4. Tamparan

284 30 8
                                    

Happy Reading,

Sorry kalo ada typo:)

***

"Sialan! Kenapa bisa lupa gini sih gue!" Viola menatap dirinya di depan cermin, ada beberapa bekas kemerahan di sana. Pasti cekikan kemarin sangat kencang hingga membuat leher mulus Viola menjadi seperti sekarang.

"Devan sialan! Kalo gue gak sayang lo, udah gue tinggalin lo!" Kesalnya, mengingat Devan yang begitu sangat mencintainya membuat Viola berpikir bahwa Devan hanya terobsesi padanya, bukan karena cinta.

Viola sebenarnya ingin mengakhiri hubungannya dengan Devan, tetapi selalu saja tak bisa. Entah bagaimana caranya, Viola pun bingung.

Viola membasuh lehernya berharap bekas kemerahan itu tidak terlalu terlihat, untung saja tadi yang melihatnya hanya Rara si adik kelas sialannya itu. Meskipun tadi Kevin juga melihatnya, namun Viola berharap semoga Kevin tak curiga. Yang terpenting teman-temannya belum melihatnya, kalo tidak bisa habis ia di cerca banyak pertanyaan.

"Halo, bawain gue syal. Cepetan!" Perintah Viola pada suruhannya. Ia memutusnya dengan sepihak, dan tak lama orang suruhannya pun datang membawa syal nya.

"Ini Non," ia memberikannya pada Viola.

Viola lalu mengambilnya secara kasar, "Makasih, udah sana lo pergi!" Usirnya.

Dia pun berlalu meninggalkan Viola.

Viola kemudian melilitkan syal itu pada lehernya, dia menatap dirinya di depan cermin. Agak aneh sih sebenarnya ia memakai syal, apalagi di siang hari seperti ini. Tapi ia tak peduli, asalkan lukanya tak terlihat siapa pun.

Sebelum keluar dari toilet, Viola terlebih dahulu mendial nomor ponsel Papinya untuk segera ke sekolah. Sesuai perintah Pak Wijaya kemarin, "Halo Pi, Papi jadi dateng kan ke sekolah Vio?" Tanya Viola saat panggilan terhubung.

Mahendra sempat terdiam sejenak.

"Pi?" Tanya Viola lagi, karena tak ada sahutan di sana.

"Iya sayang, nanti Papi kesana ya."

Viola mengembangkan senyumnya, "Oke Pi, miss you."

"Miss u too sayang,"

Panggilan pun di tutup oleh Viola, ia kemudian menatap cermin kembali. Sekedar untuk merapihkan seragamnya, di rasa sudah rapi. Viola segera keluar dari toilet itu.

Ia mulai berjalan dengan santai menuju ke dalam kelasnya, namun baru beberapa langkah, Viola langsung di kejutkan oleh kedatangan salah satu sahabatnya.

"Woy Vio!" Senggolnya.

Viola memutar kedua bola matanya, "Ngagetin gue aja lo!" Sebalnya.

Bella menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Hehe sorry, abisnya tadi gue liat lo keluar dari toilet. Makanya gue samperin," jelasnya.

"Terserah," balasnya. Malas jika berurusan dengan si cerewet ini.

Bella hanya manggut-manggut, ia pun mulai berjalan berdampingan dengan Viola. Namun ada satu hal yang menurutnya aneh pada Viola, yap syal yang melekat di leher Viola sangat mencuri perhatian matanya.

"Eh, sejak kapan lo pake syal ke sekolah?" Heran Bella.

Viola refleks megang syalnya, "Oh, ini. Sengaja buat gaya," jawabnya sekenanya.

Bella semakin bingung di buatnya, "Buat gaya?" tanya nya memastikan.

"Iya,"

"Tapi gue baru liat kalo syal di pake buat gaya di sekolah," bingungnya.

BAD GIRL VIOLA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang