Lupa

64 9 3
                                    

Hai, kini aku sudah terbiasa tanpamu. Sudah tak lagi mengkhawatirkan akan dirimu. Hidupku yang dulu penuh warna karena adanya kamu sekarang gelap gulita tak ada lagi yang menerangi juga menghiasi. Aku terbiasa tanpa pertanyaan perihal makan atau apapun itu darimu. Sudah mulai pulih hati, dan belajar menerima bahagia yang baru. Walaupun butuh proses yang panjang untuk bisa sepenuhnya lupa tapi nyatanya aku sudah bisa. Baiknya dari awal kamu memilih pergi aku sudah bisa melupa tapi aku selalu saja di hantui perihal kenangan. Aku terus saja di hantui perihal rindu. Sekarang sudah lega rasanya, sudah kian bisa lupa dari segala hal ingatan tentangnya. Semoga dengan adanya bahagia baru dia bisa menuntunku untuk bangkit.

Nyatanya bayangan semu tentangmu masih ada. Nyatanya segala hal yang pernah kamu ucapkan juga masih terngiang. Aku belum bisa sepenuhnya lupa, perihal kamu. Memang dulu aku begitu tulus mencintai hingga aku juga begitu sulit untuk melupa. Rasanya ingin bunuh diri saja jika mengenangmu. Aku sudah mencoba membuka hati untuk yang lain, yang aku dapatkan hanyalah kesia-sian. Menyiksa diri saja, perihal melupakan. Ragaku yang masih ingin bersamamu, niatku yang ingin hidup bersama denganmu. Tak sepenuhnya bisa pudar begitu saja. Memang banyak seseorang di luar sana, tapi entah kenapah yang aku mau hanya kamu saja.

Suatu saat nanti, jika aku di pertemukan kembali denganmu, di hadapkan denganmu. Yang aku lakukan hanya menanyakan kabar perihal kamu lebih baik setelah pergi atau kamu merasakan hal yang sama sepertiku. Apakah kamu merasa lebih bahagia daripada dulu kepadaku dan apakah dunia barumu lebih menyenangkan daripada ketika denganku. Mungkin pertanyaan sederhana yang ingin ku sampaikan padamu. Jika di pertemukan kembali, tenanglah aku sudah lebih bisa menerima semuanya. Tenanglah, aku sudah terbiasa di tinggalkan. Tenanglah, aku sudah terbiasa tanpamu, rinduku juga kini sudah pudar. Tenanglah, aku tidak akan membencimu. Walaupun aku berhasil melewati fase tersulit, yaitu melupakanmu. Bahwasanya, aku terpuruk saat kamu memilih pergi dariku. Dan sialnya lagi melupakan semuanya tidak semudah yang aku kira.

Aku dan kamu, akan di hadapkan kembali kepada kenangan yang muncul lagi. Di hadapkan kembali, untuk saling mengenal yang baru dan membangun cinta yang baru. Aku pun sudah biasa jika nantinya bertemu denganmu, tidak terlalu arogan saat seperti dulu pertama berjumpa denganmu. Jauh lebih baik di hari lalu. Akan segera bangkit di masa mendatang. Segera pulih, dari luka pilu. Aku lebih bisa bahagia dengan yang sekarang. Aku pun tidak akan mengungkit perihal kamu melukai, akan aku simpan rapi. Dan tertimbun di relung jiwa paling dalam yang akan abadi. Aku pun akan berbahagia jika kamu sudah bahagia, dan aku tidak akan mengganggumu lagi.

BUCINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang