Bab 23 Traktir

77 5 8
                                    

"Oy mas Avisha!" Naura melambaikan tangannya ke arah Argi, membuat Argi berjalan ke arah Naura di tepi lapangan.

"Cie yang ikut jadi tim inti, traktiran dong mana traktiran?" Naura menaikkan alisnya.

"Heleh semangat amat sama yang gratisan," cibir Argi.

"Hoho, iya dong."

"Eh, Nat!" sapa Argi saat melihat Nata berjalan mendekatinya.

"Kok belum pulang?" tanya Nata.

"Mas Avisha mau traktir katanya, soalnya bisa masuk tim inti," jawab Naura.

"Dih, lo yang minta. Gue sih belum ngeiyain."

"Belom, artinya akan. Bang Nata ikutan yuk?" Naura memandang Nata dengan antusias.

"Boleh deh," balas Nata sambil memamerkan senyum andalannya.

"Ya Allah, RIP duit gue," ucap Argi dengan wajah kesal.

"Wahh, traktiran ya? Gue pasti ditraktir juga kan?" tanya Kelvin yang tiba-tiba saja sudah ada di sebelah Argi.

"Sapa lo? Tiba-tiba dateng minta traktiran," sinis Argi.

"Temen lo lah, emang mau lebih dari temen? Gue sih masih normal ya. Secakep cakepnya lo, masih cakepan gue lah," ucap Kelvin dengan tersenyum lebar, memamerkan lesung pipinya.

"Kakak ini temennya mas Avisha? Sejak kapan? Barusan?" tanya Naura polos.

"Eh adek cantik, gue temennya si Paijo ini kok. Udah lama ya dari jaman pake seragam putih biru, bukan sejak barusan," ucap Kelvin dengan sebelah tangannya merangkul Argi yang segera ditepis Argi.

"Giliran minta traktir aja ngaku temen lo," cibir Argi.

"Ribut mulu, jadi nggak nih?" tanya Nata yang sedari tadi hanya menyimak.

"Jadi dong, kita ke cafe depan aja kuy," ucap Naura dan dengan refleks menggandeng tangan Nata berjalan ke arah gerbang. Diikuti Argi yang diseret oleh Kelvin.

Eh, kok gue gandeng tangan bang Nata sih. Tapi bang Nata juga nggak nolak sih kan gue jadi enak, lanjutin aja ahh pura-pura nggak tau. Batin Naura sambil menahan senyum.

Suasana cafe sangat ramai, maklum memang banyak siswa SMA PERI yang suka nongkrong disini sampe sore. Untungnya tidak terlalu penuh, masih ada beberapa meja kosong.

"Mas Avisha, gue mau milk shake--" perkataan Naura terhenti oleh tatapan tajam Argi membuat Nata menatap heran keduanya.

"Kalo kamu mau milk shake, pesen aja nanti aku yang traktir," ujar Nata.

"Nggak!" jawab Argi dengan cepat.

"Kenapa?" tanya Nata keheranan yang diabaikan begitu saja oleh Argi.

"Mau traktiran apa nih? Nasi goreng, mie goreng, ayam goreng, apa es goreng? Eh emang ada es goreng? Es teh kali ya? Es teh aja mbak empat!"

Kelvin menggeplak kepala Argi. "Nawarin banyak banget ujungnya cuma dikasih es teh dasar!"

"Mas Avisha lagi belajar jadi uncle muthu?" tanya Naura.

"Sorry ya muka tampan kaya gue ini terlalu sayang disia-siakan kalo cuma jadi uncle muthu," ucap Argi.

"Cakepan juga gue," celetuk Kelvin.

"Padahal lebih cakep bang Nata," ucap Naura tanpa sadar, membuat Nata menoleh cepat.

"Eh, anu hehe bener kan?" Duh, yang dipuji bang Nata kok jadi gue yang salting sih, batin Naura.

Nata terkekeh lalu tangannya tergerak untuk mengusap kepala Naura,"lucu banget sih...."

"Lucu banget mah harusnya ngakak ya kan Gi?" Kelvin menyenggol lengan Argi.

"Ha ha ha, ahhh ha ha ha," Argi tertawa yang dengan sengaja dibuat-buat lalu dengan segera mengganti ekspresinya menjadi datar.

"Ih ganggu aja sih kalian, nggak suka liat orang seneng dikit," ujar Naura.

Satu, dua, tiga.

Plakk

"Aduh, kekencengan," Argi mengusap keningnya setelah sebelumnya menepuk kencang.

"Kenapa Gi, ada nyamuk? Masa sih?" tanya Nata.

"Nggak, itu gue baru inget. Keano nyuruh gue sama Kelvin kerumahnya abis latian voli."

"Keano siapa lagi?" tanya Naura.

"Keano chat lo? Kok nggak chat gue? Perasaan tadi pagi bilangnya kuota abis," ujar Kelvin.

"Keano ya temen gue yang sering sama gue lah wadah- eh Na-Naura." Kaku amat gue manggil namanya wadah jamban, efek nggak pernah manggil nama ya. Batin Argi.

"Udah deh ayok buruan Vin, penting ini," ucap Argi sambil memaksa Kelvin berdiri.

"Yaelah Gi, es teh nya aja belom dateng masa udah pergi sih?" protes Kelvin.

"Es teh doang elah, ntar gue beliin cendol dawet depan rumahnya Keano."

"Bener ya?"

"Iyaa. Eh Nat, gue duluan ya. Oh iya ntar pulangnya tolong anterin ini bocah ke rumah ya? Atau anter kemana kek, ke rawa-rawa juga ikhlas gue," Argi menepuk bahu Nata lalu menyeret Kelvin keluar dengan buru-buru.

"Ah, ya," jawab Nata dengan berbisik, karena bicara lantang pun percuma Argi sudah hilang ditelan pintu cafe.

Sedangkan Naura memanyunkan bibirnya mendengar ucapan Argi. Tapi, kemudian Naura tersipu mengingat sekarang dirinya hanya duduk berdua dengan pujaan hatinya. Moment yang sebelumnya sama sekali tidak pernah terbayangkan.

Gue akui, peran mas Avisha sebagai mak comblang bener-bener totalitas. Batin Naura sambil senyum-senyum.

"Kenapa senyum-senyum?" tanya Nata.

"Eh nggak hehe, oh iya itu es tehnya dateng. Eh berarti kita berdua dapet dua gelas dong," ucap Naura sambil tertawa canggung.

"Kalo kamu mau pesen makan juga boleh, aku yang bayarin nanti," tawar Nata.

"Em nggak usah deh."

Hening beberapa saat, keduanya sama-sama bingung memulai pembicaraan.

"Aku..., boleh minta nomor kamu nggak?" ucap Nata sambil menyodorkan ponselnya.

"Boleh," Naura menerimanya lalu mengetikkan nomornya disana.

Lalu keduanya mulai berbincang kesana-kemari, walau kebanyakan diisi celotehan Naura yang kemudian disambut tawa Nata yang sangat luar biasa di mata Naura.

Tanpa bosan, Nata terus mendengarkan Naura yang berbicara dengan semangat. Mulai dari membicarakan dirinya sendiri, lalu membicarakan gosip sekolah yang dia dengar dari Kamila teman sebangkunya, sampai menceritakan drama Korea yang dia tonton semalaman.

Tanpa sadar, di sisi lain beberapa pasang mata terus memperhatikan gerak gerik mereka dan beberapa kali mengarahkan kamera ponselnya ke arah Naura dan Nata.

****

We are back uwuuu
jett_queen
zul_sweet

Jangan lupa voment 👌
👇👇👇

Angin Halus Pembawa Cinta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang