"Kil, lo ngantuk?" Teriak Banu sambil menengokkan kepalanya kearah Aqila, sesekali melirik ke arah spion Vespa maticnya.
"Haha, ngga kok. Helm gua ngga sengaja kejedot helm lo." Aqila menatap Banu lewat sipon.
"Oke, deh." Banu fokus mengendarai lagi, vespanya melesat membawa Aqila menuju sekolah tempat ia mengajar.
"Oh iya, Ban." Aqila menatap spion itu lagi untuk berkomunikasi dengan Banu.
"Eh, jangan panggil gue Ban, panggil Nu aja." Banu-pun menatap Aqila lewat spion itu.
"Ih, lo mah curang. Lo aja manggil gue kikil." Aqila beralih menatap sekitar, memalingkan wajahnya dari spion, sedangkan Banu masih bisa menatap wajah muramnya dari spion.
"Ya itu kan beda, Kil."
"Lo mau bilang apa?" Tanya Banu.
"Kok tadi di telpon, lo nyebut diri lo Mas, lo orang jawa?" Sepersekian detik Aqila merubah wajah muramnya dengan wajah kepo. Ia menunggu jawaban Banu di spion.
"Iya, orang tua gue dua-dua nya dari jawa." Banu menjawab sambil menatap wajah Aqila dari spionnya.
"Kok bisa ada di sini?" Tanya Aqila lagi.
"Ya karena mereka waktu muda kerja disini, dan ketemunya disini."
"Oh." Aqila membulatkan mulutnya sambil mengangguk-angguk.
Banu hanya tersenyum melihat ekspresi wajah Aqila di spion.
Beberapa menit kemudian, lengang. Hanya ada suara lembut vespa milik Banu dan kendaraan milik pengemudi lain.
Sesekali helm yang Aqila gunakan terbentur helm milik Banu lagi, kemudian Banu malah sengaja membentur-benturkan helmnya ke helm milik Aqila. Aqila melotot menatap Banu lewat spion dan Banu hanya bisa tertawa melihat wajah kesal Aqila.
"Kalo lo gitu lagi gue unyeng-unyeng yaaa helm lo." Ucap Aqila.
"Eh hahaha, jangan dong, Kil." Jawab Banu.
"Lagian, lo dari tadi diem mulu. Jangan tidur, Kil. Sini kalo mau, senderan di bahu gue." Banu menepuk-nepuk bahunya.
Aqila mencubit perut bagian pinggir Banu, "aww, sakit tau."
"Lagi ngga?"
"Eh, jangan-jangan." Lagi-lagi Banu tertawa kemudian kembali fokus mengendarai.
Masih seperempat perjalanan lagi, Banu masih saja usil di atas motor. Sekarang ia memiringkan badannya, bergerak ke kanan dan ke kiri serta menggerakkan kepalanya seolah-olah sedang mendengarkan musik.
"Ih lo kenapa sih?"
"Pasti orang-orang aneh banget liat lo, Nu."
"Hahaha." Lagi-lagi Banu hanya tertawa.
"Kalo gue di atas motor sendiri, terus gerak-gerak sendiri, itu baru aneh." Banu menatap Aqila, masih melewati spion.
"Tapi kan kalo gini, orang ngiranya kita lagi bercanda haha." Banu tetap tertawa menatap spion meskipun Aqila tidak membalas menatap spion itu.
Satu jam bersama Banu, terasa menyenangkan menurut Aqila. Banyak hal yang dapat dibicarakan, juga menambah pengetahuan Aqila tentang Banu. Ternyata Banu sehumoris itu, semenyenangkan itu, dan semenyebalkan itu. Dan ternyata lagi, Banu tidak seburuk itu.
Sudah sampai.
"Gue tunggu disini ya, Kil." Ucap Banu.
"Eh, ngga di dalem aja?"
"Gampang lah, kalo bosen gue bisa kemana aja."
"Yauda, nih." Aqila memberikan helmnya kepada Banu.
"Semangaaaattt Kikil!!!" Banu mengacak-acak puncak kepala Aqila.
"Ih kok diacak-acak sih?" Aqila memutar spion vespa milik Banu dan berkaca disana, merapikan rambutnya yang diacak-acak oleh Banu.
"Hahaha, maaf-maaf." Kemudian Aqila mencubit lagi perut Banu, dan berlari meninggalkan Banu. Banu kaget, dan tertawa melihat Aqila yang berlari.
"Selamat siang, Mrs. Aqila." Sapa satpam di dalam.
"Siang, Pak." Ia menjawab dengan sopan sambil menganggukkan kepalanya.
"Sama pacarnya ya, Mrs?" Aqila berhenti.
"Eh, bukan kok, Pak."
"Oh, bukan? Tapi cocok banget, Mrs."
Aqila hanya membalasnya dengan cengiran.
"Mari, Pak." Kemudian meninggalkan bapak satpam itu.
"Mari, Mrs." Satpam itu menganggukkan kepala juga.
***
"Oke, jadi magnet itu memiliki apa?" Tanya Aqila pada anak-anak SD kelas 1-3 itu.
Mereka semua menjawab, "kutub, Mrs."
"That's right."
"Apa saja kutub tersebut?" Tanyanya lagi.
"Utara dan selatan." Jawabnya serempak.
"Oke, apabila kutub yang sama di dekatkan, apa yang akan terjadi?" Salah satu anak dengan dua kunciran di kepalanya mengangkat tangan.
"Dia akan menjauh, Mrs."
"Betul, ada yang tau menjauh itu disebut apa?" Tanya Aqila lagi.
Tiga anak mengangkat tangan, tetapi anak laki-laki berwajah bule dengan rambut agak pirang itu yang lebih dulu mengangkat tangannya.
"Ya, kevin?"
"Tolak menolak, Mrs. Aqila."
"Iya, betul." Aqila melirik jam tangannya, sudah satu jam.
"Oke, guys. I think enough for today. See you next time. Hati-hati keluar kelas, kalau belum dijemput jangan keluar dari area sekolah, oke?"
"Baik, Mrs." Satu persatu mulai bangun dari tempat duduk dan menghampiri Aqila untuk bersalaman lalu keluar dari kelas.
"Thank you, Mrs. Aqila."
"You're welcome, Kevin." Aqila mengusap lembut puncak kepala Kevin. Kemudian Kevin berlari keluar kelas.
.
..
.
.
.
.
Tolong dikoreksi bila terdapat kesalahan yaa, kasi vote untuk supportnyaaa, tengkyuuu
KAMU SEDANG MEMBACA
GAPAPA, KOK!
ChickLit"lo jangan buat gue khawatir dong, kan gue jadi kepikiran." - Banu, 2020. . . Pernah di #2 Pasti