"lo terlalu misterius, buat gue yang terlalu kepo, Kil." Kini Banu sudah ada di samping brangkar putih tempat Aqila berbaring terdiam dan membisu tanpa mengucapkan kata sedikitpun.
Perlahan Banu mengelus puncak kepala Aqila.
Masa lalu lo sepertinya rumit banget ya, tapi gue yakin lo orang baik kok, Kil. Semoga lo cepet sehat ya. Batin Banu.
Sudah berjam-jam Banu menunggu Aqila, sebelumnya Banu sudah menghubungi Chiko agar ke rumah sakit dan juga menghubungi keluarganya.
"Aqiiiilaaaaa, bangun yuk. Jangan lama-lama bobonya." Banu berucap seperti anak kecil yang mengajak temannya main. Dan mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya ke brangkar Aqila.
Banu meraih jari jemari Aqila kemudian memainkannya.
"Kil, sebenernya lo kenapa sih?" Ia masih saja bicara sendiri, berharap tiba-tiba Aqila menjawabnya.
"Em, g-gue.."
"Eh?" Banu terkejut ketika mendengar Aqila bicara.
"Lo bisa denger gue?" Banu langsung menggenggam erat jemari Aqila.
"G-gue gak ap-a a-pa kok."
"Gak apa-apa gimana? Orang lo pingsan kok."
Aqila berusaha bangun dari tidurnya.
"Eh? Mau ngapain?" Banu mencegah tubuh Aqila yang berusaha bangun.
"Jangan, Kikil!"
"Lo ngga usah nakal deh."
"Bantu gue bangun, gue pusing tidur mulu." Aqila mengeluh pada Banu.
"Oh yauda, sebentar."
Banu membantu Aqila mengangkat setengah tubuhnya untuk bangun kemudian membenarkan brangkar Aqila menjadi lebih terangkat.
"Udah, segini aja yaa." Ucapnya lembut dan sedikit mengacak rambut Aqila.
"Nu, lo kasi tau keluarga gue ngga?"
"Iya, bang Jerry sama Chiko udah di jalan menuju kesini." Banu kembali duduk di samping Aqila. Kemudian Banu menopang dagunya dengan kedua telapak tangannya. Menatap Aqila dengan lamat-lamat.
"Ih, ngapain sih liatin gue kayak gitu." Aqila menarik rambut Banu gemas. Banu yang diperlakukan seperti itu hanya tertawa.
"Lo lucu, tapi misterius."
"Bapa lo misterius!!" Aqila membuang wajah sembarang menatap televisi di sampingnya.
"Hahaha, kikil... kikil..." Banu menggelengkan kepalanya.
"Gua seneng lo udah bangun."
Trek
"Eh..."
"Ajer." Aqila membentangkan kedua tangannya terlihat senang dengan kedatangan Jerry. Jerry menyambut bentangan tangan itu. Mereka berpelukan seperti tidak bertemu sejak lama.
Jerry mengusap-usap lembut puncak kepala Aqila, lalu mengecupnya.
Kamu yang kuat ya, Dek.
Kemudian lanjut mengusap lembut rambut Aqila.
Banu memerhatikan mereka dengan senyuman di bibir tipisnya.
Andai kamu masih ada, Cyr. Pasti Mas akan jaga kamu seperti bang Jerry jaga Aqila.
"Bor!" Chiko menepuk pundak Banu, Banu terperanjat dari lamunannya.
"Eh, bang." Mereka bersalaman ala cowok.
"Thank you, ya." Sekarang Chiko menepuk-nepuk bahu Banu.
"Eh, buat apaan gila." Banu tertawa tidak mengerti.
"Udah jagain Qila."
"Yaela lo, bang. Kek sama siapa aja." Banu menjawab sambil tertawa kecil lalu menuju sofa di dekat brangkar.
"Nu!"
"Eh," Banu baru saja menaruh pantatnya di atas sofa kemudian sontak berdiri lagi karena yang memanggilnya kali ini adalah Jerry.
"Iya, kenapa bang?" Banu menatap Jerry.
"Thank you lagi ya.. makasih banget udah bawa Aqila kesini." Jerry masih di sana, di dekat Aqila.
"Aduh, iya bang sama-sama, kalem aja." Banu menyengir disertai tawa kecil dan seraya menyatukan kedua telapak tangannya seperti orang meminta maaf.
Sekarang ia menaruh pantatnya lagi di atas sofa di samping Chiko. Lalu mengeluarkan ponsel miliknya.
"Mabar ga?" Tanya Chiko.
"Yuk ah, hahaha." Jawab Banu.
Keduanya sudah memiringkan ponselnya masing-masing.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Yuk vote dan comment yuuuuu heheheMohon maaf kalo ada yang ngga di italic bahasa inggrisnya, soalnya langsung aplot dari catetanku hehe.
Author
20.39
KAMU SEDANG MEMBACA
GAPAPA, KOK!
ChickLit"lo jangan buat gue khawatir dong, kan gue jadi kepikiran." - Banu, 2020. . . Pernah di #2 Pasti