Chapter One.
"Huang Renjun! Kau sudah gila ya?"
Renjun memutar bola matanya malas ketika seorang lelaki berambut cokelat datang ke arah mejanya, menggebrak meja tersebut dan menatap si mungil dengan tatapan kasihan. Entah apa yang sedang dipikirkan orang itu Renjun juga tidak mengerti. Lagipula dia tidak gila, masih waras walaupun hanya beberapa persen.
"Ada apa, Hyuck?"
Donghyuck mendesah pelan, "kau ikut permainan itu? Menjadi mafia? Huang Renjun otakmu dimana?"
Memang apa salahnya sih bermain permainan bodoh itu sekali saja? Tidak ada ruginya bukan? Toh, tadi saat pemuda Huang itu membaca mading hadiahnya juga lumayan, dua tiket berlibur ke Yunani. Walaupun tanpa mendapatkan hadiah Renjun pun bisa berangkat, tapi tidak salah juga bukan dia mencoba mendapatkannya dengan memenangkan 'hadiah'?
Lagipula, untuk apa Donghyuck sampai sebegitu khawatir kalau ia telah mendaftarkan dirinya kemarin lusa untuk itu permainan itu?
"Hyuck, kau tahu petak umpet 'kan? Kita akan bermain permainan itu, kau tidak perlu mengkhawatirkanku." Tenang Renjun dengan suara lembut.
Donghyuck menggeleng lemah, matanya mulai berair. Dengan suara yang bergetar, ia berucap. "Renjun, ku beritahu. Saat permainan mulai, aku memintamu untuk meninggalkan gedung sekolah. Pulanglah dengan hati-hati sampai rumah. Mereka tidak akan menangkapmu."
"Apa yang sebenarnya kau takutkan? Toh aku akan baik-baik saja 'kan?"
Donghyuck menggeram frustasi, ia mengacak rambutnya beberapa kali. "Persetan dengan semuanya tapi tolong turuti permintaanku, ya? Kalian sebagai mafia akan diberi waktu untuk bersembunyi. Gunakan waktu itu untuk meninggalkan sekolah. Kau akan aman."
"Akan aku pikirkan." Jawab sahabatnya enteng.
Kini lelaki berkulit tan itu tidak memiliki energi untuk kembali menasehati sahabatnya. Ia kalut, khawatir jika akan terjadi sesuatu saat permainan itu berjalan. Tapi nampaknya si mungil tidak ambil pusing, ia tidak mengindahkan perkataan sahabatnya. Lagipula ia tidak tahu apa yang akan terjadi juga.
Sebelum beranjak dari tempat si Huang, Donghyuck meremas kencang bahu sempit sahabatnya, "kau tidak akan mengerti betapa bahayanya malam itu, Huang Renjun."
Renjun meringis, memegang pundaknya yang terasa nyeri sembari memutar kembali perkataan sahabatnya itu. Ia mengingat perkataan orang lain, orang kaya itu tidak biasa. Iya, dia tahu itu. Tapi permainan ini sudah biasa, peraturannya pun ia sudah tahu. Rasa-rasanya ia risih ketika Donghyuck terlalu berlebihan menasihatinya hingga anak itu menangis.
Entahlah, yang Renjun harus lakukan sekarang adalah mencari teman mafianya. Memang sih nama teman mafianya sudah tertera di mading, tapi Neo International School itu cukup besar. Satu nama akan sulit dicari dari atas sampai bawah gedung plus basement. Siapa orang yang mau lelah-lelah naik-turun lift hanya untuk mencari satu orang? Jawabannya tidak ada. Renjun akan mencoba untuk mencari lelaki itu lewat pengeras suara sekolah saat jam pulang sekolah nanti.
"Na. . Jae. . Min. . " gumamnya sembari menuliskan nama tersebut pada buku notes kecilnya.
—
Sudah kubilang Neo International School itu sangat luas walaupun hanya terdiri dari tujuh lantai. Namun bagi seorang Na Jaemin, tidak sulit untuk menemukan satu orang siswa berambut mullet dengan tubuh mungil. Dia terkekeh pelan, entah apa yang ada dipikiran lelaki bernama Huang Renjun itu ketika mengisi form pendaftaran di laman sekolah. Bisa-bisanya dia mendaftarkan dirinya menuju neraka dengan lebih cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA ⋆ JaemRen。
Fanfiction❝ Hold your breath or we will die. ❞ tw // cw ; mention of death, blood, abuse, fight, scars, mention of sexual activity and kissing. ✧༚ 𝐉𝐀𝐄𝐌𝐑𝐄𝐍 ✧༚ 𝐁𝐱𝐁 ✧༚ 𝐁𝐚𝐡𝐚𝐬𝐚; 𝐅𝐚𝐧𝐟𝐢𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 ✧༚ 𝐌𝐚𝐭𝐮𝐫𝐞 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐞𝐧𝐭 C O M P L E T E