9 - Hari dimana aku ingin memeluknya

2.6K 268 5
                                    

"O, cukup. Semua sudah berakhir untuk kita"

Mew menatap pemuda dihadapannya dengan mata sendu. Dilihatnya pemuda dengan alis tebal dan pipi chubby itu menangis. Beberapa kali bahkan tangannya harus menghapus air mata itu karena tidak tega.

"Mew, tolong beri aku kesempatan lagi. Gak ada apa-apa diantara aku sama Strong, kita cuma temenan"

Mew memegang tangan Oreo. Beberapa kali di membelai tangan mungil itu lembut.

"O, dengerin aku. Aku bahagia bisa kenal sama kamu, bisa jadi salah satu orang yang pernah ada di hati kamu. Tapi sekarang waktu kita udah gak ada, kita udah selesai. Jadi aku mohon sama kamu gak usah kayak gini yah" tangan Mew lagi-lagi mendarat di pipi Oreo dan menghapus air matanya.

Oreo menangis terisak "Kenapa Mew, apa karna ada orang lain di hati kamu. Sekarang kamu ninggalin aku" pemuda itu melepaskan genggaman Mew dan menepis tangan mantan kekasihnya itu kasar.

"Apa karena Gulf kamu jadi seperti ini, kamu cinta kan sama dia!" sambungnya

"O"

"Jawab Mew! Setidaknya aku akan mengerti kenapa kamu seperti ini"

Mew terdiam. Tidak bisa mengiyakan apalagi membantah. Cinta sama Gulf? Dia sendiri masih bingung dengan perasaanya pada pemuda berkulit sawo matang itu. Untuk dibilang cinta rasanya terlalu cepat, apalagi dihatinya yang terdalam masih ada Oreo seorang.

"O. Ini bukan karena Gulf atau siapapun. Tidak ada orang lain di antara kita"

"Lalu kenapa tiba-tiba kamu putusin aku, tepat di hari jadi kita. Apa semua hal yang udah kita lalui ini gak ada gunanya?"

"Jangan bilang gitu O. Aku sangat bersyukur bisa mengenal kamu. Bisa mencintai kamu. Tapi aku rasa waktu kita udah habis, semuanya sudah selesai untuk kita" jawab Mew lirih.

Oreo menghapus air matanya sendiri. Setelah dirasa selesai, dia pergi meninggalkan Mew. Berlalu namun di ujung jalan langkahnya terhenti, berharap orang yang sangat ia cintai akan mengejarnya. Namun harapannya sirna saat Mew malah melangkah masuk kedalam asrama dan meninggalkannya terlebih dahulu.

Sakit, bahkan air mata terasa sudah tidak bisa ia tumpahkan lagi. Ia terisak dalam diam. Beberapa kali dia memejamkan matanya, mengatur emosi serta perasaannya yang berkecambuk dalam dada.

***

Mew membuka pintu kamar dan segera menaruh bungkusan yang ia bawa diatas meja. Matanya tertuju pada bungkusan berwarna putih itu, setelah sadar dia segera melenguh panjang.

Dia segera mengambil handphonenya dan mulai mencari nama Gulf. Dia menelpon pemuda itu.

Beberapa saat Gulf tidak menjawab panggilannya, beberapa kali juga Mew mencoba menghubungi pemuda itu. Namun nihil.

"Lo udah di kamar?"

Sebuah pesan segera ia kirim ke Gulf. Beberapa saat dia menunggu balasan, namun tidak kunjung ada.

"Gue beliin boba buat lo. Gue anter yah"

Setelah pesan itu terkirim, manik mata Mew membulat. Lagi-lagi menunggu balasan dari pesannya. Dan untuk kedua kalinya nihil.

Mew segera meraih bungkusan itu dan membawanya pergi ke kamar Gulf.

Dijalan menuju asrama Gulf dia bertemu dengan Mean. Pemuda terlihat terburu-buru.

"Mau kemana lo Mew?"

"Ke kamar lo, gue tadi beliin Gulf boba, kenapa"

"Pas" dia menitipkan sebuah plastik makanan untuk Gulf.

"Apa nih?"

"Itu makanan titipan Gulf, lo bisa kasih kedia kan?"

Mew menatap Mean bingung "Lo sendiri mau kemana, kenapa gak lo kasih langsung ama orangnya?"

"Gue buru-buru ada janji sama Plan. Lo bisa kan bantuin gue bawain titipan Gulf?"

Beberapa saat Mew hanya diam, didepannya kini Mean memasang wajah memelas. Mau gimana lagi akhrinya Mew mengangguk tanda mengiyakan.

"Makasih ya" Mean menepuk pundak Mew dan segera pergi dengan setengah berlari.

Mew kini membawa dua bungkusan untuk Gulf. Dibenaknya ada sebuah kekhawatiran, apakah pemuda yang akan ia temui akan marah kepadanya karena janji yang ia buat tidak berhasil ditepati. Atau pemuda itu malah bersikap biasa saja dan menganggap Mew lupa pada janji mereka.

Tok tok tok

"Masuk"

Mew membuka pintu kamar Gulf. Disana dia melihat Gulf sedang duduk dimeja belajarnya sambil mengerjakan sebuah tugas. Mew bisa melihat pemuda itu memakai sebuah kacamata dan kini menatapnya tajam. Apa dia marah?

"Gue bawain boba buat lo" seru Mew berjalan mendekati Gulf sambil membawa bungkusan yang ia bawa

Gulf masih terdiam dengan tatapan tajamnya.

Mew melempar pandang ke pemuda dihadapannya itu. Mereka kini saling pandang. Ada rasa gugup di hati Mew karena tatapan Gulf seolah mengintimidasinya.

"Lo marah ya sama gue?"

Gulf masih terdiam.

"Maafin gue yah, tadi gue ketemu Oreo di taman. Karena gak enak diliat anak-anak gue ajak dia ke asrama gue terus.."

Gulf melepaskan kacamatanya "Siapa yang marah coba" pemuda itu kemudian mengambil bungkusan yang Mew bawa

"Makasih yah"

Gulf segera meminum salah satu gelas boba yang ia dapat.

"Kok lo tau gue suka boba? Dan lo juga tau gue suka Ayam basil" matanya melirik isi dari kedua bungkusan yang kini ada ditangannya.

"Kalo soal ayam basil, tadi Mean nitipin itu ke gue pas jalan kesini. Kalo boba..." dia menghentikan ucapannya

Gulf menatapnya, menunggu kalimat apa yang akan Mew ucapkan.

"Gue harus tau dong kesukaan temen gue" ucap Mew sembari menarik ujung bibirnya agar tersenyum.

Gulf tersipu. Lagi-lagi getaran di dadanya datang, kali ini dibarengi pipinya yang merona.

Karena terlalu gugup Gulf segera bangkit kemudian mengambil handuk dan bersiap masuk ke kamar mandi.

"Lo bisa nonton film pake laptop gue, gue tinggal mandi dulu. Gerah banget hari ini" ucapnya menyembunyikan rasa malunya

Mew mengangguk kemudian berpindah dari tempat tidur ke kursi belajar Gulf.

Setelah Gulf masuk kedalam kamar mandi, dia mulai membuka folder satu persatu, mencari film mana yang akan ia tonton.

20 menit berlalu, ditengah keseruan Mew menonton film, Gulf pun keluar. Lagi-lagi hanya handuk yang menutupi tubuhnya. Tubuh enam kotaknya lagi-lagi terpampang jelas di hiasi dua chocochip miliknya.

Gulf melihat Mew sedang asik dengan film yang ia tonton, sampai-sampai dirinya keluar kamar mandi saja pemuda itu tidak sadar.

Gulf duduk di tepi tempat tidur. Menatap punggung Mew lekat. Sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk, matanya terus menjamah setiap inci dari punggung pemuda dihadapannya itu. Hasrat itu kembali datang, kali ini rasanya ia ingin memeluk tubuh itu dari belakang.

"Pasti akan hangat" desisnya pelan

Tanpa ia sadari tubuhnya sudah bangkit. Kini jarak diantara mereka tidak terlalu jauh, hanya beberapa langkah lagi Gulf bisa mewujudkan harapannya itu. Memberikan Back Hug pada Mew.

Matanya menatap lurus punggung Mew, dan tanpa menunggu aba-aba tubuhnya yang basah kini sudah mendarat di punggung Mew.

Mew yang terkejut hanya bisa terdiam, dibelakangnya Gulf sudah terpejam dan hanyut dalam kehangatan.

****

TBC

Can you see my sign [Completed] SUDAH TERBITT!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang