Chapter Sixteen.
Ini adalah hari ke-20 semenjak Renjun keluar dari rumah sakit dua hari yang lalu. Dokter mengatakan bahwa ia sudah boleh pulang. Sementara Jaemin akan pergi sekitar tiga hari lagi. Jadi di sinilah mereka, di sebuah restoran mewah, tertawa dan tersenyum satu sama lain. Beberapa kali Jaemin melontarkan candaan, begitupula dengan Renjun. Mereka berduapun tidak segan untuk membicarakan masa lalu yang mengerikan di Neo, sekedar untuk mengenang sekolah gila itu.
Rasanya hati Jaemin menghangat melihat Renjun tertawa cukup lebar. Wajahnya yang manis membuat jantungnya berdebar dengan cepat. Matanya yang menyipit membuat Jaemin mengukir senyum sumringah. Akhirnya mereka sampai ke titik ini. Titik dimana mereka akan bahagia hingga akhir.
Walaupun pertemuan mereka sedikit menyeramkan karena Jaemin berpikiran untuk menghabisi lelaki itu, tapi sekarang semuanya berubah. Ah, tidak sekarang. Bahkan sejak pertama kali Jaemin melihat lelaki bertubuh mungil itu perasaan ingin menghabisinya sirna. Begitu banyak hal menyedihkan yang sudah Renjun lalui. Seharusnya Jaemin bisa saja membunuh Renjun dihari mereka bermain mafia. Tetapi lelaki bermarga Na itu terus saja mengundur waktu. Ia yakin, semuanya pasti akan berakhir tanpa ia harus membunuh Renjun.
Jaemin bahagia bukan main. Renjun sudah menjadi miliknya. Senyum itu, kedua manik indah itu, tubuh itu, sekarang miliknya. Renjun pun tidak keberatan jikalau Jaemin benar-benar mengklaimnya. Karena pada akhirnya ia adalah milik Jaemin bagaimanapun.
Lelaki bermarga Na itu berdeham sebentar sebelum melirik ke arah Renjun. "Aku suka rambut barumu."
Yang di puji terkekeh kemudian tersenyum. "Terima kasih, Jaemin."
"Renjun, sekarang aku adalah pendosa, sama seperti ayahmu." Jaemin terkekeh pelan. Tangan besarnya mengelus kembut tangan yang lebih tua. "Tapi sepertinya aku telah menyelamatkan seorang raja di kehidupan sebelumnya."
Renjun tertawa pelan kemudian menatap Jaemin dengan senyuman manis. "Oh ya? Kenapa begitu?"
"Aku bisa bertemu denganmu, bahkan mengencanimu sekarang."
"Itu namanya takdir, Jaemin." Yang lebih tua berujar santai kemudian mengaitkan jarinya di sela-sela jari Jaemin. "Atau mungkin aku juga telah berbuat sebuah kebaikan di masa lalu sehingga bisa mengencanimu?"
Jaemin terkekeh pelan kemudian mengeratkan genggaman tangan mereka. "Kau manis sekali."
"Jaemin, kau seorang pendosa. Begitupun dengan aku. Walaupun begitu kau berhak mendapatkanku sebagai pasanganmu."
Yang lebih muda mengangguk. Salah satu tangannya meronggoh saku jasnya kemudian mengeluarkan sebuah kotak. Mendorongnya ke arah Renjun. "Pegang ini."
"J—Jaemin. ."
Pemuda Huang itu membelalakan matanya kaget ketika Jaemin membuka kotak beludru berwarna putih itu. Sebuah kalung dengan dua bulatan yang saling terikat menarik perhatian Renjun. Lelaki berambut cokelat itu menatap Jaemin dengan mata yang kini dipenuhi oleh air mata.
"Simpan ini. Ketika kita bertemu kembali nanti, aku akan memakaikannya di lehermu."
Renjun mengangguk semangat. Ia mengusap matanya yang berair dengan lengan kemeja. "Sial, aku makin jatuh untukmu."
Jaemin tertawa lepas kemudian mengacak-acak surai yang lebih tua. Lucu sekali baginya. Hidung lelaki mungil itu memerah, ditambah bibirnya yang mengerucut membuat Jaemin gemas.
"Katakan padaku, tempat apa lagi yang ingin kau kunjungi?" Tanya Jaemin sembari meminum air putih dari gelasnya.
"Ayo pergi ke akuarium lalu bermalam di hotel dekat Namsan!" Renjun berseru semangat dan Jaemin hanya mengangguk menyetujui pilihan destinasi kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA ⋆ JaemRen。
Fanfiction❝ Hold your breath or we will die. ❞ tw // cw ; mention of death, blood, abuse, fight, scars, mention of sexual activity and kissing. ✧༚ 𝐉𝐀𝐄𝐌𝐑𝐄𝐍 ✧༚ 𝐁𝐱𝐁 ✧༚ 𝐁𝐚𝐡𝐚𝐬𝐚; 𝐅𝐚𝐧𝐟𝐢𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 ✧༚ 𝐌𝐚𝐭𝐮𝐫𝐞 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐞𝐧𝐭 C O M P L E T E