dalam hidupku. Yoona membuatku ingin menjadi manusia yang lebih baik lagi. Yoona membuat hidupku yang tak seberapa berharga ini menjadi lebih berarti...."

Dan bukan hanya Taehyung saja yang terluka. Yoona juga. Hati gadis cantik itu bagai dicabik-cabik hingga menjadi ribuan serpihan mendengar suara Taehyung. Tubuhnya bergetar.

Taehyung tak mampu lagi untuk tidak menatap Yoona. Ia memandang pada pujaan hatinya dengan penuh rasa rindu. Wanita itu tampak begitu rapuh. Kebisuan Yoona merupakan duka mendalam baginya. "Dan meskipun aku tahu aku tak ada artinya bagi Yoona, meskipun aku tahu Yoona tak mencintaiku, tapi melihat dia berbahagia dengan orang yang dicintainya, sudahlah cukup bagiku...." Oh, betapa mudahnya berpura-pura tegar. Taehyung menghela nafas.

Airmata berkumpul di pelupuk mata Yoona mendengar pengakuan cinta Taehyung untuknya barusan. Namun ia menahannya. Yoona memalingkan wajah agar Taehyung tidak sempat membaca air mukanya. Biarlah lelaki itu pergi dengan membawa sakit hati. Biarlah Taehyung tak pernah mengetahui apa yang dirasakan oleh dirinya. Biarlah lelaki yang telah memberikan warna terang pada hidupnya yang gelap ini pergi dan tak pernah kembali lagi.

Tetapi Taehyung terlanjur melihat apa yang Yoona coba untuk sembunyikan. Ia pun tertegun.

"Wow, pidatomu benar-benar mengharukan..." Jaehee bertepuk tangan sinis. "Kemarilah. Biar kuberi kau ganjaran atas kata-kata indahmu itu."

 Taehyung menoleh Jaehee dengan bingung.
 
"Kau ini anggota Bangtan Boys, bukan?" Jaehee tersenyum sadis. "Kau dan rekan-rekanmu sudah mengacau di kelab malam milikku dua kali. Sekarang saatnya aku membuatmu membayar semuanya."

"Kau berhutang 10 milyar won pada Tuan Bang. Kami hanya melaksanakan tugas menagih padamu."

Jaehee mendengus dingin. "Urusan kelab malam boleh aku lupakan, tapi apa kau tahu apa yang paling kubenci? Aku sangat benci jika ada seseorang yang menyentuh barang milikku. Kukatakan pada Yoona bahwa aku tak tahu apa yang sanggup kulakukan jika aku sampai melihatmu. Tapi sekarang aku sudah tahu." Jaehee menjentikkan jari-jarinya. "Beri bajingan ini pelajaran yang tak akan pernah dia lupakan."

Empat orang yang berprofesi sebagai centeng klub secepat kilat mengerubungi Taehyung.

Yoona menoleh Jaehee dengan air muka dipenuhi rasa ngeri dan ketakutan. "Jaehee, apa yang akan kau lakukan pada Taehyung?"

Jaehee benci melihat rasa jeri dan khawatir yang diperlihatkan oleh Yoona untuk Taehyung. "Aku akan membuatnya menyesali cintanya untukmu."[]

================================

TEARS: Drawing Our Moments | Vyoon FanficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang