Duabelas

200 30 0
                                    

Waktu menunjukkan pukul 9 malam. Ji Ha masih betah dengan matanya yang terpejam. Belum ada tanda - tanda gadis itu sadar.

Taehyung menolak pergi barang sejengkalpun dari sisi Ji Ha. Sementara Ha Rin dan Jungkook sedang pulang. Dia ditemani Jimin dan Yoongi yang datang tadi sore setelah ikut mengeksekusi Minyoung, Jihyun dan gerombolannya. Mereka dikeluarkan dari sekolah ditambah konseling serta bakti sosial dalam waktu yang cukup lama.

"Makan bodoh! Jangan membuat rumah sakit harus menambah pasien, terutama pasien sepertimu!" Yoongi meletakkan karton berisi burger diatas nakas.

Taehyung hanya meliriknya sekilas membuat Yoongi jengah "oh, c'mon! Kau pikir Ji Ha sakit akan berlemah lembut padamu? Kau butuh tenaga untuk menghadapinya yang keras kepala. Jangan kira hanya dirimu yang berkepala batu!" Sungut Yoongi mendudukan dirinya di sofa ruangan.

Jimin terkekeh, Yoongi memang cukup dekat dengan Ji Ha membuatnya begitu hapal bagaimana keras kepalanya gadis itu terutama setelah dibuang oleh Taehyung.

"Kau sudah hubungi Paman Shin kan?" Tanya Yoongi pada Jimin.

Jimin mengangguk "sepertinya baru nanti malam sampai, Paman Shin ada di Singapura dan baru berhasil mendapat tiket sore tadi"

Yoongi melirik kearah Taehyung yang belum menyentuh burgernya "sumpah Taehyung, aku akan menjejalkannya kemulutmu jika tidak kau makan sekarang juga!"

Baiklah, Taehyung mengalah. Min Yoongi itu tak pernah bermain - main dengan ucapannya. Dengan buru - buru, ia membuka karton dan melahap burgernya.

"Bagus!" Yoongi mengangguk puas.

Pintu kamar Ji Ha terbuka, Ha Rin dan Jungkook masuk membawa dua plastik besar berisi dua bucket ayam dan beberapa minuman bersoda. Keduanya ikut bergabung disalah satu sofa yang tersedia disana.

"Ji Ha, bangunlah! Min Ji bilang kau sangat menyukai ayam goreng, astaga jangan salahkan aku jika kehabisan" racau Jimin mengeluarkan bucket berisi ayam dari plastik.

"Gila! Ji Ha juga suka ayam goreng? Ji Ha dan Min Ji benar - benar maniak ayam goreng" Yoongi menggeleng melempar ingatannya pada sang kekasih.

"Kak Yoongi, masih lama ya?" Tanya Min Ji pada Yoongi yang sedang berkutat serius dengan piano bar yang terhubung langsung dengan perangkat laptopnya. Pria itu sedang menulis lagu, dan meminta Min Ji menemaninya.

Bilangnya sih, malas sendirian. Alasan lainnya yang tak ia ucapkan adalah, karena Min Ji berhasil menjadi sumber inspirasinya dalam mencipta bait - bait melodi.

"Kenapa memangnya?" Tanya Yoongi menahan jarinya pada tuts D'minor.

"Aku boleh pulang duluan tidak? Ada pembukaan gerai ayam goreng baru. Aku dan Ji Ha mau kesana"

"Ayam goreng lagi? Kemarin kau sudah ke ayam goreng depan sekolah, tadi pagi juga di kantin" racau Yoongi tak percaya.

"Iya dong. Bagiku dan Ji Ha, sehari tanpa ayam goreng seperti kak Yoongi tanpa Min Ji akan hampa" mendadak Min Ji puitis hanya karena ayam goreng.

Yoongi menggeleng "yasudah ayo, aku antar" meski begitu tetap saja dia tidak akan tega membiarkan Min Ji yang sudah rela menemaninya selama 2 jam pergi menggunakan taksi di sore menjelang malam begini.

"Kesayangannya Min Ji memang yang terbaik" Ji Ha mengecup singkat pipi Yoongi.

"Ya mereka berdua memang gila dengan satu makanan ini. Sepertinya jika ayam goreng hanya tersisa ditengah lautan mereka tetap akan mengejarnya" Jimin tertawa nyaring, ikut merindukan sosok sang adik yang berhasil menempati hatinya, setelah selama 17 tahun hidupnya mengharap adik yang bisa ia lindungi. Dia setidaknya pernah merasakan satu kebahagiaan itu, meski tak berlangsung lama.

"Kalian kenapa ribut sekali sih! Ji Ha akan terganggu" Taehyung berucap sebal.

"Calm down, Tae! Bucin sepertinya memang sudah mendarah daging padamu. Aku baca dari artikel, jika mengajak ngobrol seseorang yang sedang dalam keadaan koma adalah hal yang baik dilakukan" jelas Jungkook kemudian melanjutkan melahap ayam goreng yang kedua.

"Kau juga harus makan" tangannya yang lain meraih satu ayam goreng dan menjejalkannya ke mulut Ha Rin meski dengan lembut tetap saja membuat Ha Rin kesal.

"Kak Jungkook! Kau ini!" dia mencebik, meski begitu tetap menurut dan mengunyah ayam dimulutnya.

"Kalian pacaran?"

"Tidak!"

"Ya!"

Yoongi dan Jimin saling berpandang "Jungkook merintis menjadi bucin" celetuk Yoongi.

"The next bucin! Astaga, teman - temanku" Jimin menggeleng tak percaya.

"Berisik! Astaga Ji Ha, syukurlah!" Taehyung bernapas lega saat Ji Ha membuka kedua bola matanya.

"Siapapun cepat panggil dokter!" Sahut Taehyung mengibaskan tangan diudara menyuruh salah satu diantara mereka untuk bangun dan memanggil dokter.

Keempatnya sudah bangkit menuju ranjang Ji Ha.

"Sudah bucin, panik berlebihan lagi" Yoongi menghela napasnya kasar "rumah sakit juga sama berkembangnya seperti ponsel yang semakin canggih" rutuknya kemudian memencet salah satu tombol didekat ranjang Ji Ha.

Tak sampai 5 menit dokter sudah sampai di ruangan Ji Ha.

"Astaga kemari! Kau menghalangi mereka" Yoongi amat kesal melihat Taehyung yang tidak mau bergeser dari sisi Ha Rin.

"Sebuah keajaiban pasien bisa sadar dengan cepat"

"Bagaimana keadaannya dok?" Sambar Taehyung.

"Sudah lebih stabil. Selebihnya baik - baik saja"

"Siapa wali pasien disini? Saya perlu membicarakan beberapa hal untuk perawatannya kedepan"

"Ayahnya masih dalam perjalanan kemari. Saya temannya yang membawa dia kemari, apa bisa saya wakilkan? Nanti bisa saya sampaikan pada ayah Ji Ha" Jimin maju mendekat kearah sang dokter.

"Bisa. Kalau begitu ikut saya. Saya pamit" dokter itu berjalan pergi meninggalkan ruangan diikuti Jimin.

"Ji Ha, kau mengingatku?"Taehyung menatap Ji Ha bibirnya tak berhenti mengecup punggung tangan Ji Ha.

"Dia tidak amnesia bodoh!"

"Kak Yoongi bisakah kau berhenti mengumpat? Aku terbangun karena tidak sabar ingin mengumpatmu balik!" Lirih tapi penuh penekanan.

"Dan kau Taehyung, berhenti mengecup punggung tanganku. Air liurmu menempel" ucap Ji Ha sangar.

Yoongi tersenyum kecil. Ji Ha tetaplah Ji Ha meski sedang sakit.

Exam SeatmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang