Precious.

9.7K 1.5K 57
                                    

Chapter Seven.

     Paginya Renjun terbangun, ia tidak melihat Jisung di sebelahnya pagi ini. Tumben sekali anak itu sudah turun padahal ini masih pukul enam. Walaupun Jisung terlihat seperti anak baik-baik, ia cukup nakal untuk remaja seumurannya.

     Setelah bersiap dan sarapan, Renjun kini mulai mengenakan hoodie abu-abunya. Ia berkaca sebentar sebelum mengambil kunci mobil di nakas.

     "Dimana Jisung?" Tanyanya kepada seorang pelayan wanita tua yang sedang membawa nampan berisikan sebuah benda yang di tutupin oleh kain beludru.

     "Tidak tahu, tuan. Tapi tuan muda Park menitipkan ini." Ujar pelayan tersebut.

     Renjun memiringkan kepalanya bingung, tapi ia tetap mengambil benda tersebut kemudia memasukkannya ke dalam saku hoodienya. Setelah mengucapkan terimakasih, Renjun pun berjalan menuju lobby untuk menggunakan mobil yang akan ia gunakan.

Niat hati ingin menelpon Jisung, di jalan ia malah bertemu anak itu di toserba pinggir jalan. Sepertinya sedang membolos. Renjun pun memilih untuk berhenti, ia meminggirkan mobilnya lalu menghampiri bocah Junior High School yang sedang melahap sandwichnya itu.

"Kau. . membolos?

Jisung terperanjat mendengar suara yang amat sangat ia kenal itu. Sembari mengunyah roti isi, ia tersenyum lebar lalu menyodorkan salah satu roti isi yang masih utuh kepada Renjun.

Renjun hanya menghela napas lalu memilih untuk duduk di hadapan adik sepupunya. "Untuk apa memberi ku pisau?"

Yang paling muda mengedikkan bahu, "nanti gege juga membutuhkannya."

     Setelah perdebatan yang cukup panjang tentang pisau mahal juga Jisung yang membolos. Pada akhirnya, bocah itu ikut naik ke dalam mobil Renjun. Ia duduk di sebelah kemudi sembari memakan camilannya.

     Sebenarnya bukan sekali dua kali Renjun melihat Jisung membolos. Tapi kali ini bocah itu benar-benar menikmati waktu membolosnya.

      Ketika Renjun hampir membelokkan stir ke arah sekolah, sebuah pesan masuk ke ponselnya yang ada di dashboard holder. Satu pesan dari Jaemin berisi bahwa lelaki itu mengajaknya membolos, pergi ke coex. Kebetulan sekali ia membawa Jisung. Tapi sebelum itu ia harus menyelesaikan sesuatu di sekolah.

     Setelah memakirkan mobil, Renjun memberi perintah bahwa Jisung tidak boleh keluar dari mobil hingga ia kembali. Untung bocah itu menurutinya.

      Pagi ini Renjun mulai berjalan di koridor. Menyusuri tiap-tiap kelas hingga sampai di ruang guru. Ketika ia masuk ke dalam, pas sekali ia menemukan seorang pria tua yang sedang tersenyum aneh ke arahnya.

     "A—ayahmu memintaku untuk menyerahkan berkas-berkasmu. Kau bisa mengambilnya di ruang konseling." Ujar lelaki paruh baya itu sebelum menepuk pelan pundak Renjun.

     Renjun tersenyum sopan, ia membungkukkan badannya, mengucapkan terimakasih kemudian berjalan ke ruang konseling. Tidak jauh dari ruang guru tapi membuat lelah saja. Renjun baru makan satu sandwich tadi pagi, itu pun pemberian adik sepupunya.

Jadi dengan langkah yang sedikit terburu-buru ia masuk ke dalam ruang konseling. Sepi dan gelap. Lagi, ia mencoba berpikir jernih sembari berjalan ke arah meja yang ada di pojok ruangan, mencoba mencari berkas miliknya.

Namun, sebuah tangan melingkar di badannya. Membuatnya dengan refleks memberontak cukup kuat. Ketika lampu hidup, ia sadar seseorang sedang mengetuk kepalanya beberapa kali dengan pistol. Ia terdiam kaku begitu saja. Jantungnya berdegub sangat kencang, tangannya bergetar. Lelaki itu menarik pelatuknya. Renjun mulai memejamkan matanya, berdoa juga mengambil sebuah pisau yang Jisung berikan dari saku hoodienya.

MAFIA ⋆ JaemRen。Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang