Chapter Two.
Delapan jam lagi menuju pesta tahunan sekolah yang rasanya bagaikan neraka untuk Jaemin. Dia merelakan waktu istirahatnya hanya untuk membereskan segala keperluan untuk besok malam. Tidak terlalu berlebihan namun sangat aman untuk melindunginya. Ia meletakkan satu pisau yang dilapisi oleh kain berwarna biru di saku blazernya.
Seringaiannya melebar, ia merapihkan simpul dasinya lalu berjalan menuju ballroom untuk mendengarkan peraturan permainan dan larangan selama bermain. Entah mengapa perasaannya sedang baik hari ini, ia benar-benar semangat memainkan permainan bodoh ini. Ia juga dapat melihat seorang lelaki bertubuh mungil berjalan kesana-kemari seakan mencari sesuatu.
Ketika lelaki kecil itu melambaikan tangan ke arahnya, Jaemin paham kalau lelaki itu hendak mencarinya. Ia pun mendekati si pemuda Huang, menepuk bahunya agak kasar. "Kita tidak tahu kapan malaikat maut berdiri di hadapan kita, Huang Renjun. Tolong jaga dirimu baik-baik."
Renjun lagi-lagi tidak begitu paham dengan perkataan lelaki yang lebih tinggi. Ia sedikit tidak peduli namun tetap tersenyum manis, "jaga dirimu baik-baik juga, Na Jaemin. Jangan sampai tertangkap!"
Melihat senyuman manis itu, sebuah ide nakal terbesit di otak Jaemin. Hanya sebuah ide sederhana nan klise yang biasa diucapkan oleh lelaki yang suka main sana-sini. "Kalau aku menjagamu lalu kita menang, maukah kau tidur denganku?"
Renjun terdiam sejenak, ia menatap wajah Jaemin terkejut lalu terkekeh pelan. "Hanya itu?"
Melihat pria kecil di hadapannya seakan meremehkan dirinya, Jaemin maju selangkah. Mengangkat dagu runcing itu dengan telunjuknya lalu menyeringai. "Akan aku pikirkan selebihnya."
"Lagipula ini hanya permainan gampang, sembunyi lalu tangkap." Celoteh Renjun sembari menepis tangan Jaemin kasar.
Yang paling muda menggelengkan kepalanya heran, "gampang? Jika kau tertangkap kau akan dibunuh di tempat, tuan Huang."
"M—maksudmu. . ?"
"Kau akan dibunuh, dengan pistol, pisau maupun anak panah jika tertangkap. Tau 'kan kalau orang kaya itu tidak suka yang 'biasa'?"
Saat itulah Renjun menyesali semua keputusannya untuk mengikuti permainan bodoh ini.
—
"Peraturan pertama khusus untuk dua mafia kita; Na Jaemin dan Huang Renjun. Dilarang membawa senjata tajam, tugas kalian hanya bersembunyi dan mengeliminasi 150 siswa setiap sejam sekali." Wanita tinggi itu kembali membaca setelah membalik halaman, "kalian boleh pergi keluar sekolah, tentu saja secara diam-diam. Kalau tidak kalian tau sendiri resikonya, kalian akan mati. Hadiah jika kalian 'menangkap' satu dari dua mafia, saya, Wang Yireon akan memberikan pulau milik saya yang ada di Filipina."
Mendengar perkataan gadis keturunan tionghoa itu, seluruh murid bertepuk tangan kencang. Hadiahnya benar tidak main-main. Wang Yireon, salah satu putri keluarga Wang yang senang bermain saham dengan rapih menghadiahkan pulau.
"Untuk kedua mafia jika kalian memenangkan permainan ini, dua tiket berlibur ke Yunani. Semua biaya akan aku tanggung, termasuk biaya belanja." Lanjut gadis itu.
Renjun tersenyum lebar, ia menatap Jaemin senang lalu menepuk pelan lengan lelaki tinggi itu.
Tanpa Renjun sadar, wajah Jaemin tiba-tiba memerah, menandakan kalau lelaki itu sedikit malu. Apalagi sedari tadi Jaemin memerhatikan dirinya. Namun Renjun tidak sadar, ia lebih tertarik dengan hadiah ketimbang dengan Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA ⋆ JaemRen。
Fanfiction❝ Hold your breath or we will die. ❞ tw // cw ; mention of death, blood, abuse, fight, scars, mention of sexual activity and kissing. ✧༚ 𝐉𝐀𝐄𝐌𝐑𝐄𝐍 ✧༚ 𝐁𝐱𝐁 ✧༚ 𝐁𝐚𝐡𝐚𝐬𝐚; 𝐅𝐚𝐧𝐟𝐢𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 ✧༚ 𝐌𝐚𝐭𝐮𝐫𝐞 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐞𝐧𝐭 C O M P L E T E