Painful Truth.

7.6K 1.3K 209
                                    

Chapter Twelve.

     Hari ini Renjun memerintahkan supir di rumahnya untuk membawakannya laptop. Tepat pukul delapan pagi ia menerima laptop tersebut dan langsung mengotak-atik isi dari memory card yang Yiren berikan kepadanya.

     Setelah memasukkan kartu itu ke dalam laptopnya, kini Renjun berdoa, berharap kalau Jaemin akan mengunjunginya sekarang juga karena semoga saja isi dari kartu itu adalah jawaban dari pertanyaannya selama ini.

     Ketika sudah memastikan bahwa memory card itu telah masuk dengan sempurna, Renjun dihadapkan dengan beberapa file berformat video dan foto di dalamnya. Ia menghela nafas sejenak kemudian mulai membuka satu file pertama.

     Disana menunjukkan sebuah video yang di ambil dari semak-semak tempat Yiren bersembunyi. Videonya juga tidak fokus, Renjun berpikir mungkin gadis itu ketakutan.

     Ketika Yiren mencoba untuk memfokuskan kameranya, Renjun sadar itu adalah Jisung. Matanya membelalak, tangannya tiba-tiba bergetar tak karuan. Di sana Jisung tengah dipukul oleh salah satu pria sementara ada pria lain yang hanya melihat mereka berdua tanpa hendak memisahkan. Kejadian selanjutnya yang membuat Renjun benar-benar kaget adalah lelaki itu menghunuskan sebuah pisau ke arah perut adik sepupunya.

     "Bedebah. ."

     Setelah kejadian itu berlalu. Seorang laki-laki tertawa. Ia membuka tudung hoodienya kemudian memanggil Yiren yang ketahuan bersembunyi di balik semak-semak.

     Tubuh Renjun melemas seketika melihat siapa orang itu. Kepalanya pening tiba-tiba.

Hidup Jaemin itu tidak pernah semudah itu. Seumur hidupnya ia baru pertama kali merasakan penyesalan yang begitu dalam hingga sanggup membuat berat badannya turun. Siyeon adalah salah satu penyesalannya, yang kedua adalah Renjun. Ia tidak ingin kehilangan orang yang ia sayangi untuk kedua kalinya. Amat sangat tidak ingin.

Kini matanya melirik tajam ke arah seorang wanita berambut pendek yang sedang menyesap tehnya. Tangan Jaemin mengepal hingga memerah, ingin sekali ia melayangkan satu pukulan kepada wanita itu. Tapi ia sadar, seharusnya ia tidak terpancing emosi seperti ini. Wanita itu pasti akan senang.

"Kau ketuanya tapi malah menghancurkan rencana yang sudah kita buat matang-matang." Ujar gadis itu sembari menghela nafas panjang.

"Ryujin, aku tidak pernah serius mengatakan bahwa menginginkan hadiah dari lelaki tua itu. Kau yang memprovokasiku."

Wanita itu menoleh dengan tatapan sinisnya. "Sekarang kau malah menyalahkanku? Lucu sekali."

Satu laki-laki lain bername tag Mark Lee ikut tertawa pelan. "Kau yang membuat rencana, kau juga yang mundur. Lebih baik aku membunuhmu lebih dulu saja. Tidak becus."

Jaemin menggertakkan giginya, ia melangkah mendekati lelaki bermarga Lee itu kemudian memberinya satu tinjuan di pipi.

Mark mengencangkan tawanya sembari memegangi rahangnya dengan sempoyongan. "Kau menyukainya 'kan?"

"Jaemin, besok aku akan datang dan langsung membunuhnya. Kalau perlu dihadapanmu." Ryujin bangkit kemudian menatap Jaemin nyalang. "Aku mohon, jangan membuat kami makin susah, sama saja percuma membunuh semua orang yang telah menghalangi kita untuk semakin dekat dengan hadiah."

Jaemin terkekeh sini, ia menarik kerah seragam Ryujin kemudian menatapnya tajam. Ryujin yang diperlakukan begitu mencoba memberontak menjauhkan tangan Jaemin dari seragam sekolahnya.

MAFIA ⋆ JaemRen。Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang