Salah satu anak buah Kwon Jaehee datang menemui bosnya di ruang kerja.
Jaehee mengangkat kepala dan memandang lelaki itu. Ia menunggu hingga anak buahnya memberinya laporan yang memang ingin ia dengar.
"Yoona ssi lagi-lagi sedang menemui lelaki itu." Si anak buah menyerahkan ponsel pintar miliknya untuk dilihat oleh sang bos.
Kwon Jaehee mengetuk dan menggeser layar ponsel demi melihat gambar apa yang direkam di sana. Rupanya itu semua adalah foto-foto Yoona bersama Taehyung. Jaehee berhenti dan menatapi sebuah gambar yang memperlihatkan Taehyung dan Yoona tengah berciuman mesra.
Jaehee menyender pada punggung kursi. Selama beberapa detik ia kelihatan merenungi sesuatu. "Hmmm, akan kubuat Yoona menyadari kesalahannya."
"PRAAAANG!!!"Ia melempar telepon genggam milik anak buahnya itu ke atas tembok hingga hancur berantakan.
………………………………………………................................
"Matikan mesinnya." Jaehee memerintahkan anak buahnya sambil menatap dingin seorang gadis yang tengah tertidur di atas ranjang.
Anak buahnya mengangguk patuh.
"Ahjussi, Anda tak boleh berada di dalam sini-----" seorang suster perawat menghampiri untuk memberitahu Jaehee bahwa sekarang bukanlah jam berkunjung. Ia terkejut ketika anak buah Jaehee mencoba untuk menarik kabel mesin ventilator di kamar ICU tempat Seohyun berada. "----apa yang Anda lakukan? Anda tak boleh mencabut kabelnya!" Suster itu berseru.
Anak buah Jaehee yang lainnya menghalangi si suster dan membekap mulutnya. Jaehee menoleh pada wanita muda tersebut. "Anak buahku tak boleh mematikan mesin itu? Apa harus kupanggil dokter dan menyuruhnya untuk mematikannya sendiri? Tak ada bedanya bagiku."
"KWON JAEHEE, APA YANG KAU PERBUAT?" Taeyeon berseru dari ambang pintu. Ia baru saja tiba untuk melihat keadaan Seohyun di rumah sakit. Ia berlari ke dalam kamar dan menarik anak buah Jaehee yang hampir saja mencabut kabel mesin ventilator Seohyun. "Kau tak boleh melakukannya! Seohyun bisa mati!"
Si anak buah menepis tangan Taeyeon.
"Kwon Jaehee!" Taeyeon berpaling pada Jaehee. "Kau tak berniat untuk membunuh Seohyun, bukan?"
"Memang apa peduliku jika dia mati? Kalian tahu aturannya: Yoona tinggal bersamaku, Seohyun boleh tetap hidup."
Taeyeon merasa seolah-olah tengah berhadap-hadapan dengan malaikat maut.
Jaehee mendengus. "Yoona sudah mengkhianatiku. Apa gunanya aku membiarkan Seohyun tetap hidup?"
"Jangan lakukan ini. Kumohon. Yoona sudah berkorban terlalu banyak untukmu----"
"-----Salah!" Jaehee membentak Taeyeon. "Yoona tidak berkorban apapun untukku! Dia mengorbankan hidupnya demi kau dan teman kalian yang tak berguna ini!"
Jantung Taeyeon berhenti berdenyut selama beberapa detik mendengar apa yang dikatakan oleh Jaehee.
"Kita sama-sama tahu kalau Yoona tidaklah mencintaiku. Dia hanya menginginkan uangku. Kalian semua cuma menginginkan uangku saja!"
Meskipun ia sama sekali tidak sedang berlari, nafas Taeyeon memburu sangat cepat. Ia paham apa yang selama ini Yoona lakukan demi Seohyun dan dirinya. Taeyeon tahu Jaehee telah memperkosa Yoona berulang-ulang kali, mempermalukannya di depan umum, menganiaya fisik dan batinnya, serta memperlakukan Yoona bagaikan seonggok keset untuk membersihkan kotoran di alas sepatunya. Namun, Taeyeon tak pernah bisa melakukan apapun untuk menyelamatkan Yoona. Ia hanya bisa menutup mata, berpura-pura tak ada apapun yang terjadi. Taeyeon tak pernah memiliki nyali untuk membela Yoona dan menghentikan semua malapetaka menimpa saudari angkatnya itu.
Lima tahun lalu, Kwon Jaehee memperdayai Yoona sehingga gadis itu dengan lugunya menandatangani sebuah dokumen utang-piutang. Jaehee meminjami Yoona uang untuk membayar biaya perawatan Seohyun di rumah sakit. Selama Yoona belum mampu membayar semua hutang-hutangnya, gadis itu diharuskan bekerja di salah satu kelab malam milik Jaehee. Taeyeon juga dipekerjakan di tempat yang sama. Mereka berdua bekerja sebagai pelayan kelab, sesekali mereka turut menyanyi demi menghibur para pengunjung di sana.
Namun semua itu hanyalah tipu muslihat Kwon Jaehee yang jahat. Ketika hutang-hutang Yoona semakin membengkak dan mustahil bagi mereka berdua untuk melunasinya tepat waktu, Jaehee memaksa Yoona untuk menjadi boneka miliknya. Ya, Yoona memang tak lebih dari sebuah boneka bagi Kwon Jaehee. Lelaki itu sama sekali tidak mencintai Yoona. Dia hanya senang menyiksa serta mempermalukan gadis itu demi kepuasaan batinnya semata. Ketika Taeyeon menyadari petaka apa yang telah menimpa saudarinya, semuanya sudah terlambat.
"Aku sudah terlanjur rusak... Kini biarkan aku melakukan apa yang kubisa demi Seohyun, sampai dia bangun dari tidur panjangnya." Ujar Yoona pada Taeyeon dengan pandangan kosong. "Apapun yang kau dengar atau lihat, berpalinglah sejauh mungkin, jangan pernah kau anggap nyata. Ini semua hanyalah sebuah mimpi buruk saja. Kwon Jaehee tak mungkin dapat menyakitiku melebihi apa yang sudah dia lakukan. Aku akan baik-baik saja...."
Dan sejak saat itu Taeyeon-pun selalu memalingkan wajahnya sejauh mungkin. Ia membenci Jaehee hingga ke tulang sum-sumnya. Seringkali ia berharap memiliki sebuah keberanian untuk membunuh bajingan itu dan melepaskan Yoona dari penderitaannya....
"Kumohon padamu, jangan matikan mesin-mesin yang menyambung nyawa Seohyun...." Taeyeon menelan ludah, tenggorokannya terasa panas dan kering seperti pasir di Gurun Sahara. "Dan biarkan Yoona pergi...."
"Huh," Jaehee mendengus keheranan, "kenapa aku harus mendengarkan permintaanmu? Aku bukan Sinterklas."
"Aku akan... Aku akan membayar hutang-hutang Yoona padamu...." Taeyeon mencengkeram jari-jari tangannya yang kurus.
"Hahahahaha!" Jaehee tertawa terbahak-bahak. "Bagaimana kau akan membayar hutang-hutang Yoona, Taeyeon ssi? Apa kau tahu berapa banyak uang yang sudah kuhambur-hamburkan untuk Yoona? Milyaran! Milyaran won, tahu!"
Taeyeon tahu dirinya tak mungkin bisa mengumpulkan milyaran won untuk melunasi hutang-hutang mereka pada iblis rentenir itu. Rasanya ia hampir mati dalam keputus-asaan.
"Aku rela melakukan apa saja. Apa saja yang kau inginkan." Itu adalah kata-kata tersulit yang pernah Taeyeon ucapkan. Tapi kalau Yoona bisa melakukannya, ia pun pasti sanggup melakukannya.
Jaehee memandang Taeyeon. Ia sebenarnya cukup menikmati wajah cantik Taeyeon. Wanita itu jauh lebih garang daripada Yoona. Ada sesuatu dalam diri Taeyeon yang membuatnya teringat akan gambar seekor singa betina. Ekspresi dinginnya. Wajah angkuhnya. Dan juga perlawanan sengitnya. Taeyeon bagaikan sebuah batu karang yang tetap berdiri kokoh meski dihantam beribu ombak. Gadis itu bisa menjadi sebuah mainan yang menarik. Jaehee berpikir. Ia bisa memanfaatkan Taeyeon dan bersenang-senang dengannya untuk menukar apa yang telah Yoona lakukan padanya.
"Apapun, katamu?" Jaehee menyeringai buas.
Jauh dari pandangan Taeyeon, diam-diam seorang lelaki muda menyaksikan semuanya dari luar ruang ICU.[]
================================
KAMU SEDANG MEMBACA
TEARS: Drawing Our Moments | Vyoon Fanfic
FanfictionCinta tidak pernah salah. Taehyung mengira cintanya akan membuat Yoona bahagia, tapi ia keliru. Cintanya malah menjungkir-balikkan dunia mereka. Apa jadinya kalau seorang suruhan mafia jatuh cinta pada seorang gadis yang tidak memiliki apa-apa? Itul...