Pertama melihatmu

54 14 1
                                    

Semesta mempertemukan tak terduga untukku, bertemu dengannya. Sosok yang sederhana tapi membuar hati merasa bahagia. Aku melihatmu di ujung jalan itu, aku melihat wajah yang tak membosankan, aku melihat lentik indah matamu, senyum manis di bibirmu. Aku memperbaiki raut wajahku yang berantakan ini hanya agar terlihat rapi ketika kamu menatapku. Dulu kita hanya bisa saling mengucap rindu, namun sekarang kita sudah bisa saling bertatap muka, menghabiskan waktu rinduku bertemu. Menghela nafas yang sama, melegakan rinduku. Saling bertatap muka, genggam erat tangan, bergandengan hingga waktunya untuk pulang. Sebentar saja, aku tidak ingin pulang. Aku masih merindu, aku masih ingin bertatap muka denganmu.

Di ujung jalan itu, tepatnya semesta mempertemukan kita untuk pertama kali. Aku bertemu dengan sosok sepertimu, yang hanya aku kenal melalui whatsapp saja juga video call. Lega rasanya juga senang bisa bertemu langsung denganmu, bercengkerama denganmu, berbincang-bincang perihal rindu ini yang berujung temu. Aku yang masih malu untuk menunjukkan muka jelek ini kepadamu. Aku begitu tidak yakin dengan fisikku sendiri, namun kamu begitu menerima kejelekkan fisikku. Aku tidak ingin kamu menerimaku hanya sebatas fisik saja, tetapi juga menerima segenap baik burukku. Aku memperkenalkan banyak hal kepadamu, aku mempersiapkan hal baru bersamamu. Aku memperkenankan duniaku untukmu. Tolong untuk pertemuan kita ini kamu tidak pergi hanya karena sudah melihat fisikku. Aku tidak menyangka hal terindah saat mencintaimu kini terjadi dengan waktu yang terduga. Aku bisa melihatmu, iya aku melihatmu. Sudah tidak lagi via telfon atau apapun itu, sekarang bisa melihatmu langsung. Tanpa resah lagi perihal jarak, takdir sudah ditakdirkan kita bertemu. Bagimana denganmu? setelah melihatku?

Ada beberapa hal yang ingin ku sampaikan padamu, perihal pertemuan tak terduga itu. Pertama, mungkin kamu kaget melihat fisikku yang buruk rupa, iya memang aku buruk rupa. Mungkin kamu tak menyangka jika aku seburik ini. Yang harus aku garis bawahi adalah aku menerimamu apa adanya. Aku menerima takdir semesta juga menerima seburuk dan sebaik apapun dirimu. Aku bukan ragu, aku hanya takut kamu tidak menerima apa adanya aku. Perihal fisik aku sudah tentu kalah dengan apa yang pernah hadir di hidupmu sebelumnya. Aku belum apa-apa dibanding dia yang kamu anggap istimewa. Kedua, aku tidak ingin karena fisikku kamu jadi pergi meninggalkan. Aku memang seperti ini, jika kamu tidak yakin kepadaku kamu aku persilahkan untuk pergi. Aku mencari seseorang yang mampu menerimaku apa adanya. Jangan karena fisik menjadi penentu kamu mencintai. Aku hanya punya rasa yang tulus mencintaimu, bukan bohong belaka saja. Aku tak pernah bohong perihal rasa ini.

Hari terus kita jalani. Aku masih ingat betul, pertama melihatmu di ujung jalan kota itu. Kamu berjalan menghampiriku, dan sesegera mungkin kita pergi membuat kisah. Aku yang tak sesempurna dia, bisa di terima di hidupmu. Kita membuat kisah, menjelajah alam. Hari itu kita begitu bahagia dan enggan pulang. Terlihat raut bahagia nampak di wajahmu. Kamu begitu menikmatinya. Kita saling sibuk, kita juga saling meluangkan waktu untuk bertatap muka. Kita mengatur waktu sebisa mungkin untuk temu. Setiap minggu kita menyempatkan untuk bertemu, berkeluh kesah satu sama lain. Bertemu itu sangat penting dalam hubungan, agar rindu tak berujung dengan perpisahan. Aku dan kamu selalu meluangkan waktu sejenak hanya untuk urusan rindu. Aku tak ingin selalu dihantui rasa rindu, makanya aku selalu ingin bertemu denganmu. Hal yang aku ingat saat bertemu denganmu adalah kamu selalu malu ketika aku melihatmu dari spion motor. Aku memandangmu melalui spion motor berharap kamu juga sama memandangku. Hal sederhana yang sering aku lakukan ketika bertemu denganmu. Momen yang aku rindu berboncengan denganmu, dan kamu memeluk erat tubuhku sambil aku memegang erat tanganmu. Masih ada hari selanjutnya, masih ada pertemuan berikutnya. Semoga kita selalu bertemu bersapa muka. Pertemuan itu menjadi saksi bahagia kita pertama bertemu. Rasanya ingin lebih lama hidup ketika sedang bertemu.

BUCINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang