- Demam

216 31 16
                                    

"Hal yang nampak belum tentu kebenarannya, Tuhan menciptakan telinga, mata, dan mulut supaya tidak memperhatikan ke dalam bentuk mata. Namun, ada penjelasannya."
-Xuanny-

============================


"Rara!!"

"Eh, yaampun Yaxuan ge!" Kaget Rara menaruh nampan dan memeluk Yaxuan.

"E-eh yaampun Ra, sesek ini. Lepasin gege!" Ujar Yaxuan karena Rara terlalu erat memeluk dirinya.

"Hehehe, abisnya kan Rara kangen" jelas Rara nyengir ke arah Yaya.

"Halah, palingan kangennya ke Tenzo bukan ke gege" ujar Yaya membuat Rara teringat dengan nampan yang berisi makanan milik Tenzo.

"Ehehe, oh iya bentar aku nganterin makanan dulu ke Tenzo gege ya, dahh!" Pamit Rara menaiki tangga ke atas diikuti oleh Yaxuan.

"Lah? Ko ikut naik?," Bingung Rara.

"Bukannya semuanya ke taman belakang?" Sambungnya.

"Nggak, gege mau nyamperin jie Fany ke kamarnya." Jelas Yaxuan diangguki oleh Rara.

"Okedeh" balas Rara melangkahkan kakinya ke arah kiri. Sementara itu, Yaxuan ke arah kanan dimana terdapat kamar yang pintunya berwarna putih monoton. Namun, saat kalian masuk semuanya serba warna pink.
Oke baiklah kembali ke cerita!

Tok tok tok

"Jie!"

"Jie, buka pintunya!"

"Jie, ini Yaya!" Masih belum ada sahutan dari dalam kamar. Yaxuan yang bingung hanya bisa mencoba membuka kamarnya dan ternyata pintunya tidak terkunci.

Yaxuan melihat Fany yang sedang memunggunginya dan menutup semua badannya dengan selimut serta memeluk boneka Teddy bear yang tahun lalu diberi Yaxuan untuk hadiah ulang tahunnya.

"Jie! Jiejie sakit?" Tanya Yaxuan melangkahkan kakinya mendekati tempat tidur Fany.

"Jie" panggil Yaxuan menempelkan tangannya ke dahi Fany.

"Demam" gumam Yaxuan.

Sejurus kemudian, Yaxuan pergi mengambil sapu tangan dan membawanya ke dapur untuk dibasahi kemudian kembali ke kamar Fany.

Perlahan Yaxuan menempelkan sapu tangan tersebut ke dahi Fany. Pergerakan Fany menandakan bahwa sebentar lagi akan membuka matanya tak luput dari Yaxuan yang sedang mengompres dirinya.

"Y-yaya? Kok kamu disini?" Bingung Fany mencoba menggapai sapu tangan yang ada di dahinya dan dihentikan oleh Yaxuan.

"Jangan gerak! Diem jie, ntar nggak turun-turun demamnya" ucap Yaxuan.

"Jiejie nggak demam Yaya, udah sembuh kok. Nih udah bangun buktinya" serba Fany membuat Yaxuan memutar bola matanya malas.

"Bangun bukan berarti udah sembuh total kan? Nih buktinya masih panas" jawab Yaxuan menyentuh dahi Fany yang masih terbalut sapu tangan miliknya.

"Terserah kamu deh" pasrah Fany melihat dinding-dinding atas kamarnya.

Hening.

Yaxuan tidak suka dengan keheningan, tapi melihat Fany yang mulai mencoba tidur kembali akhirnya mengurungkan niatnya yang tadinya ingin menanyakan sesuatu atau sekedar berbincang supaya tidak hening pun gagal.

Saat Fany mulai tertidur kembali, Yaxuan menarik selimutnya sampai ke leher dan ponselnya berbunyi,

Owen calling...

𝐈𝐦𝐚𝐠𝐢𝐧𝐞 𝐨𝐟 𝐘𝐨𝐮 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang