Pram POV
Jam di pojok sebelah kanan bawah laptopku menunjukkan pukul 00.00, sudah tengah malam. Aku menguap lebar, berusaha tetap terjaga. Menyelesaikan laporan wawancara yang harus diterbitkan besok oleh editorku.Inilah salah satu tidak enaknya kerja sebagai wartawan, kalau ada berita yang lagi hangat, harus segera ditulis dan diterbitkan. Sebelum keduluan oleh media lain dan beritanya menjadi basi.
Aku menguap untuk kesekian kalinya, meraih cangkir kopi ingin meneguk isinya, namun ketika kulirik bahwa di cangkir tersebut hanya tinggal ampas hitam, aku mendesah pelan.
Kuletakkan cangkir di meja, bangkit dari kursi dan merenggangkan badanku sebentar. Terasa kaku dan lelah.
Aku beranjak ke dapur, hendak membuat secangkir kopi, mungkin untuk yang kelima kalinya malam ini. Pekerjaanku masih jauh dari selesai, jadi aku harus tetap terjaga.
Baru saja aku melangkah memasuki dapur, bel pintu apartemenku berbunyi nyaring. Dahiku berkerut, siapa yang bertamu tengah malam begini? pikirku.
Aku memutar badan meninggalkan dapur di belakangku, beranjak untuk membuka pintu.
Kuintip sebentar tamuku melalui lubang kecil di pintu, betapa kagetnya ketika kulihat Vanya berdiri di depan pintu apartemenku.
Segera saja kubuka pintu dan berseru, "Vanya! Ngapain kamu tengah malam ke sini?"
"Pram, boleh aku masuk?" dia bertanya pelan, wajahnya menampakkan kesedihan.
Aku mengangguk dan membiarkannya masuk, lalu menutup dan mengunci pintu. Vanya melangkah gontai menuju sofa panjang di ruang tengah. Dia sudah sering ke sini, jadi dia sudah hapal isi apartemenku.
Setelah berdiri diam beberapa saat memandangnya bingung, aku menghampiri Vanya di sofa dan duduk di sebelahnya.
"Ada apa, Van?"
Vanya menunduk, meremas jemarinya sendiri. Kakinya bergerak gelisah. Lalu kulihat ada air yang menetes ke tangannya. Mataku membesar.
"Hei..." kataku pelan sambli mengangkat wajahnya yang basah. "Kenapa kau menangis?"
Vanya menggigit bibir, menahan isak tangis yang hendak menyeruak keluar dari mulutnya.
"Adnan....dia selingkuh..." isak tangisnya langsung pecah usai kalimat itu meluncur dari mulutnya.
Aku menarik Vanya ke dalam pelukanku. Membiarkan airmatanya membasahi baju yang kukenakan. Sementara pikiranku berkecamuk dengan banyak pertanyaan.
Adnan selingkuh? Bagaimana mungkin? Dia dan Vanya baru saja menikah 6 bulan yang lalu, mereka masih terhitung sebagai pengantin baru.
Aku menjauhkan Vanya dari dadaku, kupegang bahunya dan menatapnya dalam-dalam.
"Vanya, kamu yakin dengan apa yang kamu bilang barusan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen : Aku Milikmu (21+)
RomanceKumpulan cerita pendek dewasa. Yang belum dewasa tak usah pura pura udah dewasa. Menyingkir saja. Part nggak berurutan, hanya orang yang cerdas dan mau berusaha lah yang bisa memahami semuanya. ***