"Apa yang kau inginkan, Taehyung ssi?" Tuan Bang menatap bekas anak angkatnya dengan acuh tak acuh. "Bukankah kau sudah tak mau bekerja untukku lagi?"
Taehyung menelan ludah. "Saya butuh uang."
Tuan Bang mendengus. "Itu bukan berita baru. Semua orang butuh uang." Pria gemuk itu memutar kursi kerjanya. "Begitulah cara kerja dunia."
"Saya benar-benar membutuhkan uang sekarang." Taehyung tak mengacuhkan sindiran Tuan Bang.
"Berapa banyak yang kau perlukan?" Tanya Bang Sihyuk beberapa saat kemudian.
"Lima milyar won."
Tuan Bang memandang Taehyung seolah-olah pemuda itu baru saja mencandainya. Ia tertawa dengan sangat keras. "Lima milyar won? Memangnya aku kau anggap apa? Bank dunia?"
"Saya bersedia melakukan apa saja..." Taehyung mendecah. Ia belum pernah memohon-mohon dengan putus asa seperti ini sebelumnya. Jika bukan karena Yoona, tidak nanti Taehyung akan meratap seperti ini.
"Dengarkan aku, Taehyungie. Uang tidak tumbuh di atas pohon. Aku tak punya lima milyar won. Dan andai kata aku punya pun, untuk apa kuberikan padamu?"
Taehyung menggigit bibir dengan gelisah. "Saya sungguh sangat membutuhkan uang itu. Saya bersedia melakukan pekerjaan kotor apa saja. Bahkan jika saya harus menukar jiwa saya sekalipun, saya tidak akan menolak...."
Tuan Bang berdiri dari atas kursi kerjanya yang sangat nyaman. Ia berjalan menuju jendela di ruang kerjanya dan terdiam. Akhirnya ia menoleh Taehyung dan bertanya, "untuk apa kau butuh uang sebanyak itu? Lima milyar won bukanlah uang yang sedikit, bahkan untuk orang sepertiku."
Taehyung mengerjapkan mata demi mengusir bayangan Yoona yang melintas di benaknya, "saya butuh uang itu untuk membeli sebuah kebebasan...."
"Kebebasan?" Bang Sihyuk mengerutkan dahi. "Hmm... Jungkook pernah bercerita padaku kalau kau jatuh cinta dengan seorang gadis dari XX Club... Apakah uang ini untuk gadis itu?"
Taehyung tak merasa perlu menjawab.
Tuan Bang menarik nafas dalam-dalam. "Aku sudah mengenalmu sejak kau masih kanak-kanak, Taehyungie. Kau sudah kuanggap sebagai anakku sendiri, jadi biarlah kuberi kau satu nasihat."
Sudah bertahun-tahun Tuan Bang tak pernah memanggilnya dengan sebutan 'Taehyungie'. Inilah pertama kalinya lelaki itu memanggilnya dengan nama kecilnya kembali.
"Jangan kau coba membeli hati wanita dengan uang. Seorang wanita yang pantas dihargai lima milyar won sama sekali tidak pantas mendapatkan cinta tulus seorang pria."
"Saya tidak memerlukan nasihat Anda saat ini. Yang saya perlukan hanyalah uang lima milyar won."
Bang Sihyuk tersenyum tipis. Ia menyadari bahwa Taehyung sudah berubah. "Aku bisa membantumu mendapatkan lima milyar won, tetapi kau mesti melakukan sesuatu untukku. Apa kau sanggup?"
"Saya sanggup melakukan pekerjaan apa saja. Ke ujung neraka sekalipun akan saya kejar pekerjaan itu." Taehyung menelan umpan dari Tuan Bang mentah-mentah.
Tuan Bang mendekati bekas bawahannya dan menepuk-nepuk pundak pemuda itu tanpa kehangatan sama sekali. "Tapi jika kau sampai tertangkap oleh pihak berwajib, aku akan membantah semua keterlibatanku denganmu. Tak ada yang akan menolongmu, Taehyung ssi. Kau akan berjalan seorang diri."
Taehyung menatap Bang Sihyuk dengan dingin. "Saya mengerti."
……………………………………………..................................
Pekerjaan yang diberikan oleh Tuan Bang padanya adalah penyelundupan obat-obat terlarang. Taehyung mesti membawa barang haram tersebut ke semua klien Tuan Bang di seluruh Korea Selatan. Ini adalah tugas yang sangat berbahaya, jika ia sampai tertangkap oleh polisi, Taehyung pasti akan dihukum mati tanpa ampun. Tapi bukan itu bagian paling menyeramkan dari pekerjaan yang harus dilakoni oleh Taehyung ini.
Sebagai kurir narkoba, Taehyung tak bisa seenaknya menenteng-nenteng barang haram di dalam tas ataupun bajunya. Paket narkoba itu mesti disegel dan disembunyikan di dalam tubuh Taehyung sendiri. Entah sudah berapa belas kali perut Taehyung dibedah dan dijahit demi menyembunyikan paket-paket narkotika untuk diantarkan ke seluruh penjuru Korea. Taehyung benar-benar mempertaruhkan nyawanya demi mengumpulkan uang yang diminta oleh Yoona, tetapi Taehyung merasa semuanya sebanding. Cepat atau lambat Yoona akan melihatnya mati....
Begitu mendengar tugas mengerikan yang kini dilakukan oleh hyung-nya, Jungkook segera mencari-cari kakak angkatnya itu.
"Jangan lakukan lagi, hyung." Ia hampir menangis melihat Taehyung berjalan tertatih-tatih menuju kamar yang disewanya di daerah Yangcheon.
"Aku butuh uang dan pekerjaan ini memberiku bayaran yang setimpal." Tubuh Taehyung bergetar dan ia hampir tak bisa memasukkan anak kunci ke lubang pintu. Lambungnya baru saja dijahit setelah mereka mengeluarkan paketan narkoba yang dibawanya dari Ulsan. Darah masih merembes dari balik perban yang membebat perutnya.
"Hyung!" Jungkook berseru ketika Taehyung roboh. Ia spontan menahan tubuh hyungnya agar tidak ambruk ke atas lantai.
"Kook, semua uangku kutaruh di bank. Buku rekeningnya ada di dalam kamarku." Taehyung merasa ajalnya sudah akan tiba. Ia tak sanggup lagi menahan rasa sakit. Luka jahitan yang lama belum juga mengering, tapi sudah harus ditimpa dengan luka jahitan yang baru. "Aku belum berhasil mengumpulkan lima milyar won, tapi berikan semua yang kumiliki pada Yoona... Sekedar ongkos untuknya agar sudi datang melayat jasadku nanti..."
"HYUNG!!!"
Tubuh Taehyung sudah mencapai batas. Ia akhirnya menyerah juga. Lelaki malang itu pun roboh dalam pelukan saudara angkatnya.[]
================================
。:゚(;´∩';)゚:。
Hai, dengan Kodok Ijo di sini (╥﹏╥)/
Tadinya bab ini mau saya upload besok malam, tapi saya pikir sekalian saja sekarang.... Hiks hiks hiks
Sampai jumpa besok, semoga kalian semua tetap sehat selalu. Amin.
Wassalam,
Si Kodok Ijo Yang Sedang Berduka Atas Nasib Taehyung di ff ini
KAMU SEDANG MEMBACA
TEARS: Drawing Our Moments | Vyoon Fanfic
FanfictionCinta tidak pernah salah. Taehyung mengira cintanya akan membuat Yoona bahagia, tapi ia keliru. Cintanya malah menjungkir-balikkan dunia mereka. Apa jadinya kalau seorang suruhan mafia jatuh cinta pada seorang gadis yang tidak memiliki apa-apa? Itul...