Sebelum baca Vote dulu yuk, itung-itung kasi semangat untuk ngelanjutin cerita ini, hehe, gampang kok tinggal di klik aja, ngga sampe bikin pegel. Tengkyuuu🌸
______
Aqila kaget melihat Moly ketika bangun dari rebahannua tiba-tiba Moly tertidur lagi, seperti tidak kuat dan tidak berdaya untuk berdiri.
Aqila segera membuka kandang Moly dan mengeluarkan Moly secara perlahan dari dalam sana.
"Molyyyy ayo dong semangaaaat." Ia mengelus-elus kepala Moly.
Kemudian tanpa pikir panjang, Aqila memasukkan lagi ke Moly ke dalam kandangnya dan bergegas menuju kamar.
"Ajer! Bangun, A!" Aqila menggoyangkan tubuh Jerry yang tertidur di ranjangnya.
"Please, bawa Moly ke dokter ayooo!"
"Ya ampun, dek. Aa mandi dulu deh." Jerry menjawab dengan nada malas.
"Ngga usah Aa, kamu cuci muka aja."
"Cepetan kamu cuci muka, aku tunggu di depan 5 menit." Tanpa basa-basi lagi, Aqila langsung menarik Jerry dan mendorong menuju kamarnya untuk rapih-rapih sedangkan yang di dorong berjalan dengan malas-malasan.
Setelah memastikn Jerry sudah bersiap-siap, Aqila langsung mengambil kunciran hitam kecil di dalam kotak kuncirannya dan mengambil kunci motor miliknya.
Ia keluar kamar terburu-buru lalu mengambil Moly beserta kandangnya dan turun menuju teras. Ia meletakkan Moly di teras depan, kemudian mengelurkan motor vespa miliknya dari dalam garasi yang berjajar dengan vespa milik Jerry dan mini cooper pemberian Papah untuk Aqila dan Jerry.
"AA CEPETAAAAAAN!!" Teriak Aqila yang sedang memanaskan motor vespanya. Kemudian terdengar teriakan...
"IYAAAAAA." dari dalam sana.
"Ayo!" Ucap Jerry.
Kemudian Jerry mengambil alih kemudi, dan Aqila membonceng di belakangnya sambil membopong kandang Moly, tidak lupa helm masing-masing. Kemudian Jerry mengemudikan vespa dengan cepat tapi pasti.
***
"Eh, bade kamana?"
"Ulin, ka imah Jerry, bu." Jawab Chiko yang sedang mengenakan helmnya.
"A, ikut dong." Ucap Dimas yang tiba-tiba keluar dari rumah.
"Yuk!"
"Asiiik," Dimas langsung mengambil helm miliknya dan mengenakannya.
"Berangkat ya buuuuuu." Teriak Dimas yang sudah stand by di belakang Chiko.
"Assalamualaikum." Ucap keduanya.
"Waalaikumsalam, hade-hadeee." Teriak Belinda, ibunda Chiko dan Dimas.
Kemudian Dimas membalas dengan acungn jempol kepada Belinda.
***
"Dim, liat Dim!" Teriak Chiko
"Cabe-cabean, Dim, Hahahahaha." Chiko puas sekali menertawakan tiga cewek di depannya dengan satu motor, dan tanpa pelindung kepala.
Kemudian Dimas menengokkan kepalanya ke kiri dan memerhatikan cewek di depan sana pula, "hahahahah, salip A salip hahaha."
"Edan, masi aja bonceng tigaa gelooo." Teriak Dimas dengan puas.
Tidak lama kemudian Chiko menyalip motor bebek itu dari kanan dan mensejajarkan posisi mereka.
"BADE KAMANA, NENG?" Teriak Chiko.
"WEY, ILUAN ATUH, BONCENG EMPAT." Timpal Dimas.
"Hahahaha," keduanya tertawa terbahak-bahak.
Ketiga cewek ini mengenakan baju yang sama, sepertinya mereka janjian, mereka memakai baju kuning dengan model rambut yang berbeda-beda. Cewek yang paling depan rambutnya di kuncir kuda tanpa poni, cewek yang tengah rambutnya sebahu dengan aksen bandana kelinci di atasnya, kemudian cewek yang paling belakang rambutnya sebahu juga dengan ujung rambut berwarna kekuningan.
"NAON SIA ANJAY!" Teriak cewek yang paling belakang, sepertinya ia tidak suka digodai dengan Chiko dan Dimas.
"CICING SIAAA, KADITU!" Sahut cewek yang tengah, mengusir Chiko dan Dimas.
"EH ISTIGHFAR NENG, ULAH BONCENG TIGA KITU, TEU MEUNANG!" Mereka bertiga di teriaki lagi oleh Dimas. Jerry hanya menertawakannya.
"BACOT SIA!" Kali ini teriakan dari cewek yang depan.
"Eh kasar sekali kamu," ucap Chiko lembut.
"Ih iyaa, kasar kitu ih, sieun A. Hayu ah cabut." Kemudian Chiko alih-alih menaikkan kecepatan motor vespanya untuk mendahului cabe-cabean ini.
"Dadaaaaah!!!" Ucap Dimas pada mereka bertiga.
"Hahahahah." Lagi-lagi mereka terbahak-bahak.
"Ih edan aing mah, lo mau Dim sama yang kaya gitu?" Tanya Chiko.
"Idih, alim." Jawab Dimas.
Dan Chikopun fokus dengan track di depannya yang membawa mereka pada rumah hunian Jerry dan Aqila.
***
"Ih, kenapa sih ngga bisa di hubungin?" Tanya Banu pada dirinya sendiri
"Ini untuk yang ke 14 kali." Ia bicara sendiri kemudian memencet lambang telpon genggam di layar ponselnya.
"Aaaarrghhhhh."
"Kemana si loooo kilaaaaaaaa." Banu melemparkan ponselnya kesal ke sofa disampingnya, ia sekarang berada di ruang depan yang berisi sofa untuk para tamu bersinggah.
"Argh, sekali lagi deh, udah 15 kali nih." Untuk yang ke lima belas kalinya ia memencet lambang telpon genggam di layar ponselnya.
Tuuuuud
Tuuuuud
Tuuuuud
"Argh, gilaa, ngga di angkat juga." Ia beranjak dari duduknya, kemudian pergi ke dalam kamar mengambil sesuatu.
"Mau kemana? Ini masih pagi, lho." Ucap sang Mama.
"Nanti kan Caca mau kesini." Sambungnya.
Sambil mengenakan jaket miliknya, "nanti Caca main dulu aja sama Mama ya."
"Aku mau ke rumah Kila, dari tadi di telpon ngga di angkat."
"Ya ampun, Mama penasaran sama kila-kila itu sampe anak Mama khawatir banget."
"Nanti dia kesini kok, Ma." Ujar Banu.
"Oh ya? Ih seneng banget Mama. Ya udah sana, hati-hati yaa." Ucap Dinda terlihat sumringah, ia penasaran dengan Aqila yang selalu membuat putranya gusar.
"Argh, lo jangan buat gue khawatir dong, kan gue jadi kepikiran." Ucap Banu saat ia menghidupkan motor vespa miliknya. Kemudian ia mengemudikannya dengan pasti hingga sampai pada tujuan.
***
"Lah? Ngapain disini?"
.
.
.
.
.
.
.
Sorry bersambung dulu ya, mohon maaf nama kucing yang tadinya Moli pake i diganti pake y, hehe. Terimakasih sudah baca.Love,
Author♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
GAPAPA, KOK!
ChickLit"lo jangan buat gue khawatir dong, kan gue jadi kepikiran." - Banu, 2020. . . Pernah di #2 Pasti