Bukan lagi pemandangan baru dalam dua minggu ini saat Ji Ha mendapati sebotol susu melon dan vanila diatas mejanya.
Selamat pagi Sunshine.
Satu botol untukmu dan satu botol untuk mengingatku!
Maafkan aku. Aku mencintaimu!
Juga memo yang sama.
Perhatian Ji Ha teralihkan oleh seseorang yang sudah mengambil tempat duduk disampingnya.
"Kepalaku pusing sekali Ji menghapal banyak rumus untuk ulangan harian hari ini" keluh Ha Rin.
Ji Ha melirik mendapati wajah pucat milik temannya "Biasanya juga kau tidak ambil pusing. Kenapa?"
"Masa iya kak Jungkook yang pintar disemua bidang pelajaran bersanding dengan gadis biasa sepertiku. Setidaknya aku harus memperbaiki nilaiku yang buruk" aku Ha Rin yang membuat Ji Ha merasa tidak tega.
"Haus sekali. Aku minta ya" tanpa melihat warna dan label susu yang tertera Ha Rin menarik cepat susu dari hadapan Ji Ha.
Tidak sampai lima menit, namun Ha Rin justru sudah menggaruk lengannya "Ji, susunya.. dadaku sangat sesak Ji"
Ji Ha melirik terkejut saat wajah Ha Rin bertambah pucat "kau minum susu vanila. Kau alergi vanila?"
Ha Rin mengangguk. Pandangannya mulai mengabur, dadanya semakin terasa sesak.
"Astaga! Yak Hosik, bantu aku membawa Ha Rin ke klinik sekolah, cepat!" Teriak Ji Ha membuat teman seisi kelasnya yang baru berisi beberapa siswa ikut menengok panik.
Hosik bergegas dan membawa Ha Rin kepunggungnya dengan bantuan Ji Ha.
Keduanya berlari kecil menyusuri lorong kelas membawa Ha Rin secepat mungkin.
"Ha Rin kenapa?" Tanya Jungkook.
"Alergi, dia terkena alergi" nada bicara Ji Ha bergetar. Gadis itu panik setengah mati.
"Kemari. Aku yang akan membawanya!" Jungkook meraih Ha Rin dari punggung Hosik. Membawanya lebih cepat kearah klinik sekolah.
***
Ji Ha mendudukkan dirinya dikursi panjang depan klinik kesehatan sekolah. Napasnya berhembus panjang setelah dipacu dengan cepat tadi. Melihat Ha Rin yang kesakitan, membuat sekelebat bayangan masa lalu akan kepergian Min Ji hinggap dibenaknya. Ia takut setengah mati kejadian menyakitkan itu akan kembali terulang, menyisakan dirinya dalam kesendirian.
"Kenapa disini?" Seseorang tanpa permisi duduk disamping Ji Ha, menatap gadis itu penuh perhatian.
"Ada kak Jungkook didalam" jawab Ji Ha. Yang sebenarnya hanyalah alasan belaka. Pandangannya lurus kearah sepatu putih yang tengah ia pakai.
"Hei. Ha Rin sudah baik - baik saja. Berkatmu dia selamat" tangan besar itu bertengger di bahu Ji Ha yang kini terlihat ringkih. Terlebih lagi tatapan ketakutan yang terpancar jelas di manik hazel sang gadis.
Disaat itu pertahanan Ji Ha runtuh seketika. Air matanya luruh membanjiri kedua pipi. "Aku takut. Kupikir aku, aku--" sungguh Ji Ha tak mampu untuk melanjutkan ucapannya.
Taehyung menarik Ji Ha kedalam pelukannya. Hatinya ikut merasakan perih melihat gadisnya masih merasakan sakit akan kehilangan.
"tidak akan ada lagi yang meninggalkanmu. Percayalah" bisik Taehyung ditengah usapan tangannya dipunggung Ji Ha yang bergetar.
***
Terhitung 3 hari setelah kejadian pelukan Taehyung dan Ji Ha didepan klinik kesehatan sekolah, belum ada yang berubah. Justru Ji Ha kembali menarik diri dan membangun tembok lebih tinggi pada Taehyung.
Taehyung kembali menghembuskan napasnya berat. Menatap Ji Ha dari kejauhan sembari memikirkan cara lain untuk membuat gadis itu percaya lagi padanya.
"Kenapa?" Jimin ikut bergabung disamping Taehyung yang duduk ditepian lapangan. Tangannya bergerak membuka minuman kaleng yang sejak tadi ia bawa, kemudian menyeruputnya sebelum kembali mengalihkan atensi pada temannya.
"Sejak kejadian Ha Rin yang dilarikan ke klinik, Ji Ha semakin menjauhiku. Kupikir itu mengingatkannya pada Min Ji. Ia sangat ketakutan. Apa dia berpikir aku akan meninggalkannya, untuk itu dia menjauh?"
Jimin melirik Taehyung sekilas, kemudian ikut memandang Ji Ha yang tengah mengobrol bersama Ha Rin disebrang sana "Sepertinya begitu. Melihat apa yang sudah kau lakukan dulu"
Jawaban Jimin membuat napas gusar Taehyung kembali berhembus
"Andai saja Ha Rin tidak seperti itu, mungkin Ji Ha tidak semakin sulit kugapai"BUGH!
Satu bogeman mentah mendarat di pipi Taehyung.
"Kenapa kau jadi menyalahkan Ha Rin?!" Teriak Jungkook, si pelaku pemukulan Taehyung.
"Ji Ha yang menjauh karena sulit menaruh kepercayaan padamu, kenapa kau menyalahkan orang lain? Apa itu membuatmu merasa lebih baik?"
"Sialan Jung!" Taehyung ikut bangkit dan membalas tinjuan Jungkook. Namun sedikit meleset dan hanya mengenai pelipis pria Jeon itu.
Kalimat Jungkook memang tidak salah. Tapi ucapan pria itu membuat dirinya merasa begitu buruk.
"Hentikan!" Jimin berdiri diantara keduanya. Mencegah Jungkook yang sudah kembali melayangkan kepalan tangannya.
Beberapa siswa mulai berkerumun penasaran akan apa yang terjadi. Jimin pikir tidak mungkin menyelesaikannya disini. Dengan cepat ia menarik keduanya menuju base Bangtan.
***
"Keras kepala" desis Ji Ha pada Ha Rin yang tengah duduk tenang disampingnya. Pasalnya gadis ini belum sembuh total tetapi sudah memaksakan diri kembali bersekolah.
Ha Rin mengerucutkan bibirnya "kau tahu sendiri. Aku paling tidak betah berdiam diri di rumah"
"Aku tahu. Aku sangat ingin membawamu kabur dari rumah nerakamu itu" sahut Ji Ha bersungguh - sungguh. Empat kali berkunjung ke rumah Ha Rin ia sudah mempunyai penilaian ada ketimpangan disana. Dan yang jelas semuanya seperti neraka bagi temannya itu.
Ha Rin lantas tersenyum mendengar penuturan Ji Ha, meski intonasi gadis itu terdengar datar ia tahu bahwa ucapan itu sarat akan kesungguhan dan kekhawatiran untuknya.
"Setelah umurku legal. Aku akan keluar dari rumah itu dan membangun hidupku yang bebas dari kekangan orangtua dan kakakku. Ah kuharap kita bisa satu kampus nanti"
"Tentu saja. Kenapa tidak?"
"Astaga! Kenapa mereka?" Ha Rin bangkit dari duduknya saat melihat pertengkaran Taehyung dan Jungkook diujung sana.
"Ayo Ji!" Tanpa berpikir lama Ha Rin segera bangkit menarik Ji Ha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Exam Seatmate
FanfictionJi Ha merasa peruntungan meninggalkannya sejak ia masuk ke ruang ujian dan mendapati Taehyung si kakak kelas sebagai teman duduknya. © G U L L