Chapter Eleven.
Dalam tidurnya Renjun bermimpi. Kedua sahabatnya berada di hadapannya. Mereka memberi Renjun sebuah ponsel kemudian tertawa. Awalnya Renjun bingung, untuk apa mereka memberi ponsel. Ternyata itu bukan untuknya, melainkan Yangyang dan Donghyuck meminta Renjun untuk memotretnya. Selesai memotret, pemuda Huang itu tersenyum, memeriksa hasil jepretannya. Kemudian membuka galeri. Disana ia menemukan sebuah video aneh. Mau tidak mau Renjun menyetelnya.
Divideo itu terdapat seorang lelaki dengan hoodie hitam sedang menendang sebuah nampan berisi makanan ke arah Yangyang. Renjun terkejut. Tapi temannya itu tetap memakannya dengan lahap seperti orang gila.
Kemudian ia terbangun dari tidurnya. Kepalanya pening tapi ia masih dapat melihat seorang wanita duduk di sisi ranjangnya, memegang salah satu tangannya.
"Renjun!"
Renjun terdiam sebentar kemudian menghela nafas. "Kau. . Baik-baik saja?" Renjun bertanya dengan suara sesak.
Yang ditanya mengangguk. Wajahnya memelas. Renjun juga dapat melihat luka di bibir gadis itu. "Jaemin sedang kebawah sebentar."
Tentu saja, sudah pasti Jaemin tahu kalau sesuatu habis menimpanya. Renjun berpikir, apakah lelaki itu khawatir atau tidak. "Yiren—"
Yiren menggeleng, "Renjun. Terimakasih sudah menolongku."
"Tentu saja."
Wanita itu menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan kemudian memegang tangan si lelaki. "Renjun. Aku membelikanmu sekeranjang buah."
Pemuda Huang itu kembali tersenyum. "Terimakasih.
"Ah, satu lagi. ."
Renjun menatap wanita itu bingung. "Ya?"
"Yang kau lihat sekarang, tidak sebaik yang kau kira. Aku memberikanmu hadiah di dalam keranjang buah itu. Jaga dirimu baik-baik. Aku pergi."
—
Renjun menghela nafas panjang. Luka di bahunya baru saja mengering dan sekarang ayahnya menambahkan luka di wajah tampannya. Ia mengerang frustasi. Pasti lelaki tua itu salah paham. Ia hanya berusaha untuk menyelamatkan Yiren dari Xiao Jun yang berusaha untuk melecehkannya.
Mengingat kejadian itu, Renjun jadi bingung. Neo memiliki banyak lantai, otomatis memiliki banyak toilet khusus yang hanya boleh di gunakan untuk guru ataupun petinggi di Neo. Tapi ayahnya malah pergi ke toilet siswa kemudian memukulinya tanpa ampun. Ia sedikit kesal, terlebih kepada Yiren. Tapi Renjun tahu, semuanya akan sia-sia. Toh ayahnya menyukai ini.
Selain itu, ketika ia sedang berusaha untuk tetap sadar. Ayahnya tiba-tiba memaki dirinya juga seluruh murid Neo, tapi ia mendengar jelas bahwa makian itu dikhususkan untuk anak dari kepala yayasan. Yaitu, Na Jaemin.
Sudah pening, kini Renjun tambah pening. Ia memainkan botol jusnya kemudian menoleh ke arah Jaemin yang sedang bermain di ponselnya. Lelaki itu nampak serius, bibirnya sedikit maju. Kadang pula ia mengumpat jika sesuatu terjadi pada permainannya.
"Jaemin."
Yang dipanggil menoleh, ia langsung mematikan ponselnya kemudian menaruhnya di atas nakas. "Ada yang kau inginkan?"
Renjun berpikir sebentar kemudian tersenyum manis. "Cium aku."
Jaemin mencibir, tetapi lelaki itu tetap mendekat ke arahnya. Memberinya satu kecupan di bibir juga di kelopak mata. "Ada lagi yang kau inginkan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA ⋆ JaemRen。
Fanfiction❝ Hold your breath or we will die. ❞ tw // cw ; mention of death, blood, abuse, fight, scars, mention of sexual activity and kissing. ✧༚ 𝐉𝐀𝐄𝐌𝐑𝐄𝐍 ✧༚ 𝐁𝐱𝐁 ✧༚ 𝐁𝐚𝐡𝐚𝐬𝐚; 𝐅𝐚𝐧𝐟𝐢𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 ✧༚ 𝐌𝐚𝐭𝐮𝐫𝐞 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐞𝐧𝐭 C O M P L E T E