Apa kabar denganmu? apa kabar dengan dia yang menggantikanku. Apakah kamu jauh lebih baik? apa dia bisa menerima apa adanya dirimu? tolong untuk kali ini saja, jangan sia-siakan dia. Bagaimanapun dia, dia tetap milikmu. Dia seseorang yang merubah hidupmu jauh lebih tenang dariku. Dia seseorang yang layak diperjuangkan. Sosok yang bisa menerimamu, baik burukmu. Dia yang mampu menahan amarahmu. Menahan sifat burukmu, sepertinya kehadirannya lebih membahagiakan, sepertinya juga kamu sudah mulai melupakan. Sekarang, sudah ada dia bukan. Terimalah dia sebaik mungkin, seperti dulu kamu menerimaku. Baik buruknya dia semoga bisa membuatmu bahagia. Dia yang tidak mudah marah, dia yang tidak mudah meninggalkan. Untuk seseorang itu, aku berterimakasih, berkatmu aku bisa lebih tenang. Titip dia, buat dia bahagia. Dia memang aneh tapi sepertinya dia begitu menyukaimu. Dia seperti baik-baik saja jika didekapnya. Titip dia, jangan egois menghadapinya, biarkan dia dengan dunianya.
Bukan tidak ingin menyapa, hanya saja sedang berusaha melupa. Mengingat momen suka bersamanya, hanya membuat sesak di dada. Mengingat suara-suara membuat luka saja. mungkin bagimu melupakan suatu hal yang mudah, kamu begitu bisa melupa. Sedang aku, masih saja teringat. Walau ingatan sudah dibunuh paksa. Entah sampai kapan ingatan tentangmu bisa kulupa. Ingin sekali melupa, lupa semua hal yang pernah kita lewati, lupa semua tentangnya. Apa kamu tahu hal terberat saat aku melupa? teringat kembali di benakku saat bersamamu. Aku membutuhkan seseorang untuk membantu melupakanmu. Aku butuh seseorang yang bisa membuatku jauh lebih baik. Seseorang itu akan segera datang, menawarkan dunia baru. Tenanglah sebentar lagi aku bisa melupakanmu. Aku melupakan bukan berarti aku berhenti mencintaimu. Aku tetap menganggapmu sebagai seseorang yang pernah membuat kisah indah, seseorang yang merubahku dan membuatku bahagia walaupun hanya sebentar aku merasakan itu. Seseorang yang pernah menghadapi kerasnya aku. Seseorang yang tidak mudah menyerah menghadapi egoku. Semoga saja seseorang yang kutemui sepertimu, hanya saja dia tidak mudah melepaskan hanya karena tidak kuat denganku.
Dulu kamu mengiyakan untuk menetap bersamaku, hingga aku tak sadar jika sifatku tak membuatmu senang. Bukan tak cinta, hanya saja soal sifat yang belum sepenuhnya dewasa. Aku mematahkan perasaan orang lain hanya demimu, namun sifatku yang tak membuatmu senang ikut mematahkan perasaanmu. Bahkan kepergianmu pilu bagiku. Bukan hal yang mudah, melepaskan seseorang yang meredam amarahku, seseorang yang menampung sifat burukku, seseorang yang sederhana namun sabar menghadapi. Seseorang yang tidak mudah jatuh ke hati lain demi bersama orang yang dicintai. Nyatanya rasa ini belum sepenuhnya hilang walau sudah dibunuh paksa hatinya. Aku kembali dihadapkan oleh orang-orang yang dulu pergi hanya karena lelah dengan sifat. Dihadapkan dengan orang yang pernah membuat hidup jauh lebih baik. Dihadapkan dengan seseorang yang pernah membuat kisah hidup denganku. Namun pada akhirnya, dia yang pernah berjanji tidak akan pernah pergi kini mulai beranjak pergi. Semesta memisahkan sepasang kekasih yang baru saja bahagia. Kamu yang makin kesini makin beranjak pergi. Aku yang terus saja bermimpi bahwa kamu tidak pergi. Aku hanya berharap pada sang pencipta, agar kelak kamu dipertemukan dengan seseorang yang tak sepertiku, seseorang yang membuatmu senang, seseorang yang sifatnya membuatmu nyaman, seseorang yang lebih baik daripada aku. Mungkin sekarang waktunya aku bergegas pergi meninggalkanmu juga kisah pilu itu.
Di setiap jalan yang aku lalui, aku terkadang teringat satu hal indah bersamamu. Berboncengan denganmu, melihat spion hanya demi melihatmu. Menelusuri di setiap sudut kota, menemukan sesuatu yang baru. Berjalan di setiap jalan, saling memegang erat tangan. Hingga sore hari menuju senja, kita berpulang. rasanya tidak ingin pulang kala itu. Masih ingin menikmati setiap masa denganmu. Menikmati suasana indah di sudut kota. Tak ingin rasanya melepas genggaman itu. Hanya saja aku selalu lupa bahwa kamu sudah pergi. Kamu pergi dengan meninggalkan kisah pilu. Bukankah setiap momen yang kita buat kamu bahagia? lantas kenapah kamu mencoba pergi seolah-olah momen tak berarti bagimu. Kenapah mencoba mencari dunia baru, bahagia yang baru jika dulu kamu begitu bahagia denganku. Rasanya manis kata itu terucap dari mulutmu, hingga pada akhirnya ucapanmu menjadi pilu juga duka bagiku. Kita manusia yang di pertemukan untuk di pisahkan. Kita saling beranjak pergi, saling mencoba berkelana mencari hal baru. Dunia baru di sana sudah menyambut. Sudah seharusnya aku pun mulai pergi, mencari seseorang yang menopang burukku. Jika kamu saja sudah bisa pergi. Kamu begitu terburu-buru untuk meninggalkanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUCIN
PoetryJangan baper apalagi nangis. Alwan izzi ramadhani. Balapulang, 23 januari 2020.